BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang. Riau dikenal sebagai propinsi yang kaya akan bahan tambang dan mineral. Potensi tersebut sudah dikenal sejak zaman penjajahan sampai dengan kemerdekaan. Potensi itu antara lain Minyak Bumi, Batu Bara sampai dengan Emas yang merupakan logam Mulia. Kekayaan alam berupa bahan tambang tersebut tersebar di beberapa wilayah provinsi Riau. Minyak Bumi terdapat di wilayah Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak. Batu bara terdapat di kabupaten Indra Giri Hulu, sedangkan Emas terdapat di wilayah kabupaten Kuantan Singingi yang dikenal dengan nama emas Logas. Potensi kekayaan alam yang terdapat di Riau merupakan kekayaan alam yang terdapat dalam Bumi Indonesia, prosesing mendapatkanya melalui usaha pertambangan. Munculnya kegiatan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) sulit terelakan, bagaimanapun juga PETI merupakan salah bentuk akses masyarakat kepada sumberdaya alam dan lingkunganya. Masyarakat dengan keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi mengelola sendiri sumber-sumber mineral (emas) yang ada di daerahnya untuk meningkatkan taraf hidup dan ekonomi kelompoknya saja, sehingga negatif dampaknya kepada daerah. Survei Departemen ESDM tahun 2000, kegiatan PETI ini telah memasuki hampir seluruh golongan bahan galian seperti emas, batubara, intan, dan golongan lainnya. Dari hasil survey Departemen ESDM tahun 2000, kegiatan PETI sudah meliputi 52 kabupaten, dan 16 Provinsi (data per April 2000). Angka ini,menunjukkan peningkatan yang sangat berarti dibandingkan dengan tahun 1995 yang cuma meliputi 7 Provinsi. Lokasi PETI berada di 713 daerah, dengan memperkerjakan 67.550 orang tenaga kerja. Produksinya sudah mencapai 30 ton emas per tahun, 4.337.200 ton batubara per tahun, dan 33.600 karat intan par tahun. Khusus bahan galian Golongan C, berdasarkan hasil survey Puslitbang Teknologi Mineral sampai dengan tahun 1993, diketahui bahwa lebih dari 90% usaha pertambangan 2
bahan galian Golongan C berstatus tanpa ijin alias PETI. Pada tahun-tahun belakangan, sejalan dengan krisis ekonomi, dan meningkatnya harga emas dunia kegiatan PETI di berbagai daerah terus meningkat. Sementara itu, instrumen kebijakan dari pemerintah di daerah untuk menekan jumlah masyarakat yang melakukan penambangan liar tidak memadai. Jika terdapat instrumen kebijakan, belum mampu mengintegrasikan kepentingan masyarakat dengan kepentingan negara secara simbiosis yang menguntungkan. Akibatnya penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) terus berlansung secara liar bahkan meningkat kuantitasnya, Sejak adanya PETI di daerah penelitian ini, dimensi hubungan Sosial, Politik, Ekonomi, Hukum dan Ketertiban antara pemerintah daerah dengan masyarakat penambang sepertinya tidak harmonis. Secara khusus dalam dimensi ekonomi PETI tidak berkontribusi positip kepada pembangunan ekonomi wilayah di wilayah penelitian ini. Oleh karena itu penelitian penting dilakukan untuk mampu memberikan solusi yang menguntungkan kepada Negara atau Pemerintah serta Rakyat. yang keduanya harus saling memberikan kontribusi manfaat sesuai dengan fungsi-fungsinya terhadap berbagai aspek pembangunan wilayah. Terus membaiknya harga komoditas Emas dunia sekitar 4 tahun belakangan ini mendorong produksi Pertambangan Rakyat dimana-mana, dengan pola resmi maupun Tanpa Izin atau Illegal. Kegiatan pertambangan termasuk PETI berhubungan erat dengan permukaan bumi dalam wilayah dan perut bumi. Sehingga (PETI) menempatkan lahan sebagai faktor produksi penting, sedangkan permukaan bumi atau lahan yang mengandung potensi emas jumlahnya terbatas,bahkan wilayah permukaanya tumpang tindih dengan peruntukan pembangunan yang lain termasuk pertanian. Akibatnya terjadi kompetisi terhadap sumberdaya yang ada pada sektor yang berbeda maupun sesama Stake Holder dalam satu sektor yang sama. 3 1.2 Perumusan Masalah Penelitian PETI berdampak kepada masyarakat baik yang melakukan penambangan
maupun yang bukan melakukan penambangan. PETI berpengaruh positip kepada peningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga penambang serta pedagang penyedia sarana penambangan. PETI mengeruk potensi kekayaan nyata kontribusinya kepada pemerintah daerah secara langsung. daerah dan tidak Pemerintah daerah maupun aparat yang berwenang tidak mampu menghentikan kegiatan masyarakat Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) ini. PETI berdampak kepada permintaan terhadap lahan/tanah untuk penambangan. Jumlah tanah yang memenuhi kriteria untuk penambangan sangat terbatas. Sementara tingkat permintaan yang tinggi di sisi lain menyebabkan harga tanah meningkat begitu cepat dan tidak rasional. Tanah-tanah yang ada di perdesaan kabupaten Kuantan Singingi umumnya tanah dan lahan untuk pertanian. Akibatnya semakin meluasnya PETI semakin berkurang lahan untuk pertanian. PETI juga telah berdampak luas kepada sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara sistemik. Tanah atau lahan bekas penambangan tidak dapat dikembalikan lagi kesuburanya dalam waktu singkat. Penggunaan Air raksa pada proses memisahkan emas hasil tambang dengan senyawa lain akan berdampak berantai kepada flora dan fauna yang ada, PETI telah merubah tatanan alami sumberdaya air berupa sungai dan danau ataupun rawa yang ada di wilayah penambangan. Dari fenomena Penambangan Emas Tanpa Izin diatas dapat disimpulkan: PETI yang berlansung dan dioperasionalkan masyarakat telah melenceng dari ketentuan Pasal 33 UUD 1945. PETI telah merugikan negara dalam bentuk pencurian kekayaan negara sebab tanpa izin pemerintah sebagaimana di atur dalam Undang-Undang pertambangan. PETI telah merusak lingkungan hidup sehingga mengganggu keberlanjutan 4 pembangunan. PETI menimbulkan erosi dan mendegradasi persediaan tanah-tanah untuk pertanian. Namun apakah PETI berkontribusi kepada pembangunan wilayah (Peningkatan
Ekonomi Daerah )?. Bagaimana terjadinya kenaikan harga tanah-tanah pertanian yang ada sebagai dampak PETI?;Apakah kebijakan pada tingkat pemerintah daerah yang sudah ada sebelumnya mampu mengakomodasi permasalahan tersebut di atas? Jika tidak, seperti apakah konstruksi model PETI, yang dapat memberikan kontribusi nyata kepada pembangunan wilayah (Peningkatan ekonomi daerah (PAD), peningkatan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan, dan menjaga ketersediaan serta kesinambungan lahan Pertanian?. Berdasarkan uraian di atas penulis mengajukan hipotesis bahwa; Tidak terdapat kontribusi positip antara kegiatan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) dengan Aspek Pembangunan Wilayah (Peningkatan ekonomi daerah (PAD), peningkatan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan). Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) telah menyebabkan kenaikan harga lahan lahan yang semula untuk pertanian. Belum ada kebijakan pada level pemerintah daerah yang dapat mengakomodasi kepentingan pihak-pihak dalam kompleksitas permasalahan PETI sehingga perlu dilakukan kontruksi model. 1.3. Tujuan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk (1). Menganalisis realitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Kuantan Singingi dan dampaknya terhadap kenaikan harga jual lahan (tanah) dan kerusakan tata lingkungan penambangan. (2) Menganalisis sebuah kebijakan pengelolaan kegiatan penambangan emas tanpa izin untuk mengetahui bagaimana konsep atau model instrumen kebijakan yang pernah dilakukan itu sudah mengimplementasikan konsep dalam pengelolaan pertambangan secara adil, seimbang dan berkelanjutan. (3). Menemukan konsep/model pengelolaan kegiatan Penambangan yang mengintegrasikan berbagai kelompok di dalamnya. 5 1.4. Manfaat Penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada (Kategori I) yaitu Pengetahuan dan pemahaman tentang pengelolaan pembangunan pada pertambangan yang didalamnya melakukan interakasi sesama subjek pertambangan rakyat. (Kategori II) yaitu: Bagaimana memecahkan persoalan pembangunan dewasa ini yang berbasiskan
pertambangan. Pengelolaan antar subjek pertambangan; kepemilikan lahan oleh rakyat, penguasaan Bumi, air dan kekayaan alam di dalamnya oleh negara, kemudian secara bersama-sama dalam dalam sebuah sistem pembangunan untuk menciptakan kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran.