BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk bertindak sesuai dengan pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia terdiri dari empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan keterampilan lainnya. Keempat keterampilan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut erat kaitannya satu sama lain. Keterampilan berbahasa diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peran yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kemampuan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, khususnya para siswa. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Winaya (2013: 3) yang mencakup keterampilan berbicara dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu bagian dari empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan dalam berbahasa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berdasarkan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran terpenting

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 pada pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kesatuan yang memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap orang melalui proses yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis teks pidato pada hakikatnya menuangkan gagasan kedalam

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan menulis seseorang akan mampu mengungkapkan segala pikiran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup empat jenis yaitu keterampilan menyimak (listening skill),

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan sebaik-baiknya guna mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi penting yang digunakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speaking Skill), Membaca (Reading Skill),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan minat belajar siswa dan keberhasilan mengajar guru. Wina Sanjaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia dalam ruang lingkup kebahasaan secara

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik tingkat SMA adalah Menemukan Gagasan dari Beberapa Artikel

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, siswa diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat tepat bagi individu. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menimba berbagai ilmu. Banyak ilmu dan keterampilan diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. membaca yang baik akan menunjang keberhasilan hal-hal yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Pembelajaran berbasis

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting di dalam kehidupan manusia, karena dengan dunia pendidikan manusia dapat meningkatkan cara berpikir yang baik. Namun, terjadi banyak dilema dalam dunia pendidikan yang ada di Indonesia yang diakibatkan oleh perubahan kurikulum yang ada di Indonesia. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang maksimal. Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru, menetapkan kurikulum KTSP kembali sebagai kurikulum pendidikan di Indonesia.Hal ini dipertimbangkan karena kurikulum dianggap terlalu rumit dan sangat berdampak juga pada siswa.di mana, KTSP merupakan pengembangan kurikulum yang mencakup kegiatan merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kurikulum.dalam KTSP dapat 1

2 digunakan model-model kurikulum, seperti, KBK, subjek akademik, humanistik, rekonstruksi sosial, dan lain sebagainya. KTSP juga merupakan model manajemen pengembangan kurikulum yang arahannya memberdayakan berbagai unsur manajemen (manusia, uang, metode, peralatan, bahan, dan lain-lain) untuk tercapainya tujuan-tujuan pengembangan kurikulum. Jika konsisten dengan namanya, KTSP bersifat desentralistik.namun demikian, manakala kita melihat kerangka dasar dan struktur kurikulum, standar kompetensi, dan pengendalian serta evaluasi kurikulum yang masih tampak dominasi pemerintah pusat, maka pengelolaan KTSP tampaknya berada di antara sentralistik dan desentralistik, yakni dekonsentratif.jadi, yang dimaksud dengan KTSP adalah suatu model pengembangan kurikulum berbasis sekolah dan model manajemen pengembangan kurikulum berbasis sekolah. KTSP sama sekali bukan model kurikulum, namun demikian model pengembangan kurikulum ini dapat menggunakan model-model kurikulum yang ada. Penerapan kembali KTSP mungkin tidak sesulit penerapan kurikulum 2013, karena sudah pernah ditetapkan sebelumnya dalam jangka yang cukup lama. Penerapan KTSP mengandung prinsip diantaranya adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; beragam dan terpadu; tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; relevan dengan kebutuhan kehidupan; menyeluruh dan berkesinambungan serta harus adanya pengaplikasian dalam bidang ilmu itu. Kaitannya dengan prinsip-prinsip tersebut, salah satu

3 pembelajaran yang masih sulit diterapkan siswa yaitu pengaplikasian.hal ini dapat kita lihat dari pengaplikasian bidang studi bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada empat keterampilan bahasa yang harus kita ketahui dan harus kita kuasai, yakni menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Secara umum, untuk keterampilan menyimak dan membaca merupakan kegiatan yang pasif, karena kedua keterampilan ini cenderung hanya menggunakan proses berpikir serta fokus yang tinggi untuk melakukannya tanpa melakukan suatu aksi yang membutuhkan tenaga fisik yang berat. Sedangkan untuk keterampilan berbicara dan keterampilan menulis disebut sebagai keterampilan yang aktif karena kedua keterampilan ini selain melibatkan proses berpikir yang tinggi juga menggunakan kegiatan fisik sehingga dapat menciptakan suatu produk. Pembelajaran bahasa indonesia dititik beratkan pada keempat aspek keterampilan berbahasa. Salah satu aspek tersebut adalah keterampilan menulis. Kegiatan menulis mempunyai arti yang sangat penting bagi dunia pendidikan saat ini, baik itu digunakan secara langsung maupun tidak langsung.dimana kegiatan menulis ini dapat membantu para siswa untuk menuangkan semua ide, gagasannya serta perasaannya melalui kegiatan menulis.yang paling disoroti penulis dalam penelitian kali ini adalah menulis teks, khususnya teks argumentasi.hal ini juga semakin mendapat perhatian dari penulis ketika menjalani pelatihan di sekolah (PPLt) beberapa waktu yang lalu. Siswa kurang mampu mengaplikasikan dan menuangkan ide-ide mereka dalam bentuk paragraf khususnya paragraf argumentasi.yang menyebabkan hal

4 ini bukan karena guru tidak menguasai materi, namun lebih kepada kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan atau kurang sesuainya media yang digunakan ketika mengajarkan materi menulis paragraf argumentasi. Menurut Soni (dalam Liana 2010), Menulis merupakan suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat respon yang baik dari siswa. Siswa mengalami kesulitan ketika diminta menulis. Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai paragraf. Siswa sering menghadapi sindrom kertas kosong karena tidak tahu apa yang akan dituliskannya. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang diinstruksikan oleh guru. Menurut Rakasihwi (2013:5) dalam jurnal penelitiannya, mengatakan bahwa, Hal yang menyebabkab siswa kurang mahir menulis paragraf argumentasi yaitu dua faktor yaitu faktor guru dan faktor siswa. Faktor dari guru, yaitu (1)penjelasan materi yang disampaikan guru sulit dipahami oleh siswa; (2) teknik mengajar yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang menarik dan membosankan. Faktor dari siswa, yaitu (1) kurangnya minat siswa untuk mengikuti pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia; (2) kurangnya pemahaman siswa tentang hakikat paragraf argumentasi yang sebenarnya; dan (3) kurangnya latihan menulis dan siswa bingung atau kesulitan dalam memulai suatu tulisan.dan media yang digunakan untuk melihat pengaruh pada penelitian ini adalah media gambar pada kelas VII SMP Swasta Bintan Tanjungpinang. Pernyataan di atas juga didukung oleh Tina (2013:2), yang mengatakan bahwa, Penyebab siswa kurang mampu menulis, di antaranya adalah minat siswa dalam menulis yang kurang, kurangnya tata bahasa yang dikuasai oleh siswa, teknik pembelajaran yang digunakan guru monoton, dan minimnya bahan ajar yang digunakan guru sebagai penunjang pembelajaran.hal ini tentu menjadi kendala pada kegiatan menulis karangan argumentasi yang sangat membutuhkan kemauan dan keterampilan siswa dalam menulis.terbukti bahwa banyak siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan. KKM SMA Negeri 2 Tebo untuk mata pelajaran bahasa Indonesia adalah 70.Dan pada penelitian model yang digunakan adalah media audio visual.

5 Dalam jurnal penelitiannya Septriyanti, dkk., mengatakan, Nilai rata-rata keterampilan menulis argumentasi siswa kelas X SMANegeri 6 Padang adalah 52,29. Dari hasil tersebut, dapat diketahui bahwaketerampilan menulis argumentasi siswa kelas X SMA Negeri 6 Padangsecara umum tergolong hampir cukup (HC).Jika dibandingkan denganskbm mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA Negeri 6 Padang.Dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis argumentasi belummemenuhi SKBM (Standar Ketuntasan Belajar Minimum). Menulis argumentasi harus memenuhi 3 indikator yaitu hasil pemikiran kritis danlogis, berdasarkan fakta dan dapat diuji kebenarannya, dan dapat meyakinkanpembaca. Pertama, penilaian indikator berpikir kritis dan logis dari hasilpenganalisisan data dengan menggunakan rumus persentase, dapat diketahuiketerampilan menulis argumentasi siswa kelas X SMA Negeri 6 Padangdilihat dari indikator berpikir kritis dan logis diperoleh jumlah nilaikemampuan anggota sampel untuk indikator berpikir kritis dan logis yaitusebesar 1733,33. Penyebab lain kurangnya kemampuan siswa dalam menulis paragraf argumentasi yaitu pola pikir siswa yang semakin berkembang, sehingga modelmodel pembelajaran yang lama membuat mereka jenuh. Yang mereka inginkan adalah langsung melihat hal nyata dari materi itu sendiri dan secara tidak langsung membuat mereka terangsang untuk berpikir dan menuangkan ide mereka secara tepat dalam bentuk paragraf argumentasi. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis paragraf argumentasi, juga dapat dilihat dari penelitian sebelumnya oleh Evidayanti dalam (Sari 2012:3)yang berkudul Hubungan Intelegensi Dengan Kemampuan Menulis Paragraf Argumentasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Lubuk Pakam. Hasil analisis data menyatakan bahwa kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi masih kurang memenuhi nilai yang memuaskan.hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kemampuan menulis paragraf argumentasi siswa adalah 65,5. Hal lain juga

6 diutarakan oleh Lini Afriani Sinaga dalam skripsinya (2010:1), bahwa rendahnya kemampuan menulis siswa disebabkan karenaguru kurang memberi kesempatan siswa dalam kegiatan mengarang. Kurangnya porsi pembelajaran untuk menulis atau mengarang membuat siswa jarang untukberlatih dan tugas mengarang juga jarang diberikan. Hal ini juga dijelaskan oleh Putri, dkk dalam jurnal penelitiannya yang mengatakan bahwa, kemampuan menulis argumentasi siswa masih rendah. Ini dibuktikan dengan hanya 48% siswa yang mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75.Rendahnya kemampuan menulis argumentasi siswa ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap tulisan argumentasi itu sendiri.tulisan mereka belum merupakan hasil pemikiran yang kritis dan logis.fakta yang mereka tampilkan kurang kuat, sehingga tulisan mereka belum mampu meyakinkan pembaca. Dalam kategori dan penilaian yang dikemukakan oleh Sudjono, rentang nilai 65-74 termasuk dalam kategori cukup.dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulisparagraf argumentasi masih perlu ditingkatkan.video merupakan media visual yang dapat yang merangsang daya pikir siswa dalam hal menulis apa yang mereka lihat serta secara tidak langsung dapat mereka komentari berdasarkan apa yang mereka pikirkan. Video merupakan sebuah gambaran mengenai sesuatu hal. Dan penulis optimis terhadap media video bisa mempengaruhi kemampuan menulis paragraf argumentasi dengan lebih baik. Hal lain juga disampaikan oleh Susanti, dkk, dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Kemampuan Menulis Paragraf Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Padang, mengatakan bahwa siswa mengalami kesulitan mengembangkan idenya

7 dalam menulis argumentasi, hal itu disebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap paragraf argumentasi. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Ratna (2011:4), beberapa faktor pengahambat yang dialami siswa dalam kemampuan menulis argumentasi di SMA 1 Subah, yaitu (1) siswa kurang latihan menulis. (2) siswa mengalami kebingungan untuk menentukan topik, gagasan utama, atau kalimat pertama yang akan ditulis, (3) kurangnya penguasaan keterampilan berbahasa, (4) metode atau media yang digunakan kurang menarik perhatian siswa, (5) model pembelajaran yang kurang sesuai (). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat penelitian yang berjudul Pengaruh Media Video Bencana Alam Terhadap Kemampuan MenulisParagraf Argumentasi Oleh Siswa Kelas X SMA RK Delimurni Bandar Baru Tahun Pembelajaran 2014/2015. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang diidentifikasi adalah sebagai berikut. 1. Kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi masih rendah dan masih lemah 2. Penjelasan materi yang disampaikan guru sulit dipahami oleh siswa 3. Siswa sulit mengembangkan idenya dalam bentuk paragraf argumentasi karena siswa tidak paham tentang paragraf argumentasi. 4. Media pembelajaran menulis paragraf argumentasi kurang kreatif.

8 5. Teknik dan metode mengajar yang digunakan guru kurang menarik dan membosankan C. Pembatasan Masalah Ada lima masalah yang telah diidentifikasi. Dan masalah yang diidentifikasi di atas terlalu luas apabila diteliti secara bersamaan, serta keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti juga terbatas untuk meneliti keseluruhan permasalahan yang ada. Dan yang pasti dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, agar masalah tidak terlalu luas maka masalah yang akan diangkat dan dibahas dalam penelitian ini adalah masalah yang diidentifikasi nomor 4 (empat) mengenai media pembelajaran menulis paragraf argumentasi kurang kreatif, terbatas pada pengaruh media video bencana alam terhadap kemampuan siswa dalam menulis paragraf. Dalam hal ini penulis mengangkat video bencana alam. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, agar penelitian ini semakin terarah, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana kemampuan siswakelas X SMA RK Delimurni Bandar Baru T.P. 2014/2015dalam menulis paragraf argumentasi dengan model inkuiri tanpa menggunakan media video?

9 2. Bagaimana kemampuan siswa kelas X SMA RK Delimurni Bandar Baru T.P. 2014/2015dengan model inkuiri serta menggunakan media video bencana alam? 3. Bagaimana pengaruh media video terhadap menulis argumentasi oleh siswa kelas X SMA RK Delimurni Bandar BaruT.P. 2014/2015? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui kemampuan menulis paragraf argumentasi dengan model inkuiri tanpa menggunakan media video bencana alam siswa kelas X SMA RK Delimurni Bandar BaruT.P. 2014/2015. 2. Untuk mengetahui kemampuan menulis paragraf argumentasi dengan model inkuiri serta menggunakan media video bencana alam siswa kelas X SMA RK Delimurni Bandar Baru T.P. 2014/2015. 3. Untuk mengetahui pengaruh media video bencana alam terhadap menulis argumentasi oleh siswa siswa kelas X SMA RK Delimurni Bandar BaruT.P. 2014/2015. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu manfaat toeritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis

10 Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dalam teori pembelajaran bahasa, khususnya dalam menulis karangan argumentasi dengan menggunakan media video bencana alam. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak terkait, antara lain sebagai berikut. a. Bagi siswa Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang konkret kepada siswa dalam proses pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan menggunakan media video bencana alam. b. Bagi Guru Penelitian ini dapat memberikan suatu dorongan atau motivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik, inovatif, dan kreatif. Dan semoga penelitian ini menjadi alternatif bagi guru dalam melakukan pembelajaran. c. Bagi Penulis Penelitian ini memberikan pengalaman yang bermakna kepada penulis karena mampu mengembangkan wawasan serta mengaplikasikan konseo-konsep pembelajaran yang diperoleh selama perkuliahan dalam bidang pendidikan.