BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi mencari sumber

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan potensi dan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah dalam rangka menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

III. METODE PENELITIAN. pendapatan daerah kota Bandar Lampung tahun Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah di kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah dalam menjalankan pemerintahannya.otonomi daerah sendiri merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 (satu) disebutkan, bahwa Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB III ANALISIS DATA DAN PEBAHASAN. Daerah Kabupaten Boyolali Tahun daerah kabupaten boyolali tahun :

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan pada bantuan pusat harus seminimal mungkin (Bastian:2001).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis data diatas. ialah:

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi merupakan babak baru dalam pemerintahan Indonesia,

Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era Otonomi daerah yang secara resmi mulai diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Selaras dengan hal tersebut, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Perundang- Undangan mengenai Otonomi Daerah yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan Pusat dan Daerah. Undang-Undang ini memberikan otonomi secara penuh kepada daerah untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan sesuai dengan prakarsa dan aspirasi masyarakatnya. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititik beratkan pada daerah kabupaten dan daerah kota dimulai dengan adanya penyerahan kewenangan (urusan) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka desentralisasi ini tentunya harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan. Sumber pembiayaan yang paling penting adalah sumber pembiayaan yang dikenal dengan istilah PAD (Pendapatan Asli Daerah) dimana komponen utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah (riduansyah, 2003). 1

2 Menurut Halim (2012:101) PendapatanAsli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Kelompok pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu Pajak daerah, Retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Tahun Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung Anggaran (2009-2013) Realisasi Perubahan % Pertumbu han 2009 151.496.194.500 152.549.655.824-2010 192.971.977.423 198.650.518.839 46.100.863.015 30,22% 2011 240.907.807.907 291.062.396.560 92.411.877.721 46,52% 2012 318.947.610.018 366.481.168.954 75.418.772.394 25,91% 2013 430.127.599.111 507.391.328.623 140.910.159.669 38,45% Rata- Rata 266.890.237.792 303.227.013.760 88.710.418.200 35,28% Sumber: Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kab. Bandung Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat laju pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung dari tahun 2009-2013 cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2012 Pendapatan Asli daerah menurun sebesar 25,91% namun pada tahun 2013 Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan sebesar 38,45%.

3 Tabel 1.2 Sumber dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2013 No Uraian Realisasi Pendapatan Tahun 2013 Pendapatan Asli Daerah % Kontribusi 1 Pajak Daerah 287.766.327.300 507.391.328.623 56,72% 2 Retribusi Daerah 49.547.220.662 507.391.328.623 9,77% 3 Bagian Laba BUMD 50.139.506.724 507.391.328.623 9,88% 4 Lain-Lain PAD yang sah 119.938.273.937 507.391.328.623 23,64% Sumber: Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kab. Bandung Gambar 1.1 Kontribusi Sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung 2013 10% 23% 10% 57% Pajak Daerah Retribusi Daerah Bagian Laba BUMD Lain-Lain PAD yang Sah % Kontribusi Sumber : Output Excel 2013 Diantara semua komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pajak Daerah merupakan penyumbang terbesar, sehingga muncul anggapan bahwasannya Pendapatan Asli Daerah (PAD) identik dengan Pajak Daerah. Berdasarkan tabel

4 1.2 dan gambar 1.1 pada tahun 2013 pendapatan asli daerah kabupaten bandung 56,72% diperoleh dari Pajak Daerah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, ada beberapa jenis pajak yang masuk kas DPPK Kabupaten Bandung diantaranya Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan & Genset, Pajak Parkir, Pajak Pengambilan Air Tanah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan yang terakhir Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan Perkotaan. Terdapatsatu jenis pajak yang menarik untuk diteliti atas pajak yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten Bandung yaitu Pajak Reklame, karena laju pertumbuhan atas penerimaan pajak reklame menunjukan penurunan setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Pajak Reklame Kabupaten Bandung Tahun (2009-2013) Tahun Anggaran Realisasi Pajak Perubahan Reklame 2009 2.100.000.000 1.599.992.419 - - 2010 2.220.000.000 2.022.621.402 422.628.983 26,41% 2011 2.000.000.000 2.547.378.797 524.757.395 25,95% 2012 2.500.000.000 2.712.275.886 164.897.089 6,47% 2013 2.750.000.000 2.770.273.862 57.997.976 2,14% Rata- % Pertumbuhan 2.314.000.000 2.330.508.473,2 234.056.288,6 12,19% Rata Sumber :DPPK Kabupaten Bandung Berdasarkan tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Reklame di Kabupaten Bandung mengalami penurunan dari tahun 2009-2013, penurunan yang drastis terjadi pada tahun 2013 sebesar 57.997.976. Penurunan ini berbeda dengan laju pertumbuhan jumlah Wajib Pajak Terdaftar perbedaan ini dapat kita lihat dalam tabel 1.4.

5 Tabel 1.4 Laju Pertumbuhan Jumlah Wajib Pajak Reklame Kabupaten bandung Tahun 2009-2013 Tahun Jumlah Wajib Pajak Perubahan Pertumbuhan (%) Terdaftar 2009 509 - - 2010 812 303 59,52% 2011 927 115 14,16% 2012 972 45 4,85% 2013 1212 240 24,69% Rata-Rata 886,4 140,6 103,22% Sumber :DPPK Kabupaten Bandung Laju pertumbuhan jumlah wajib pajak terdaftar dari tahun 2009-2013 cenderung berfluktuatif seperti penurunan yang terjadi pada tahun 2011 dan tahun 2012 sedangkan peningkatan terjadi pada tahun 2010 dan 2013. Laju pertumbuhan tersebut berbeda dengan laju pertumbuhan reklame contohnya saja pada tahun 2013 laju pertumbuhan reklame mengalami penurunan namun jumlah wajib pajak mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 240. Menurut Petugas Pelaksana Lapangan Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung Dedi Irianda dalam media online bisnis.com perbedaan laju pertumbuhan tersebut disebabkan karena maraknya penunggakan pajak reklame dan reklame tak berijin. Dari data DPPK Kabupaten Bandung, setidaknya ada 66 papan reklame Rumah Makan Padang yang tidak membayar pajak senilairp. 22,5 juta, 57 buah reklame produk fotografi senilai Rp. 18,7 juta, 132 buah reklame produk operator seluler bernilai pajak Rp. 37,8 juta, 73 bilboard produk rokok senilairp. 22 juta. Upaya Pemerintah Kabupaten Bandung dalam menertibkan reklame yang tak berijin dengan cara melakukan Penertiban terhadap reklame tersebut,

6 seperti yang dikatakan Edi Kusnadi penertiban reklame akan berlanjut sampai tuntas di 31 kecamatan yang ada di kabupaten bandung, reklame yang ditertibkan tersebut melanggar Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bandung No, 1 Tahun 2011 tentang pajak daerah, termasuk di dalamnya pajak reklame. Reklame tersebut juga melanggar Undang-undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. (republika.co.id) Berdasarkan uraian permasalahan diatas, tindakan pemerintah Kabupaten Bandung untuk menertibkan reklame liar adalah untuk memperbaiki tataruang Kabupaten Bandung, selain itu agar tidak ada lagi pengusaha yang hasil usahanya tidak berkontribusi kepada pajak daerah. Menurut Hidayat (2000 dalam Rahmi (2013), mengemukakan bahwa apa yang dilakukan daerah dengan berupaya mengoptimalkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah salah satu upaya untuk memperkuat kemandirian keuangan daerah. Cerminan kemandirian keuangan daeraha dalah jika dana yang digunakan untuk penyelenggaraan pembangunan di daerah sebagian besar diperoleh dari upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah tersebut (modal sendiri yang bersifat internal), Machfud (2002) dalamrahmi (2013). Menurut Abu bakar dalam Halim (2001:147) salah satu upaya daerah dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dapat melalui intensfikasi dan ekstensifikasi pajak daerah. Upaya atas ekstensifikasi dan intensifikasi yang dapat dilakukan pemerintah daerah guna meningkatkan pajak daerah adalah melalui peningkatan pengelolaan pajak daerah dengan baik, yang salah satunya adalah dengan efektivitas dan efisiensi pemungutan pajak daerah itu sendiri.

7 Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurul Aziza Yusuf (2010) terhadap Pajak Hotel dan Restoran pada Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung yang memperoleh hasil bahwa ekstensifikasi dan intensifikasi pajak hotel dan restoran berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah sebesar 24.6%. sedangkan penelitian ini akan mencoba melakukan pnelitian terhadap Pajak Reklame pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Bandung. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul PENGARUH EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI PAJAK REKLAME TERHADAP PENIGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, sebagai pembatasan dalam pembahasan nanti, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh Ekstensifikasi Pajak Reklame secara parsial terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Ka bupaten Bandung? 2. Seberapa besar pengaruh Intensifikasi Pajak Reklame secara parsial terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung?

8 3. Seberapa besar pengaruh Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak Reklame secara simultan terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Ekstensifikasi Pajak Reklame secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Intensifikasi Pajak Reklame secara parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak Reklame secara simultan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti Diharapkan dapat memperdalam pengetahuan peneliti tentang pengaruh ekstensifikasi dan intensifikasi Pajak Reklame baik secara parsial dan simultan dalam meningkatkan pendapatan asli daerah.

9 2. Bagi Instansi Terkait Sebagai dokumentasi dan bahan masukan sampai sejauh mana pelaksanaan program ekstensifikasi dan intensifikasi pajak serta kaitannya dengan pendapatan asli daerah. 3. Bagi Pembaca Diharapkan hasil penelitian ini sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan kajian lebih lanjut mengenai pendapatan asli daerah. 1.5 Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis akan melakukan penelitian pada kantor Pemerintahan Daerah Kabupaten Bandung yang khususnya dilakukan pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung yang berlokasi di Jl. Raya Soreang No 141 Bandung. 1.6 Waktu Penelitian Adapun waktu Pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada bulan November 2014 sampai dengan Januari 2015.