PENGAMBILAN KEPUTUSAN PRIORITAS USULAN PROYEK AKIBAT BENCANA ALAM BANJIR PADA BALAI PSAWS SAMPEAN BARU KABUPATEN BONDOWOSO Wahyu Hendri Purwanti 1), Christiono Utomo 2) 1 Mahasiswa MMT-ITS 2 Dosen MMT-ITS ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pendekatan dalam penyusunan model pendukung keputusan pemilihan usulan proyek akibat bencana alam banjir pada Balai PSAWS Sampean Baru Bondowoso yang disusun berdasarkan faktor faktor yang melatarbelakangi pemilihan usulan proyek. Penyusunan hirarki dan atributnya diperoleh melalui analisa data hasil survey kepada para pengambil keputusan. Implementasi model dipilih data kerusakan akibat bencana alam banjir (Musim Hujan 2005/2006) pada Balai PSAWS Sampean Baru di Kabupaten Bondowoso. Model disusun melalui aplikasi manajemen sains dengan menggunakan metode proses hirarki analitik atau Analytic Hierarchy Process (AHP) Faktor-faktor dominan keputusan pemilihan usulan proyek akibat bencana alam banjir pada Balai PSAWS Sampean Baru Bondowoso diperoleh dari hasil survey terhadap 35 responden yang terlibat dalam pembuatan usulan proyek yaitu dari Balai Bondowoso dan Dinas PU Pengairan Provinsi Jawa Timur. Hasil analisa menunjukan faktor dominan terkuat adalah menyelamatkan jiwa, menyelamatkan permukiman dan persawahan, irigasi, efisiensi dan kelayakan, domestik, segi kerusakan. Model Analitical Hierarchy Process (AHP) terdiri atas 4 level. Level pertama adalah tujuan pemilihan prioritas. Level kedua adalah 6 kriteria tujuan. Level ketiga adalah 2 wilayah kerusakan. Level keempat adalah 22 alternatif lokasi kerusakan. Hasil perhitungan menunjukkan skala prioritas tertinggi yaitu kerusakan pada tangkis Kali Basiyan, tangkis Kali Lobawang, di Desa Besuki, tangkis Kali Selowogo, sam-pai dengan Kerusakan pada Dam Aren I. Kata kunci: model, pemilihan usulan proyek, hirarki, AHP. PENDAHULUAN Banjir merupakan fenomena alam yang umumnya selalu terjadi pada musim hujan.setiap sungai berpotensi banjir. Pada Dinas PU. Pengairan Provinsi Jawa Timur terdapat pengelolaan sumber-daya air yang terdapat di daerah daerah yang terdiri dari 9 Balai yaitu Balai PSAWS (Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai) Bango Gedangan Malang, Balai PSAWS Puncu Selodono Kediri, Balai PSAWS Buntung Paketingan Surabaya, Balai PSAWS Madiun, Balai PSAWS Bengawan Solo Bojonegoro, Balai PSAWS Sampean Baru Bondowoso, Balai PSAWS Bondoyudo Mayang Lumajang, Balai PSAWS Gembong Pekalen Pasuruan, Balai PSAWS Madura Pamekasan Sampean Baru meliputi 3 Daerah Kabupaten yaitu Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, dan Kabupaten Banyuwangi.Balai Sampean Baru di Kabupaten Bondowoso pada tanggal 19 Januari 2006 dan 22 Januari 2006 terjadi kejadian banjir bandang yang menyebabkan banyak kerusakan di 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten
Bondowoso dan Kabupaten Situbondo. Dari kerusakan sarana dan prasarana akibat bencana alam banjir, Balai PSAWS Sampean Baru di Kabupaten Bondowoso mengajukan usulan proyek untuk memperbaiki kerusakan sarana dan prasarana umum khususnya bangunan pengairan, kemudian direngking sesuai skala prioritasnya dan hasilnya di kirim ke Dinas PU. Pengairan Provinsi Jawa Timur untuk disesuaikan dengan kondisi dan dana yang tersedia (Dana APBD). Dalam penelitian ini bertujuan untuk :1) Mendapatkan faktor faktor yang melatarbela-kangi pemilihan usulan proyek bidang pengairan di Balai PSAWS Sampean Baru di Kabupaten Bondowoso, 2) Mendapatkan perumusan hirarki (model matematis) dan atribut keputusan dalam penentuan prioritas usulan proyek, 3) Dapat menentukan prio-ritas usulan proyek di Balai PSAWS Sampean Baru di Kabupaten Bondowoso. METODE PENELITIAN Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian meliputi: identifikasi variabel, identifikasi populasi dan sampel, penentuan alat dan teknik pengumpulan data, survey lapangan dengan menyebarkan kuisioner pertama yaitu untuk mendapat-kan faktor-faktor yang mempengaruhi usulan proyek akibat bencana lam banjir, analisa dan kesimpulan faktor-faktor yang dominan, menyusun model AHP, Survey dan kuisioner yaitu dengan menyebarkan kuisioner kedua untuk perhitungan AHP, analisa data AHP dengan perhitungan bobot elemen, uji konsistensi, uji sensitivitas, kesimpulan dan saran. ANALISA DAN PEMBAHASAN Uji Mean Uji men dilakukan dengan menggunakan Analisa SPSS 12 for Window. Dalam hal ini hipotesa awal (Ho) yang akan diuji adalah : tidak ada perbedaan mean diantara populasi. Penentuan kesimpulan berdasarkan probabilitas : (a) Jika Fhitung > Ftabel sig 0.05 maka Ho ditolak (b) Jika Fhitung < Ftabel sig 0.05 maka Ho diterima Dari hasil SPSS melalui Tabel Anova dapat dilihat bahwa hasil Fhitung 7,804 > Ftabel 1,700 (level significant 95% atau 0,05). Dengan demikian Ho ditolak yang berarti ada perbedaan diantara populasi. Uji Variabilitas Uji variabilitas merupakan uji homogenitas varian yang bertujuan untuk mengecek apakah varian dari responden tersebut sama. Digunakan uji homogenitas varian menggunakan alat Bantu SPSS 12 for windows dengan hipotesa awal (Ho) yaitu tidak ada perbedaan varian dari isian setiap faktor. Penentuan kesimpulan berdasarkan probabilitas : (a) Jika probabilitas (signifikan) < 0.05 maka Ho ditolak (b) Jika probabilitas (signifikan) > 0.05 maka Ho diterima Dari tabel; anova perhitungan diatas didapat nilai Levene Test adalah 5,683 dengan signifikansi 0,000. Jadi probabilitas 0,000<0,05 berarti Ho ditolak atau ada perbeda-an varian. B-10-2
Uji LSD (Least Significant Different) Uji LSD (Least Significant Different) digunakan untuk mendapatkan tingkat perbedaan mean. Karena hasil uji mean menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean maka uji LSD digunakan untuk mendapatkan tingkat perbedaan mean sebagaimana hasil uji mean dengan dua katagori hasil yaitu beda tidak signifikan dan beda signifikan. Beda tidak signifikan berarti bahwa dua mean yang diperbandingkan tersebut memiliki perbedaan yang tidak berarti, demikian pula sebaliknya untuk beda signifikan berarti bahwa dua mean berbeda secara signifikan. Hasil LSD yang disajikan dengan dua cara yaitu : 1. Dari nilai signifikan (Sig.) yang menunjukkan dua arti yaitu : a). Jika nilai Sig > 0,05 berarti dua mean berbeda tidak signifikan b). Jika nilai Sig < 0,05 berarti dua mean beda signifikan 2. Dari nilai confidence interval (lower bound dan upper bound dengan 95% level of significant) mempunyai 2 arti yaitu : a). Jika nilai confidence interval (lower bound dan upper bound dengan 95% level of significant) memuat angka 0 (misalnya perbandingan faktor 1 dengan faktor 2 memiliki confidence interval dari -0.7788 sampai 0,1503) berarti kedua mean beda tidak signifikan b). Jika nilai confidence interval (lower bound dan upper bound dengan 95% level of significant) tidak memuat angka 0 (misalnya perbandingan faktor 1 dengan 7 memiliki confidence interval dari -1,0360 sampai -0,1069) berarti kedua mean beda signifikan. Dari hasil perhitungan mean maka faktor-faktor yang telah diurutkan meannya dari mean yang paling tinggi sampai mean terendah. Hal ini menunjukkan pembagian yang jelas antara faktor dominan dan diluar faktor dominan. 1. Faktor dominan yaitu faktor-faktor yang memiliki perbandingan berpasangan beda tidak signifikan terhadap faktor dengan mean besar. 2. Faktor tidak dominan diwakili oleh faktor-faktor yang memiliki perbandingan berpasangan beda signifikan dari faktor-faktor dengan mean besar. Dari uji LSD (Least Significant Diferrent) diperoleh faktor-faktor yang dominan yang nantinya akan dijadikan kriteria pada perhitungan AHP. Perhitungan AHP Penyusunan Hirarki Hiraki dalam kehidupan sehari-hari merupakan tingkatan atau level (Suryadi, 2002). Penyusunan hirarki usulan proyek akibat bencana alam banjir pada Balai PSAWS Sampean Baru Bondowoso bisa dilihat pada Gambar 4.2. Hirarki tersebut terdiri dari: 1. Level 1 yaitu tujuan yang merupakan pemilihan prioritas usulan proyek akibat bencana alam banjir pada Balai PSAWS Sampean Baru Bondowoso, 2. Level 2 yaitu kriteria yang terdiri dari 7 kriteria antara lain kriteria menyelamat-kan jiwa, menyelamatkan permukiman dan persawahan, kerugian masyarakat, segi kerusakan, domestik, irigasi, partisipasi masyarakat. 3. Level ke 3 yaitu lokasi kerusakan yang terdapat di Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo. 4. Level ke 4 yaitu alternatif kerusakan. Kabupaten Bondowoso terdapat 10 (sepu-luh) kerusakan antara lain kerusakan pada Dam Batu Kolor, Dam Batu Raja, Dam Batu B-10-3
Gede, Dam Kayu Sapi, Dam Leprak, Dam Aren I, Dam Aren II, Dam Bluncong, tangkis Kali Bluncong di Desa Pandak, dan tangkis Kali Bluncong di Desa Leprak. Kabupaten Situbondo terdapat 12 (duabelas) kerusakan antara lain kerusakan pada Dam Curah Suri, Dam Setimbo, tangkis kali lobawang di Desa Kalianget, tangkis Kali Lobawang di Desa Besuki, Dam Wringin Anom, Dam Nogosromo, Dam Kramat, tangkis Kali Basiyan, Dam Tunjang, tangkis Kali Bales, tangkis Kali Deluwang, dan tangkis Kali Selowogo. Perhitungan Metode AHP Perhitungan Bobot Elemen Pada dasarnya formulasi matematis pada model AHP dilakukan dengan menggunakan suatu matriks. Misalkan dalam suatu subsistim operasi terdapat n elemen operasi, yaitu elemen operasi A1, A2, A3,..., An, maka hasil perbandingan secara berpasangan elemen tersebut akan membentuk matrik perbandingan. Tabel 1. Matrik Perbandingan Berpasangan Matrik A dengan ukuran n x n merupakan matrik resiprokal. Dan diasumsi-kan terdapat n elemen yaitu w1,w2,...,wn, yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai ( judgement) perbandingan secara berpasang antara ( wi,wj) dapat dipresentasikan seperti matrik tersebut. w i a ; i,j = 1,2,,n (3.1) ( i, j) w j Dalam hal ini matrik perbandingan adalah matrik A dengan unsurunsurnya adalah a(i,j), dengan i,j = 1,2,,n. Jika Ci adalah jumlah skala perbandingan pada kolom ke-i, sehingga dapat dinyatakan seperti pada persamaan di bawah ini n C i a ij i 1 (3.2) Bila vektor pembobotan elemen-elemen operasi A1,A2,...,An dinyatakan sebagai vektor w = ( w1,w2,...,wn), maka nilai intensitas kepentingan elemen operasi A1 dibandingkan A2 dapat dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen operasi A1 terhadap A2 yakni w12 yang sama dengan a12, sehingga dapat dinyatakan seperti terdapat pada Tabel 3.2.. Tabel 2. Matrik Perbandingan Preferensi Sumber : L Saaty (1993) B-10-4
Nilai-nilai wij dengan i,j = 1,2...,n dijajagi dari partisipan/responden, yaitu orang yang berkompeten dalam permasalahan yang dianalisis. Jika jumlah skala perbandingan berpasangan pada kolom ke-i adalah Ci, maka bobot dari masing-masing elemen pada setiap kolom dapat dinyatakan seperti pada persamaan dibawah ini. a ij w ij (3.3) C i Dimana: wij = bobot prioritas elemen pada baris ke-i dan kolom ke-j yang telah dilakukan normalisasi Sedangkan bobot normal dari matrik perbandingan berpasangan dari masingmasing level dalam struktur keputusan adalah rata-rata terhadap nilai masing-masing baris seperti ditunjukan pada persamaan dibawah ini n wij W (3.4) i j 1 n Dimana: Wij = bobot normal (relatif) yang menunjukkan urutan prioritas dari elemen suatu level dalam struktur keputusan. Perhitungan Konsistensi 1. Melakukan sintesa secara hirarki yaitu menghitung nilai eigen dari bobot atribut yang ada serta menjumlahkan keseluruhan bobot eigenvector dari hasil responden. n C i.wi j 1 λ (3.5) Dimana: λ = nilai eigen maksimum n = jumlah orde matrik Ci = jumlah skala perbandingan pada kolom ke-i dari suatu matrik Wi = bobot relatif yang menunjukkan urutan prioritas elemen matrik 2. Setelah melakukan keseluruhan perbandingan berpasangan, berikutnya menentukan konsistensi dengan menggunakan nilai eigen maksimum ( λ ) untuk menghitung indek konsistensi ( consistency index (CI)) sebagai berikut : λ n CI n 1 (3.6) Dimana: λ = nilai eigen maksimum n = ukuran matrik Penentuan konsistensi dapat diperiksa melalui rasio konsistensi/ consistency ratio (CR) yaitu : CI CR RI (3.7) Dimana: RI = nilai indek random, lihat tabel 2.4 Jika nilai CR tidak melebihi 0.1 (CR < 0,1) maka hasil penilaian tersebut dapat diterima atau dipertanggungjawabkan, namun bila melebihi 0.1 matrik perbandingan tidak konsisten sebaiknya ditinjau ulang dan diperbaiki lagi. Indeks konsistensi diperoleh dengan mengurangkan eugen value maksimum B-10-5
terhadap n (jumlah elemen) dan membaginya dengan (n - 1). Rasio indeks diperoleh melalui tabel. Berdasarkan perhitungan Saaty (1988) dengan menggunakan 500 sam-pel, jika penilaian diambil secara acak dari skala 1/9, 1/8,..., 1, 2,..., 9 akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan ukuran yang berbeda sebagai berikut : Tabel. 3. Indek Random Matriks AHP Ukuran 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Indeks R 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 Ukuran 11 12 13 14 15 Indeks R 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59 Sumber: Suryadi, 2002 Model hirarki keputusan serta hasil perhitungan bobot pada masing-masing kriteria, wilayah kerusakan dan alternatif lokasi kerusakan bisa dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini. TUJUAN KRITERIA WILAYAH KERUSAKAN Dam Batu Kolor (0,031) Dam Batu Raja (0,029) PEMILIHAN PRIORITAS Usulan Proyek Akibat Bencana Alam Banjir Di Balai PSAWS Sampean Baru Kabupaten Bondowoso Menyelamatkan Jiwa (0,222) Menyelamatkan Permukiman dan persawahan (0,222) Kerugian masyarakat (0,221) Segi kerusakan (0,148) Domestik (0,077) Irigasi (0,077) BONDOWOSO (506) BONDOWOSO SITUBONDO (0,494) Dam Batu Gede (0,038) Dam Kayu Sapi (0,050) Dam Leprak (0,035) Dam Aren I (0,035) Dam Aren II (0,035) Dam Bluncong (0,036) Tangkis K.Bluncong Ds.Pandak (0,132) Tangkis K.Bluncong Ds.Leprak (0,084) Dam Curah Suri (0,020) Dam Setimbo(0,020) Tangkis K.Lobawang Ds.Kalianget (0,050) Tangkis K.Lobawang Ds.Besuki (0,053) Dam Wringin Anom (0,031) Dam Nogosromo (0,041) Dam Kramat(0,034) Partisipasi masyarakat (0,032) Tangkis K.Basiyan (0,063) Dam Tunjang (0,040) Tangkis K.Bales (0,044) Tangkis K.Deluwang (0,051) Tangkis K.Selowogo(0,048) Gambar 1. Model hirarki Keputusan yang Telah Dilengkapi dengan Nilai Bobot. B-10-6
Analisa Sensitivitas Definisi analisa sensitivitas yaitu analisa sensitivitas untuk melihat pengaruh perubahan bobot atribut terhadap susunan alternatif. Adanya informasi baru atau perubahan kondisi kadangkala membuat orang mengubah penilaiannya sehingga otomatis hasil dari hierarki secara keseluruhan akan berbeda pula (Suryadi, 2002) Berdasarkan beberapa pengertian di atas sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa analisa sensitivitas merupakan analisa yang berguna untuk mengetahui parameter parameter yang mana saja apabila dirubah akan berpengaruh terhadap solusi optimal suatu keputusan. Dengan demikian memungkinkan bagi pengambil keputusan untuk merubah keputusannya apabila terjadi perubahan bobot parameter tersebut. Begitu juga bisa dikatakan bahwa keputusan sensitif terhadap perubahan parameter tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan mengenai Pemilihan Usulan proyek akibat bencana alam banjir menggunakan metode AHP maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pemilihan usulan proyek dengan menggunakan metode LSD (Least Siognificant Different) adalah sebagai berikut: No. Kriteria 1 Menyelamatkan jiwa 2 Menyelamatkan permukiman dan persawahan 3 kerugian masyarakat 4 Segi kerusakan 5 Domestik 6 Irigasi 7 partisipasi masyarakat 2. Model hirarki keputusan dalam pemilihan usulan proyek akibat bencana alam seperti pada gambar 3.1 3. Susunan keputusan alternatif lokasi kerusakan terhadap seluruh kriteria dan wilayah kerusakan antara lain Tangkis Kali Bluncong di Desa Pandak Kabupaten Bondowoso sebesar 13,23%, Tangkis Kali Bluncong di Desa Leprak Kabupaten Bondowoso sebesar 8,39%, Tangkis Kali Basiyan di Kabupaten Situbondo sebesar 6,27%, Tangkis Kali Lobawang di Kabupaten Situbondo sebesar 5,28%, Dam Kayu Sapi di Kabupaten Situbondo sebesar 4,64%, Tangkis Kali Deluwang di Kabupaten Situbondo sebesar 5,11%, Tangkis Kali Lobawang di Desa Kalianget Kabupaten Situbondo sebesar 4,99%, Tangkis Kali Selowogo di Kabupaten Situbondo sebesar 5,01%, Tangkis Kali Bales di Kabupaten Situbondo sebesar 4,36%, Tangkis Kali Bales di Kabupaten Situbondo sebesar 4,36%, Dam Nogosromo di Kabupaten Situbondo sebesar 4,13%, Dam Tunjang di Kabupaten Situbondo sebesar 4,03%, Dam Batu Gede di Kabupaten Bondowoso sebesar 3,79%, Dam Bluncong di Kabupaten Bondowoso sebesar 3,63%, Dam Aren II di Kabupaten Bondowoso sebesar 3,55%, Dam Leprak di Kabupaten Bondowoso sebesar 3,54%, Dam Aren I di Kabupaten Bondowoso sebesar 3,52%, Dam Kramat di Kabupaten Situbondo B-10-7
sebesar 3,37%, Dam Batu Kolor di Kabupaten Bondowoso sebesar 3,12%, Dam Wringinanom di Kabupaten Situbondo sebesar 3,10%, Dam Setimbo di Kabupaten Situbondo sebesar 2,04%, Dam Curah Suri di Kabupaten Situbondo sebesar 2,04%, dan Dam Batu Raj di Kabupaten Bondowoso sebesar 2,87%. 4. Pada analisa sensitivitas, kriteria menyelamatkan jiwa, kriteria menyelamatkan permukiman dan persawahan, kriteria kerugian masyarakat, kriteria segi kerusakan, kriteria domesti, kriteria irigasi, dan kriteria partisipasi masyarakat mempunyai tingkat yang sama dalam mempengaruhi susunan prioritas keputusan. Hal ini terjadi karena tingkat susunan prioritas keputusan mengalami perubahan pada saat bobot kriterianya mengalami kenaikkan pada tingkat yang sama. Saran Adapun Beberapa saran dapat disampaikan pada penelitian yang lebih lanjut antara lain: a. Penelitian dapat dikembangkan dengan penambahan faktor-faktor yang mempengaruhi usulan proyek. b. Penelitian dapat dikembangkan tidak hanya pada proyek akibat bencana alam banjir saja akan tetapi bias dikembangkan pada proyek lainnya misalnya proyek preventif bencana alam banjir atau yang lainnya. Penelitian dapat dikembangkan hingga tahap usulan proyek pada tingkat Provinsi. DAFTAR PUSTAKA Dimyanti T. T. dan Dimyanti, Akhmad, (2004), Operasional Research Model Model Pengambilan Keputusan. Cetakan Ketujuh. Sinar Baru Algensindo, Bandung. Faisal Mohammad, (2006), Mengolah dan Membuat Interpretasi Hasil Olahan SPSS untuk Penelitian Ilmiah.EDSA Mahkota. Render, Barry. dan Ralp. M Stair Jr, (2000), Quantitative Analysis for Managemet. Edisi Ketujuh. New Jersey : Prentice Hall. Robbins P. Stephen, (2002), Prinsip prinsip perilaku organisasi. Edisi Kelima. Saaty, Thomas L (1993), Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambil Keputusan dalam Situasi yang Komplek. Pustaka Binaman Pressindo. Suryadi K, Ramdhani M. Ali (2002), Sistem Pendukung Keputusan. Cetakan Keempat. CV. Remaja Rosdakarya, Bandung. Winardi, (1989), Perencanaan dan Pengawasan dalam Bidang Manajemen. CV. Mandar Maju. Walpole R. Dan Raymond (1995) Ilmu Peluang Statistik dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan. Edisi ke dua. ITB Bandung. Walpole R. Dan Raymond (1995) Ilmu Peluang Statistik dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan. Edisi ke empat. ITB Bandung. B-10-8