BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

I. PENDAHULUAN. Pangan yang memiliki protein hewani antara lain daging, telur, susu, ikan dan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. beli dan dilanjutkan dengan menggunakan alat tukar seperti uang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.A TAHUN 2015 TENTANG DESA BERBUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Ragam budaya menjadikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. food) yang kerap menjadi menu andalan bagi masyarakat Surabaya, produk lokal

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PENERTIBAN PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Besarnya jumlah mahar sangat mempengaruhi faktor hamil di luar nikah. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Indonesia memiliki beragam budaya dan tradisi yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BAB I PENDAHULUAN. pasar-pasar modern yang berkembang pesat di tiap-tiap kota. Pada prinsipnya, kegiatan operasi perusahaan, yang terdiri atas laba.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/C 2006 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 06 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman masyarakat di Indonesia merupakan fenomena unik yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 2 Tahun : 2011 Seri : C

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK JUAL BELI ANAK KUCING RAS DALAM MASA MENYUSUI DI PASAR MINGGUAN GADING FAJAR II SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan kita sehari-hari. Selama hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan dapat dibedakan menjadi Tiga bagian, yakni kebutuhan pimer, sekunder, dan

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

c. bahwa untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Pada umumnya mata

NASKAH SOAL MATEMATIKA JMSO Tingkat SD/MI 2015

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. ada disekitarnya. Demikian halnya dengan nenek moyang kita yang telah

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita

EVALUASI ALTERNATIF LOKASI PASAR INDUK SAYUR DI KOTA SURABAYA TUGAS AKHIR. Oleh: YANUAR RISTANTYO L2D

PERKEMBANGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) JAWA TIMUR TRIWULAN

I.PENDAHULUAN. dengan menyediakan fungsi fasilitas berupa pasar ternak. (tengkulak/blantik) atau pembeli masih secara tradisional. Sistem jual beli /

I. PENDAHULUAN. tidak hilang seiring dengan kemajuan zaman, karena budaya merupakan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

1 Belshaw, Cyril S Tukar-Menukar Tradisional dan Pasar Modern. Jakarta : Gramedia.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa.

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 10 Tahun 2017 Seri E Nomor 6 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

LAMPIRAN. (Contoh Surat Peringatan yang diberikan oleh Pemda Sleman Kepada Toko. Modern yang Melakukan Pelanggaran)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

bab 2 satuan pengukuran waktu tema makanan dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan di daerah tersebut. Tinggi-rendahnya aktivitas perdagangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

Bab II Gambaran Umum Kota Surakarta

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras. Hal ini menjadikan tiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain sebagainya. Tiap-tiap daerah memiliki kearifan lokal tersendiri yang mungkin akan berbeda walaupun berada dalam satu daerah, maupun satu pulau. Hal ini tentu mempengaruhi pola kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tentunya tidak terlepas dari 3 hal berikut yakni sandang, pangan, papan. Dalam rangka memenuhi ketiga kebutuhan pokok tersebut, beragam cara dilakukan supaya dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Apabila daerah tersebut merupakan daerah metropolitan yang padat serta penuh bangunan-bangunan perkantoran, maka orang akan cenderung mengikuti pola kehidupan di daerah tersebut dengan berbelanja di toko, supermarket, maupun mall supaya dapat memenuhi kehidupan sehari-hari. Akan tetapi lain halnya apabila seseorang tinggal didaerah yang masih menjunjung kearifan lokal, dimana kehidupan perkotaan dengan kehidupan pedesaan masih dapat hidup berdampingan, maka bukan hal yang langka ketika masih banyak ditemui orang yang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari berbelanja di pasar tradisional. Apabila pemahaman mengenai pasar tradisional hanya sebatas tempat bertemunya antara penjual dengan pembeli, maka pemahaman tentang pasar tersebut masih sangat dangkal. Karena masih banyak hal yang bisa digali lebih

2 dalam lagi mengenai pasar tradisional. Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli dalam memenuhi kebutuhan. Keberadaan pasar pun berkembang sesuai dengan perkembangan kota tersebut, bahkan tidak jarang sebuah kota tercipta dari sebuah pasar dahulunya. Menciptakan sebuah hubungan simbiosis mutualisme antara penjual dan calon pembeli. Apabila yang diketahui pasar tradisional hanya menjual kebutuhan dapur, rumah tangga, maupun pakaian, maka ada hal yang terlewatkan disini. Bagi umat Muslim di Indonesia tentu mengenal hari raya Idul Adha, yakni hari kurban, dimana harga hewan ternak(sapi dan kambing) melambung tinggi. Hal ini membuat peneliti ingin menggali lebih jauh lagi mengapa harga hewan ternak(terutama sapi) bisa melambung tinggi. Kapan, dimana, dan bagaimana proses transaksi jual beli hewan ternak(sapi) tersebut. Karena peneliti berdomisili di Yogyakarta, maka peneliti mencari tahu dalam lingkup regional Yogyakarta saja. Setelah berkeliling kesana kemari, akhirnya mendapatkan lokasi jual-beli hewan ternak, yakni Pasar Hewan Ambarketawang yang berokasi di Gamping, Sleman. Berbeda dengan pasar tradisional lainnya yang buka setiap hari sejak pagi hingga siang, Pasar Hewan Ambarketawang hanya buka setiap hari Pahing sejak pukul 07.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Perlu diketahui Pahing merupakan salah satu hari dalam penanggalan adat Jawa yang terdiri dari 5 hari yakni Pon, Wage, Kliwon, Pahing, Legi. Jadi apabila Pahing jatuh pada hari Senin, maka Pasar Hewan Ambarketawang buka pada hari Senin dari pukul 07.00 WIB hingga 11.00 WIB, dan akan buka kembali 4 hari setelah hari Senin karena harus melewati Pon, Wage, Kliwon, Legi dan hari tersebut jatuh pada hari Pahing. Dan

3 akan berulang terus-menerus sehingga tidak ada hari pasti kapan Pasar Hewan Ambarketawang buka dalam kalender modern(senin-minggu), jika ingin mengetahui kapan Pasar Hewan Ambarketawang buka mau tidak mau harus melihat kalender jawa. Pada saat pra-penelitian peneliti beberapa kali mendatangi lokasi 2 hari secara berturut-turut akan tetapi selalu dalam kondisi tutup. Sampai pada akhirnya peneliti bertanya kepada warga setempat kapan sebenarnya Pasar Hewan Ambarketawang buka, baru kemudian peneliti mendapatkan jawaban bahwa ternyata Pasar Hewan Ambarketawang tidak buka setiap hari karena mengikuti sistem kalender Jawa dan buka setiap Pahing. Pasar Hewan Ambarketawang untuk pertama kalinya dioperasionalkan pada hari Selasa Pahing tanggal 21 Maret 2006 setelah diresmikan oleh Bupati Kabupaten Sleman pada hari Kamis Pahing tanggal 16 Maret 2006. terletak di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. Pasar hewan Ambarketawang merupakan hasil relokasi pasar hewan Kuncen. Pemkot dan masyarakat menganggap lokasi pasar semula kurang pas karena terletak ditengah kota, karena seharusnya pasar hewan berada di luar kota. Berdasarkan Peraturan Bupati Sleman No.2/Per.Bup/2006 Tentang Pembentukan Pasar Hewan Ambarketawa bertujuan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat sekitar terutama dalam penyediaan fasilitas pusat perdagangan hewan temak yang memadai dan mendorong serta memacu pertumbuhan perekonomian daerah. Yang menarik adalah ketika pada saat terjadi transaksi jualbeli hewan ternak, ketika penjual bertemu dengan pembeli mereka melakukan pembicaraan singkat lalu si pembeli mulai mengecek kondisi hewan ternak yang

4 dia inginkan, biasanya tidak lebih dari 5 menit untuk satu ekor sapi. Setelah selesai mengecek kemudian mulai melakukan negosiasi harga kepada penjual. Ketika cocok antara penjual dengan pembeli saling bersalaman dan kemudian pembeli mengeluarkan uang sebagai mahar untuk menebus harga sapi yang diincarnya dalam bentuk uang tunai. Uang yang diserahkan kepada penjual pun dalam jumlah seutuhnya, misalnya harga untuk satu ekor sapi dewasa Rp.14.000.000,-(empat belas juta rupiah) maka uang yang diserahkan sejumlah itu juga. Tidak ada dalam bentuk cek, kredit, transfer melalui bank/atm. Semuanya dalam bentuk uang tunai. Bayangkan apabila yang dibeli tidak hanya per ekor sapi dewasa, akan tetapi 10 ekor sapi dewasa. Berapa banyak uang yang harus dibawa oleh si pembeli? Mungkin bisa mencapai ratusan juta Rupiah. Belum lagi untuk sapi jenis tertentu yang harga per ekornya bisa mencapai Rp.50.000.000,-(lima puluh juta rupiah). Mengapa para penjual maupun pembeli masih menggunakan cara yang bisa dikatakan masih tradisional ini? Adakah kaitannya dengan hukum adat? Karena pada hakekatnya perkembangan hukum adat tidak dapat dipisahkan dari perkembangan masyarakat pendukungnya. Dalam pembangunan hukum nasional, peranan hukum adat sangat penting. Karena hukum nasional yang akan dibentuk, didasarkan pada hukum adat yang berlaku. Hukum adat adalah hukum tidak tertulis dan bersifat dinamis yang senantiasa dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan peradaban manusia itu sendiri. Bila hukum adat yang mengatur sesuatu bidang kehidupan dipandang tidak sesuai lagi dengan kebutuhan warganya maka warganya sendiri yang akan mengubah hukum adat tersebut agar dapat memberi manfaat untuk mengatur

5 kehidupan mereka. Hal ini dapat dilihat dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh para ketua adat. Hukum adat mengalami perkembangan karena adanya interaksi sosial, budaya, ekonomi dan lain-lain. Perkembangan itu mengakibatkan perubahan yang dinamis terhadap hukum adat. Selain tidak terkodifikasi, hukum adat itu memiliki corak: 1). Hukum adat mengandung sifat yang sangat tradisional. Bahwa peraturan hukum adat umumnya oleh rakyat dianggap berasal dari nenek moyang yang legendaris (hanya ditemui dari cerita orang tua). 2). Hukum adat dapat berubah. Perubahan dilakukan bukan dengan menghapuskan dan mengganti peraturan-peraturan itu dengan yang lain secara tiba-tiba, karena tindakan demikian itu akan bertentangan dengan sifat adat istiadat yang suci dan bahari. Akan tetapi perubahan terjadi oleh pengaruh kejadian-kejadian, pengaruh keadaan hidup yang silih berganti-ganti. Peraturan hukum adat harus dipakai dan dikenakan oleh pemangku adat (terutama oleh kepala adat) pada situasi tertentu dari kehidupan sehari-hari serta peristiwa-peristiwa demikian ini, sering dengan tidak diketahui berakibat pergantian, berubahnya peraturan adat dan kerap kali orang sampai menyangka bahwa peraturan-peraturan lama tetap berlaku bagi keadaan-keadaan baru. 3). Kesanggupan hukum adat menyesuaikan diri.

6 Justru karena pada hukum adat terdapat sifat hukum tidak tertulis dan tidak dikodifikasi maka hukum adat (pada masyarakat yang melepaskan diri dari ikatan-ikatan tradisi dan dengan cepat berkembang modern) memperlihatkan kesanggupan untuk menyesuaikan diri dan elastisitas yang luas. Suatu hukum sebagai hukum adat, yang terlebih-lebih ditimbulkan keputusan di kalangan masyarakat, sewaktu waktu dapat menyesuaikan diri dengan keadaankeadaan baru. Hukum Adat berakar pada kebudayaan tradisional. Hukum adat adalah suatu hukum yang hidup, karena ia menjelmakan perasaan hukum yang nyata dari rakyat. Sesuai dengan sifat asalnya sendiri,hukum adat terus menerus dalam keadaan tumbuh dan berkembang seperti hidup itu sendiri. Hukum Adat mengatur seluruh aspek kehidupan masyarakat yang berasal dari nenek moyang dan berlaku secara turun temurun. Termasuk dalam hal transaksi jual-beli dalam berbagai aspek dikehidupan masyarakat. Salah satunya yang masih berlangsung sampai sekarang adalah transaksi jual-beli hewan ternak di Pasar Hewan Ambarketawang Yogyakarta yang masih menggunakan cara konvensional, tidak seperti transaksi jual-beli di jaman modern seperti sekarang. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan jual-beli hewan ternak sapi di Pasar Hewan Ambarketawang Gamping Sleman?

7 2. Bagaimana pelaksanaan prinsip terang dan tunai dalam transaksi hewan ternak sapi di Pasar Hewan Ambarketawang Gamping Sleman? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui proses transaksi jual beli di Pasar Hewan Gamping 2. Untuk mengetahui pelaksanaan prinsip Terang dan Tunai dalam proses transaksi jual-beli hewan ternak sapi di Pasar Hewan Ambarketawang Gamping Sleman D. Keaslian Penelitian Untuk mengetahui keaslian penelitian ini, telah dilakukan penelusuran dan penelitian pada berbagai referensi dan hasil penelitian serta dalam media, baik cetak maupun elektronik. Penelitian yang berkaitan dengan Transaksi Jual Beli Hewan Ternak Sapi Di Pasar Hewan Ambarketawang Gamping Sleman belum pernah dilakukan dan dalam kesempatan ini, peneliti akan meneliti masalah tersebut, dengan demikian penelitian ini adalah asli. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis a. Dari hasil penelitian penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pengembangan ilmu hukum pada khususnya.

8 b. Dapat digunakan sebagai salah satu kelengkapan dalam persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas Gadjah Mada. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada masyarakat yang masih awam untuk membantu memahami proses transaksi jual beli hewan ternak sapi di Pasar Ambarketawang Gamping, Sleman. Juga diharapkan dapat bermanfaat bagi yang sedang mempelajari dan ingin mengetahui gambaran tentang transaksi jual-beli hewan ternak. b. Dengan dibuatnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bahwa hukum adat adalah hukum asli Indonesia dan sampai sekarang masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam transaksi jual-beli hewan ternak.