PENGETAHUAN GURU SEKOLAH DASAR TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SEBAGAI HASIL PELATIHAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SEKOLAH SEHAT DI CIATER SUBANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai danhak setiap individu agar

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

Suplemen. PHBS di Sekolah. Suplemen 2011

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan bersama antara Depdik-bud dan Depkes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa balita adalah masa emas tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membesarkan anak menjadi bagian

PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Nama saya Sam Hilda NH, saya adalah mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Usaha kesehatan lingkungan merupakan salah satu dari enam usaha dasar

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Indikator untuk menilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di

Upaya penerapan PHBS di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

PERBEDAAN PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PHBS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ely Isnaeni, S. Kep, M. Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Nuraida dkk, 2014). Sedangkan pada kenyataannya masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan sumber daya

Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sumberjambe 2016 BAB 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

PENYULUHAN DAN PRAKTIK PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT) DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT DESA PEDULI SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pencegahan penyakit dengan mengurangi atau menghilangkan faktor resiko

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

A. Pengetahuan Petunjuk: Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X).

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini di Indonesia terdapat lebih dari sekolah negeri,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA UNTUK MELAKUKAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANGUNHARJO JATIPURNO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB I. PENDAHULUAN UKDW. hidup seoptimal mungkin (Depkes RI, 2006). Di bidang pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek penting dalam suatu

STUDI KOMPARASI PHBS WARGA SEKOLAH DASAR DI KOTA DAN DI DESA TAHUN 2015

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 56 PENGETAHUAN GURU SEKOLAH DASAR TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SEBAGAI HASIL PELATIHAN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SEKOLAH SEHAT DI CIATER SUBANG Riana Dwi Wulansari 1, Ai Nurhayati 2, dan Yulia Rahmawati 2 Abstrak : Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah kesadaran terkait pentingnya PHBS yang masih rendah dan belum optimal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan Guru SD tentang PHBS meliputi indikator mencuci tangan, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah dan membuang sampah pada tempatnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode desktiptif. Populasi dalam penelitian ini adalah guru SD di Kecamatan Ciater sebanyak 71 orang guru. Sample sebanyak 41 orang guru SD yang di pilih secara acak. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan guru SD tentang PHBS pada indikator mencuci tangan, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah dan membuang sampah pada tempatnya masing-masing berada pada kategori cukup baik. Rekomendasi ditujukan kepada guru SD untuk lebih memahami dengan membaca berbagai sumber tentang PHBS sehingga dapat lebih baik mengimplementasikan pada kehidupan sehari-hari sebagai contoh nyata untuk siswa di sekolah. Kata kunci: Pengetahuan, Guru SD, Sekolah Sehat, PHBS PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu cara untuk memperoleh pembelajaran. Menurut Langeveld dalam Suryadi (2009, hlm 147) bahwa pendidikan adalah Ilmu tersendiri karena pendidikan memiliki objek tersendiri yang berupa hubungan antara pendidik dan peserta didik, cara tersendiri yang normatif dan memiliki tujuan yang jelas yaitu pendewasaan. Pendidikan dapat dilakukan secara Formal, Nonformal dan Informal. Jalur pendidikan tersebut dapat di tempuh pada setiap jenjang. Menurut UU RI No 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003, hlm 2 dan 9) bahwa Pendidikan Nonformal yaitu: Jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan 1) Riana Dwi Wulansari Alumni Prodi Pendidikan Tata Boga Departemen. PKK FPTK UPI 2) Ai Nurhayati dan Yulia Rahmawati Dosen Prodi Pendidikan Tata Boga Departemen PKK FPTK UPI belajar masyarakat dan majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis. Salah satu pendidikan nonformal yang dapat dilakukan adalah program pelatihan. Pelatihan dapat diikuti oleh semua orang sesuai dengan target sasaran pada pelatihan itu sendiri. Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI (2007, hlm 463) bahwa pelatihan merupakan Upaya sadar untuk menumbuhkembangkan perubahan bagi peserta didik, lembaga penyelenggara, masyarakat dan bangsa. Salah satu pelatihan yang dicanangkan oleh Dinas Kesehatan pada tahun 2010 adalah PHBS yang menyatakan bahwa PHBS adalah: Sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu atau kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 57 masyarakat. Dinkes Jabar (2010, hlm 1). PHBS merupakan perilaku di bidang kesehatan yang dilakukan secara sadar sehingga menjadikan individu maupun kelompok dapat berperilaku hidup yang bersih dan sehat. Pembinaan PHBS dilakukan melalui pendekatan tatanan. Terdapat lima tatanan PHBS yaitu PHBS di rumah tangga, PHBS di institusi pendidikan atau sekolah, PHBS di tempat kerja, PHBS di institusi kesehatan dan PHBS di tempat umum. PHBS pada institusi pendidikan atau sekolah dapat mulai ditanamkan sejak dini yaitu sejak usia sekolah. Berdasarkan peraturan MENKES RI No. 2269 (2011, hlm 11) menyebutkan bahwa : PHBS di institusi pendidikan (kampus, sekolah, pesantren, seminari, padepokan dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikan perilaku yang dapat menciptakan institusi pendidikan ber-phbs, yang mencakup antara lain mencuci tangan menggunakan sabun, mengkonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak mengkonsumsi narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA), tidak meludah sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk dan lainlain. PHBS dibutuhkan tidak hanya dalam bentuk pembelajaran namun pemberian sarana, sikap dan perilaku. Pelatihan PHBS dilakukan oleh yayasan Sahabat Cipta yang merupakan sebuah lembaga nirlaba yang memiliki fokus pada pengembangan ekonomi. Sejak tahun 2011, Sahabat Cipta melaksanakan program DDCP (Dairy Development in Ciater Program) yang bergerak di bidang pengembangan sapi perah. Selain melaksanakan program terkait sapi perah, yayasan Sahabat Cipta melaksanakan program lainnya khususnya di bidang kesehatan salah satunya adalah Program Sekolah Sehat. Menurut Depdiknas melalui Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani dalam SKB Grobogan 2013 bahwa sekolah sehat adalah Sekolah yang bersih, hijau, indah dan rindang peserta didiknya sehat dan bugar serta senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat. Sedangkan menurut Depkes RI 2003 dalam Efendi dan Mahfudli (2009, hlm 211) bahwa : Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan istilah tiga program pokok (trias) UKS. Pelatihan tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai PHBS yang diterapkan dilingkungan sekolah dasar untuk mewujudkan sekolah sehat yang ditujukan kepada guru SD dengan melakukan pendekatan ToT (Training of Trainers). Materi yang disampaikan pada pelatihan tersebut meliputi konsep PHBS secara umum, PHBS di sekolah yang membahas mengenai definisi PHBS, sasaran PHBS, manfaat PHBS, dukungan dan peran PHBS serta indikator PHBS di sekolah. Indikator PHBS terdiri dari mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban bersih, olahraga yang teratur dan terukur,

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 58 memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap enam bulan dan membuang sampah pada tempatnya. Indikator PHBS yang berkaitan dengan kegiatan sekolah sehat diantaranya adalah mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah dan membuang sampah pada tempatnya. Permasalahan yang muncul terkait dengan PHBS adalah menjelaskan adanya masalah pada anak usia sekolah yang merupakan masa rawan terserang penyakit, yaitu sebagai berikut: 40-60% anak menderita cacingan dan sekitar 3% anak dengan umur di bawah 10 tahun sudah mulai merokok. Selain itu setiap tahun sekitar 100.000 anak Indonesia meninggal akibat diare. Sekitar 25-50% jajanan kaki lima tercemar kuman paratifus sehingga tidak aman untuk dikonsumsi. Depkes RI 2007 dalam KAK ToT (2014, hlm 1). Kesadaran terkait pentingnya PHBS masih rendah seperti yang dijelaskan pada data Depkes RI tahun 2007, selain itu kondisi yang ditemukan dilapangan terutama di sekolah adalah sebagai berikut : Masih belum optimalnya sarana untuk menunjang program PHBS & Nutrisi baik sarana fisik seperti Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) maupun kegiatan penunjang seperti Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Selain itu, pihak sekolah juga belum memperhatikan kondisi kantin dan jajanan yang disediakan untuk siswa. Kondisi kantin yang kurang bersih dan tidak higienis bisa menyebabkan siswa terkena penyakit seperti diare, tifus dan kecacingan. Sedangkan jajanan yang mengandung Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang melebihi batas yang diizinkan dapat mempengaruhi kesehatan siswa. Baseline Survey DDCP 2011 dalam KAK ToT (2014, hlm 1). Data tersebut menunjukan dampak dari perilaku terhadap tingkat kesehatan meningkat, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat melalui program PHBS dan menjadikan sekolah sebagai salah satu pendorong penerapan PHBS dan target promosi kesehatan. Pelatihan yang telah dilakukan diharapkan dapat menambah pengetahuan para Guru SD mengenai PHBS, sehingga guru memiliki kapasitas yang memadai terkait PHBS dan Nutrisi untuk dapat diterapkan kepada guru yang lain dan peserta didik. Penulis sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Boga UPI yang selanjutnya akan menjadi seorang guru baik guru formal, informal dan nonformal di masyarakat yang memiliki pengetahuan sikap dan keterampilan tentang PHBS. Latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengetahuan Guru SD tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sebagai hasil pelatihan dalam rangka mewujudkan sekolah sehat di Ciater Subang. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah mendapatkan data tentang: 1. Pengetahuan guru SD tentang PHBS di sekolah sebagai hasil pelatihan dalam rangka mewujudkan sekolah sehat meliputi Indikator Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Menggunakan Sabun.

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 59 2. Pengetahuan guru SD tentang PHBS di sekolah sebagai hasil pelatihan dalam rangka mewujudkan sekolah sehat meliputi Indikator Mengkonsumsi Jajanan Sehat di Kantin Sekolah. 3. Pengetahuan guru SD tentang PHBS di sekolah sebagai hasil pelatihan dalam rangka mewujudkan sekolah sehat meliputi Indikator kebiasaan Membuang Sampah pada Tempatnya. KAJIAN PUSTAKA Pelatihan adalah suatu proses penyampaian dan pemikiran keterampilan, pengetahuan dan nilainilai. Friedman dan Yarbrough dalam ilmu dan aplikasi pendidikan (2007, hlm 465) mengemukakan bahwa: Training is a process used by organization to meet their goals. It is called into operation when a discreoancy is perceived between the current situation and a preferred state of affairs. The trainers role is to facilitate trainee s movement from the status que toward the ideal. Pengertian tersebut menunjukan bahwa pelatihan adalah upaya pembelajaran yang diselenggarakan oleh organisasi (instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan dll) untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan pelatihan PHBS yaitu: 1. Guru SD diharapkan dapat mengetahui pendekatan tatanan pembinaan PHBS di sekolah. 2. Guru SD diharapkan dapat mengetahui strategi untuk mencapai tujuan PHBS. 3. Guru SD diharapkan dapat menuliskan contoh PHBS di sekolah. 4. Guru SD diharapkan dapat mengetahui sasaran pada pembinaan PHBS di sekolah Sasaran pelatihan PHBS di sekolah adalah para Guru SD yang berada di Kecamatan Ciater. Materi Pelatihan PHBS a. Konsep Sekolah Sehat Sekolah sehat merupakan sekolah yang peserta didiknya dapat berperilaku sehat sehingga dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan anak. Menurut Depdiknas melalui Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani dalam SKB Grobogan 2013 bahwa sekolah sehat adalah Sekolah yang bersih, hijau, indah dan rindang peserta didiknya sehat dan bugar serta senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat. b. Konsep PHBS di Sekolah Adanya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah merupakan program yang harus diupayakan. Menurut Nurhayati dalam modul pelatihan PHBS (2014, hlm 2) PHBS di sekolah adalah: Sekumpulan perilaku yang dipraktikan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Sasaran PHBS di sekolah ditujukan untuk siswa, warga sekolah seperti kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah dan orang tua siswa serta masyarakat lingkungan

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 60 sekolah. Adapun manfaat dalam pembinaan PHBS di sekolah yaitu: 1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit. 2. Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa. 3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua. 4. Meningkatkan citra pemerintah daerah di bidang pendidikan dan menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain. Terdapat berbagai bentuk dukungan dan peran terkait PHBS ditatanan institusi pendidikan atau sekolah dapat dipraktikan. 1. Adanya kebijakan dan dukungan dari pengambil keputusan seperti: bupati, kepala dinas pendidikan, kepala dinas kesehatan DPRD, lintas sektor sangat penting untuk pembinaan PHBS di sekolah agar terwujudnya sekolah sehat. 2. Peran dari berbagai pihak terkait yaitu: tim Pembina dan pelaksana UKS. 3. Peran masyarakat sekolah berpartisipasi dalam PHBS baik di sekolah maupun di masyarakat. c. Indikator PHBS di Sekolah 1) Indikator Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Menggunakan Sabun Mencuci tangan merupakan salah satu kegiatan yang umum untuk dilakukan oleh setiap orang. Mencuci tangan menjadi suatu kebiasaan yang penting agar mencegah timbulnya penyakit. Jika kebiasaan mencuci tangan belum tertanamkan, maka kuman-kuman yang menempel pada tangan dapat menimbulkan suatu penyakit. Tangan menjadi salah satu jalur untuk kuman dalam menyebarkan suatu penyakit. Mencuci tangan hanya menggunakan air saja tanpa menggunakan sabun dapat menyebabkan kuman-kuman menempel ditangan. Kebiasaan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah bermain dengan tanah terkadang terlupakan. Selain mencuci tangan, yang perlu diperhatikan yaitu kebiasaan dalam memotong kuku. Kesadaran akan mencuci tangan yang baik dan benar serta kebiasaan dalam memotong kuku dapat menghindarkan seseorang dari timbulnya penyakit. Penyakit yang dapat ditimbulkan, seperti kecacingan dan infeksi kecacingan. 2) Indikator Mengkonsumsi Jajanan Sehat Di Kantin Sekolah Jajan menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan oleh anak sekolah. Rentang waktu makan pagi dan makan siang yang dilewati oleh anak di sekolah membuat anak-anak memerlukan asupan makanan tambahan di antara waktu makan tersebut sehingga anak melakukan kebiasaan jajan. Kebiasaan jajan pada anak sekolah didukung dengan berbagai macam jenis jajanan yang disediakan di kantin sekolah maupun penjual makanan di sekitar sekolah. Kebiasaan jajanan dapat berdampak positif maupun berdampak negatif. Berdampak positif karena anak tidak merasa lapar selama mengikuti pelajaran dan anak dapat bersosialisasi dengan orang banyak. Dampak negatif

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 61 yang ditimbulkan yaitu karena keamanan makanan jajanan yang diragukan keamanan jajanan terkait dengan kandungan gizi, sanitasi higiene serta pemberian bahan tambahan makanan (BMT) pada makanan jajanan. Kebiasaan jajan anak sekolah baik di kantin sekolah atau di penjual makanan sekitar sekolah menjadi perhatian bagi semua pihak seperti orang tua, guru maupun dinas terkait seperti dinas pendidikan dan dinas kesehatan agar memperhatikan asupan gizi anak sekolah. Sekolah harus melakukan pengawasan pada para penjual makanan jajanan baik di kantin sekolah maupun penjual di sekitar sekolah. Pengawasan yang dilakukan yaitu memperhatikan makanan jajanan yang dikelola merupakan produk makanan sehat dan aman dikonsumsi. 3) Indikator Membuang Sampah Pada Tempatnya sampah adalah semua benda karena sifatnya tidak dimanfaatkan lagi. Kebiasaan membuang sampah pada tempatnya harus dibiasakan pada anak. Hal tersebut dilakukan agar menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak. Kebiasaan membuang sampah harus diiringi dengan pengetahuan membuang sampah berdasarkan jenisnya. Membuang sampah berdasarkan jenisnya dapat membantu dalam pengelolaan sampah. Sampah dapat mempengaruhi lingkungan hidup sehingga harus dikelola dengan baik agar tidak terjadi penumpukan sampah. Sarana membuang sampah yang sehat atau tempat sampah harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: kuat, mudah dibersihkan dan dapat menghindarkan dari jangkauan serangga dan tikus. Tempat sampah harus mempunyai tutup dan selalu dalam keadaan tertutup, bila tutup terbuka maka menjadi tidak sehat kerena bakteri dapat menempel ditempat lain. Perilaku membuang sampah di atas tanah terbuka atau sembarangan tidak sehat karena dapat menyebabkan bau yang tidak sedap dan mengundang seranga dan tikus. METODOLOGI Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode desktiptif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan data yang telah terkumpul. Menurut Sudjana dan Ibrahim (2010, hlm 64) penelitian deskriptif adalah Penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Populasi dalam penelitian ini adalah guru SD yang telah mengikuti pelatihan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan jumlah populasi 71 orang. Teknik pengumpulan sample yang digunakan adalah sample random. Menurut Sugiyono (2013, hlm 118) sample adalah Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, sehingga pengambilan sample dalam penelitian ini yaitu sebanyak 41 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan Tes. Analisis Data Dalam mengolah data penelitian penulis menggunakan metode Expert Judgement dimana validitas kontent dilakukan oleh ahli. Data yang telah terkumpul kemudian diolah untuk mengubah data mentah menjadi data yang lebih terukur. Data tersbut diolah dengan persentase data yang

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 62 digunakan untuk membuat frekuensi jawaban sehingga hasil tes akan terlihat perbandingannya dalam bentuk persentase. HASIL PENELITIAN 1) Pengetahuan Guru SD tentang PHBS di sekolah Sebagai Hasil Pelatihan Dalam Rangka Mewujudkan Sekolah Sehat Meliputi Indikator Mencuci Tangan Dengan Air Mengalir dan Menggunakan Sabun Hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan guru SD tentang PHBS indikator mencuci tangan diperoleh sebesar 79% yang berada pada kategori cukup baik. Sebagaimana yang telah di paparkan oleh Ferry dan Makhfudli (2009, hlm 259) bahwa: Membersihkan tangan dapat membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme serta menghindari masuknya kuman ke dalam tubuh. Pemaparan tersebut dapat mengidentifikasi seyogyanya guru sudah mengetahui dan memahami pentingnya mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun, karena dengan mencuci tangan dapat terbebas dari kuman dan dapat menghindari masuknya kuman kedalam tubuh. Pengetahuan guru SD tentang PHBS indikator mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun dengan kategori cukup baik dapat di lihat pada instrumen tes yang telah di jawab dengan benar oleh responden. Hal ini dipengaruhi oleh maksimalnya waktu yang digunakan pada saat pelatihan. Media yang digunakan serta cara penyampaian materi yang mudah dimengerti oleh para guru SD. 2) Pengetahuan Guru SD tentang PHBS di sekolah Sebagai Hasil Pelatihan Dalam Rangka Mewujudkan Sekolah Sehat Meliputi Indikator Mengkonsumsi Jajanan Sehat di Kantin Sekolah Hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan guru SD tentang PHBS indikator mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah diperoleh sebesar 79,5% yang berada pada kategori cukup baik. Sebagaimana yang telah di paparkan oleh Damayanti (2013, hlm 33) bahwa: Makanan jajanan sehat itu adalah makanan jajanan yang menggunakan bahan-bahan segar dengan kesesuaian kebutuhan kalori anak sekolah dasar, penjual memperhatikan sanitasi hygiene, baik hygiene pribadi, lingkungan dapur dan hygiene peralatan yang digunakan serta menyediakan tempat penyimpanan yang memadai. Pemaparan di atas dapat mengidentifikasi seyogyanya guru sudah mengetahui dan memahami bahwa makanan jajanan dapat dikatakan sehat dengan mengacu pada syarat dari makanan jajanan sehat serta cara memilih makanan jajanan sehat yang sesuai dengan jumlah kalori anak sekolah. Pengetahuan guru SD tentang PHBS mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah dengan kategori cukup baik dapat di lihat pada instrumen tes yang telah di jawab dengan benar oleh responden. Hal ini dipengaruhi dengan adanya fasilitator dan narasumber yang menyampaikan materi merupakan narasumber yang ahli dibidang PHBS khususnya pada indikator mengkonsumsi jajanan sehat

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 63 di kantin sekolah sehingga pengetahuan yang diperoleh guru SD dapat di terima secara maksimal. Pelatihan yang dilaksanakan menggunakan pendekatan PAKEM yaitu: pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga tercipta suatu kondisi dimana para guru SD menguasai pengetahuan dengan baik. 3) Pengetahuan Guru SD tentang PHBS di sekolah Sebagai Hasil Pelatihan Dalam Rangka Mewujudkan Sekolah Sehat Meliputi Indikator Membuang Sampah Pada Tempatnya Hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan guru SD tentang PHBS indikator membuang sampah pada tempatnya diperoleh sebesar 77% yang berada pada kategori cukup baik. Sebagaimana yang telah di paparkan oleh Suryati (2014, hlm 10), bahwa: Dengan membuang sampah dapat membiasakan anak untuk selalu membuang sampah pada tempatnya, mempermudah dalam pengelolaan sampah, menghindari cemaran udara dan memberikan kenyamanan selama berada di lingkungan sekolah. Pemaparan di atas, dapat mengidentifikasi seyogyanya guru sudah mengetahui dan memahami akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya yang dapat membiasakan anak untuk selalu membuang sampah pada tempatnya, sampah dapat dikelola dengan mudah dan dapat menghindari cemaran udara serta memberikan kenyamanan selama berada di lingkungan sekolah. Pengetahuan guru SD tentang PHBS indikator membuang sampah pada tempatnya dengan kategori cukup baik dapat di lihat pada instrumen tes yang telah di jawab dengan benar oleh responden. Hal ini dipengaruhi oleh waktu pelaksanaan pelatihan yang maksimal, media pembelajaran yang mudah dimengerti serta narasumber yang ahli dalam penyampaian materi ini. Pelatihan yang dilaksanakan menggunakan model pembelajaran ICARE yaitu: introduce, connect, apply, reflect and extend dimana para guru SD pada saat pelatihan melakukan komunikasi yang baik, para guru SD mengkaitkan antara materi yang dipelajari dengan kondisi nyata dilapangan serta para guru SD dapat menggali lebih luas mengenai PHBS sehingga para guru SD mendapatkan pengetahuan dengan cukup baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan guru SD setelah mengikuti pelatihan PHBS dalam rangka mewujudkan sekolah sehat di Ciater Subang secara umum berada pada kategori cukup baik. Simpulan hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: Tingkat pengetahuan guru SD pada indikator mencuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun berada pada kategori cukup baik. Pada kategori baik yaitu pengetahuan tentang fungsi mencuci tangan secara umum, tujuan mencuci tangan, fasilitas yang harus ada untuk mencuci tangan, kriteria air yang digunakan untuk mencuci tangan, perawatan tangan secara umum dan waktu yang baik untuk mencuci tangan. Pada kategori cukup baik yaitu pengetahuan tentang penyakit yang ditimbulkan melalui tangan. Adapun yang berada pada kategori kurang baik yaitu

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 64 pengetahuan tentang pengertian mencuci tangan secara umum, hal yang harus diperhatikan selain mencuci tangan dan hal yang dilakukan setelah menggosok tangan dengan sabun. Tingkat pengetahuan guru SD pada indikator mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah berada pada kategori cukup baik. Pada kategori baik yaitu pengetahuan tentang hal yang harus diperhatikan agar kebiasaan jajan tidak berdampak negatif pada kesehatan anak, syarat makanan yang di jual di kantin sekolah, hal yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas kantin, tugas kantin sekolah dan faktor yang harus diperhatikan dalam memilih makanan jajanan. Pada kategori cukup baik yaitu pengetahuan tentang salah satu dampak negatif dari kebiasaan jajan dan makanan jajanan sehat. Adapun yang berada pada kategori kurang baik yaitu pengetahuan tentang jumlah kalori anak dalam mengkonsumsi jajanan, zat gizi makro, zat gizi mikro, sifat dari makanan jajanan. Tingkat pengetahuan guru SD pada indikator membuang sampah pada tempatnya berada pada kategori cukup baik. Pada kategori baik yaitu pengetahuan tentang jenis sampah, fungsi kebiasaan membuang sampah pada tempatnya untuk anak sekolah dasar, tujuan membuang sampah pada tempatnya untuk anak sekolah dasar, contoh dari sampah organik, contoh dari sampah anorganik dan syarat dari tempat pembuangan sampah. Pada kategori cukup baik yaitu pengetahuan tentang cara menangani sampah untuk anak sekolah dasar. Adapun yang berada pada kategori kurang baik yaitu pengetahuan tentang cara penanganan sampah reduce pada anak sekolah dasar dan cara penanganan sampah reuse pada anak sekolah dasar. Saran Terdapat beberapa saran yang diberikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk pihak-pihak yang terkait antara lain: 1. Bagi Guru SD Lebih dalam memaknai dan memahami PHBS sehingga dapat diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari baik dilingkungan sekolah maupun di rumah sebagai contoh nyata untuk siswa di sekolah serta mempelajari kembali materimateri yang di nilai masih berada dalam kategori kurang baik pada setiap indikator. 2. Bagi Tim Penyelenggara Melakukan pendampingan kepada guru yang telah mengikuti pelatihan agar tetap berkesinambungan, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil yang maksimal dari pelatihan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang penerapan PHBS di sekolah sebagai hasil pelatihan dalam mewujudkan sekolah sehat di Ciater Subang. DAFTAR PUSTAKA Damayanti, diana. (2013). Makanan & Kegiatan Sekolah Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Efendi ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 65 Friedman, P,G.,dan Yarbrough,EA. (1985). Training Strategi From Start To Finish. New Jersey:Prentice Hall, Inc., Englewood CliffsHall, C.S., Lindzey, G & Campabell, J.B. (1998). Theories of Personality (4th ed). New York: John Wiley & Sons,Inc. MENKES RI No. 2269, 2011. Pedoman Pembinaan PHBS. Ped_Pemb_PHBS.pdf. Diakses 27 Maret 2014 Materi Training of Trainers 2014 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Suryadi. (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 1. Bandung: PT. IMTIMA Sudjana, djudju. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 4. Bandung: PT.IMTIMA Sugiyono. (2011 dan 2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabetha Suryati, teti. (2014). Bebas Sanpah dari Rumah. Jakarta: PT Agro Media Pustaka Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 66