BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION

2016, No Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 T

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE SETTLEMENT BODY (DSB) WORLD TRADE ORGANIZATION

Artikel 22 ayat 1, DSU Agreement.

Key Words: Indications, Practice of Dumping, Laws

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

ALTERNATIF 2 PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 39/M-DAG/PER/10/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG JADI OLEH PRODUSEN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 1

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian World Trade Organization (WTO), membuat Indonesia harus. yang ada dalam kerangka General Agreement on Tariffs and Trade

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

kata kunci: Hak Kekayaan Intelektual ; Merek

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI DARI PRAKTEK DUMPING

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2002 TENTANG TINDAKAN PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI DARI AKIBAT LONJAKAN IMPOR

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan meningkat dengan pesat, khususnya ketika ekonomi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif

BAB I PENDAHULUAN. dari kebutuhan manusia yang tidak terpuaskan, sehingga selalu terikat

2016, No Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan Hasil Pengolahan dan Pemurnian; Mengingat: 1. Undang-Undang

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

2016, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Neg

BAB I PENDAHULUAN pulau dengan total luas km 2. 1 Indonesia terletak di antara 6º LU

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Hak Kekayaan Intelektual (yang selanjutnya disingkat HKI) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang lazim disebut globalisasi ekonomi. Proses globalisasi ekonomi adalah

PP 34/1996, BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Royalti Dalam Penetapan Nilai Pabean Untuk Penghitungan Bea Masuk. Oleh : Mohamad Jafar Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1890, 2015 KEMENDAG. Impor. Mesin. Multifungsi. Berwarana. Fotokopi. Berwarana. Printer Berwarna. Pencabutan.

2018, No Penerbitan Perizinan di Bidang Perdagangan kepada Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe; Mengingat : 1. Undang-Undang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

No dan Cukai. Penting untuk digarisbawahi bahwa mekanisme perekaman ini sama sekali tidak menggantikan mekanisme pendaftaran HKI kepada Direkt

Bab I. Pendahuluan. adalah akumulasi keuntungan yang sebesar-besarnya (optimum profit). Tujuan ini

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 negara lain. Dari situlah kemudian beberapa negara termasuk Indonesia berinisiatif untuk membentuk organisasi yang berguna untuk mengatur seluruh pe

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2002 TENTANG TINDAKAN PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI DARI AKIBAT LONJAKAN IMPOR

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

2017, No Penerbitan Perizinan di Bidang Perdagangan kepada Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Palu; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Ta

2017, No Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 T

2017, No Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

KAJIAN ATAS UJI KEWAJARAN NILAI TRANSAKSI DALAM PENETAPAN NILAI PABEAN

2017, No percepatan pengembangan pembangunan dan kegiatan usaha di Kawasan Ekonomi Khusus, perlu mengatur kembali ketentuan pendelegasian kewe

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PENUTUP. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakefektifan penyelesaian sengketa

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor tekstil dan produk tekst

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR JAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pe

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor Besi. Baja. Ketentuan Impor.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P E R A T U R A N MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan mendatangkan atau membeli barang-barang kebutuhan tersebut dari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 d. bahwa hasil pembahasan Tim Pertimbangan Kepentingan Nasional telah memutuskan untuk mengenakan Tindakan Pengamanan Perdagangan berupa kuota terha

BAB I PENDAHULUAN. Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith

2015, No Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang K

2018, No Perdagangan Dunia) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2.

2015, No Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 97/M-DAG/PER/12/2014 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan dinilai su

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor Sisa dan Skrap Logam; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 199

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan

-2- No.1996, 2015 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-DAG/PER/5/2012 tentang Tata Cara Penetapan Harga Patokan Ekspor Atas Produk Pertanian dan K

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Or

JURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KOMODITI EKSPOR INDONESIA ATAS TUDUHAN DUMPING

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2002 TENTANG TINDAKAN PENGAMANAN INDUSTRI DALAM NEGERI DARI AKIBAT LONJAKAN IMPOR

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade Organization (WTO), Indonesia terikat untuk mematuhi ketentuan-ketentuan perdagangan internasional yang disepakati dalam perundingan General Ageement on Tariff of Trade (GATT WTO) yaitu melalui ratifikasi terhadap Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement on Establishing the World Trade Organization. 1 Setidaknya terdapat dua konsekuensi atas ratifikasi tersebut, yaitu konsekuensi eksternal dan konsekuensi internal. Sebagai konsekuensi eksternal, Indonesia harus mematuhi seluruh hasil kesepakatan dalam forum WTO. Sedangkan konsekuensi internalnya adalah Indonesia harus melakukan harmonisasi peraturan perundang-undangan dengan ketentuan hasil kesepakatan WTO. 2 Bentuk harmonisai terhadap peraturan perundang-undangan dengan ketentuan hasil kesepakatan WTO dilakukan dengan menyelaraskan seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perdagangan internasional dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam WTO. Begitu pula dengan 1 Muhammad Sood, 2011, Hukum Perdagangan Internasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 26. 2 Ibid.

2 ketentuan mengenai ekspor dan impor yang sangat identik dengan perdagangan internasional. Salah satu pengaturan WTO dalam ekspor dan impor selain GATT adalah Agreement on Import Licensing Procedures atau ILA. Persetujuan ini memuat ketentuan-ketentuan mengenai perizinan impor. Pentingnya persetujuan ini adalah untuk memastikan bahwa perdagangan internasional terutama impor harus tetap dilaksanakan sesuai dengan ketentuan GATT yang dilaksanakan secara adil. Selain itu juga untuk memastikan bahwa perizinan impor yang diterapkan oleh suatu negara dalam rezim impornya tidak akan membatasi dan mengahalangi kesempatan perdagangan negara anggota WTO. Oleh karena itu perizinan impor harus diatur melalui persetujuan ini. ILA merupakan salah satu persetujuan WTO yang dibuat pada Putaran Tokyo 1979. Persetujuan ini menetapkan disiplin pada pengguna sistem perizinan impor dengan tujuan utama untuk memastikan bahwa prosedur yang diterapkan untuk pemberian lisensi impor tidak membatasi perdagangan. 3 Tujuannya adalah untuk menyederhanakan, memperjelas dan meminimalkan persyaratan administrasi yang diperlukan untuk mendapatkan izin impor. ILA mengatur mengenai hal-hal yang berkaitan dengan prosedur perizinan impor. Mulai dari jenis dari perizinan impor, prosedur perizinan impor yang ideal, ketentuan jangka waktu, persyaratan administratif, 3 Anonim, Introduction to Import Licensing Procedures in WTO, https://ecampus.wto.org/, dikakses pada 28 Desember 2015.

3 pengarturan lembaga dalam perizinan impor, prosedur notification atau pemberitahuan, dan sebagainya. Di Indonesia sendiri ILA telah diimplementasikan di berbagai peraturan perundang-undangan. Seperti, Undang-undang tentang Perdagangan, Undang-undang tentang Kepabean, Peraturan Menteri Perdagangan tentang ketentuan umum di bidang impor, dan lain sebagainya. Selain itu peraturan perundang-undangan Indonesia juga mengatur mengenai prosedur perizinan impor yang lebih spesifik, misalnya Peraturan Menteri Perdagangan tentang Impor produk Hortikultura, Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Hewan, Peraturan Menteri Perdagangan tentang Angka Pengenal Importir, dan lain sebagainya. Sayangnya, tidak semua negara, terutama negara partner Indonesia dalam impor, menganggap bahwa kebijakan Indonesia dalam perizinan impor telah sesuai dengan ILA maupun GATT 1994, yang dalam hal ini seperti yang terjadi pada kebijakan impor produk hortikultura. Sedikitnya sudah ada dua negara yang sepakat bahwa kebijakan impor produk hortikultura Indonesia tidak sesuai dengan ketentuan WTO, salah satunya Amerika Serikat. Amerika Serikat menganggap bahwa Indonesia telah melanggar ketentuan WTO dengan ketidakkonsistenannya pada ILA. Amerika Serikat berpendapat bahwa Indonesia telah memberlakukan rezim perizinan impor perdagangan restriktif, memberlakukan larangan dan pembatasan impor, serta melarang dan membatasi impor produk hortikultura ketika produksi dalam negeri dianggap cukup untuk memenuhi permintaan

4 dalam negeri. 4 Oleh karena itu, Amerika Serikat melayangkan gugatan atas kebijakan impor produk hortikultura ini untuk pertama kalinya pada tahun 2013. Beberapa kali konsultasi telah diadakan, tetapi tidak mencapai kesepakatan. Bahkan, beberapa kali perubahan pengaturan impor produk hortikultura masih tidak dapat memperbaiki sengketa antara Indonesia, tetapi justru memicu diajukannya gugatan baru oleh Amerika Serikat. Sampai dengan akhir tahun 2015, sudah ada tiga gugatan yang diajukan Amerika Serikat atas kebijakan impor produk hortikultura Indonesia. Ketiga gugatan yang dilayangkan Amerika Serikat tersebut menyatakan dugaan atas ketidakkonsistenan Indonesia terhadap salah satu ketentuan dalam WTO, yaitu ILA. Kasus ini bermula dari dikeluarkannya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 16/M-DAG/PER/4/2013 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura pada tahun 2013. Peraturan ini mengatur mengenai sejumlah ketentuan yang harus dipenuhi oleh importir untuk dapat melakukan impor produk hortikultura. Selain itu, terdapat peraturan lain yang memicu gugatan dari Amerika Serikat yaitu Peraturan Menteri Pertanian Nomor 86/Permentan/OT.140/8/2013 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH). Kedua peraturan tersebut dianggap telah melanggar dan tidak konsisten dengan beberapa ketentuan WTO. 5 Hasil dari penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh Badan Penyelesaian Sengketa WTO adalah berupa pemberian rekomendasi- 4 Juan Millan, WTO Dispute Settlement Proceeding Regarding Indonesia Importation of Horticultural Products, https://www.federalregister.gov, diakses pada 15 Desember 2015. 5 Ibid.

5 rekomendasi kepada para pihak. Rekomendasi tersebut selayaknya akan dipatuhi oleh para pihak yang merupakan anggota WTO. Hal ini berlaku pula untuk sengketa kebijakan impor hortikultura antara Indonesia dan Amerika Serikat. Rekomendasi yang kelak akan dihasilkan setelah proses penyelesaian sengketa melalui Badan Penyelesaian Sengketa WTO akan berpengaruh terhadap kebijakan impor produk hortikultura Indonesia. Terdapat dua kemungkinan yang dapat terjadi akibat dari dikeluarkannya rekomendasi tersebut, yaitu apabila menang Indonesia tidak perlu merubah kebijakan impor hortikultura yang sudah ada, namun apabila dinyatakan melanggar ketentuan WTO maka Indonesia harus merubah kebijakannya sesuai dengan rekomendasi yang telah diberikan Badan Penyelesaian Sengketa WTO. Pada dasarnya suatu kebijakan yang dibuat oleh negara telah disesuaikan dengan kondisi dan kepentingan negara. Perubahan kebijakan melalui suatu Hukum Internasional tidak selalu baik dan sesuai dengan negara yang bersangkutan. Begitu pula rekomendasi yang kelak akan dihasilkan Badan Penyelesaian Sengketa pada kasus keijakan impor hortikultura antara Indonesia dan Amerika Serikat. Kebijakan impor hortikultura tersebut akan diubah sesuai dengan rekomendasi dari Badan Penyelesaian Sengketa yang belum tentu akan sesuai dengan kepentingan negara dan rakyat Indonesia. Oleh karena itu diperlukan analisis yang matang dan strategi yang baik dalam menghadapi sengketa di Badan Penyelesaian Sengketa WTO.

6 Melihat fakta tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai apakah terdapat pelanggaran Pasal ILA pada kebijakan impor produk hortikultura Indonesia, dan bagaimanakah langkah dan strategi pemerintah Indonesia dalam menghadapi gugatan-gugatan tersebut, yang tertuang dalam penulisan hukum yang berjudul Implementasi Agreement on Import Licensing Procedures pada Kebijakan Impor Produk Hortikultura Indonesia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kebijakan hortikultura Pemerintah Indonesia melanggar ketentuan dalam Agreement on Import Licensing Procedures? 2. Bagaimana langkah dan strategi Pemerintah Indonesia dalam menghadapi gugatan Amerika Serikat di Badan Penyelesaian Sengketa WTO? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Objektif Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan hukum ini adalah: a. Mengidentifikasi dan menganalisa kebijakan hortikultura Pemerintah Indonesia yang melanggar ketentuan Agreement on Import Licensing Procedures;

7 b. Menganalisa langkah dan strategi Pemerintah Indoensia dalam menghadapi gugatan Amerika Serikat di Badan Penyelesaian Sengketa WTO. 2. Tujuan Subjektif Penulisan hukum ini bertujuan untuk memenuhi syarat kelengkapan memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran penulis di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan melalui media Internet serta media cetak dan elektronik lainnya, penelitian mengenai Implementasi Agreement on Import Licensing Procedures pada Kebijakan Impor Hortikultura Indonesia belum pernah dilakukan. Namun sejauh dilakukannya penelusuran tersebut terdapat penulisan hukum yang memiliki relevansi permasalahan yang ditulis dalam penulisan hukum ini. Dalam karya ilmiah tersebut terdapat perbedaan yang mendasar dengan apa yang penulis teliti dan bahas dalam penulisan hukum ini baik dari segi judul, rumusan masalah, objek penelitian, hasil penelitian. Penelitian yang memiliki relevansi yang dimaksud adalah: Penulisan hukum yang dilakukan oleh Shinta Marcella Hutami di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada pada tahun 2015 dengan judul Tinjauan Yuridis Pengaruh WTO dalam Perlindungan Hukum terhadap Perdagangan Buah di Indonesia

8 (Khususnya dalam Pengaturan Pengetatan Impor Buah). Penulisan hukum tersebut terdapat beberapa perbedaan mendasar, antara lain: 1. Kebijakan yang dikaji dalam penulisan hukum tersebut adalah Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 30/M-DAG/PER/5/2012. Dalam penelitian penulis, kebijakan yang dikaji adalah kebijakan hortikultura pemerintah Indonesia sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 yang dituangkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan; 2. Permasalahan yang diteliti adalah apakah kebijakan pemerintah dengan pengetatan impor hortikultura melanggar prinsip-prinsip dan/atau perjanjian yang diatur dalam WTO dan juga mengenai mekanisme pengaturan kebijakan perdagangan internasional mengenai kebijakan impor yang tidak merugikan buah lokal Indonesia dan tidak melanggar peraturan dalam WTO. Sedangkan yang diteliti oleh penulis adalah tentang apakah ada pelanggaran pasal Agreement on Import Lisencing Procedures atau ILA pada kebijakan impor hortikultura pemerintah Indonesia dan bagaimana langkah dan strategi pemerintah Indonesia dalam menghadapi gugatan Amerika Serikat. 3. Peraturan WTO yang digunakan dalam penulisan hukum tersebut antara lain: GATT, SPS Agreement dan TBT Agreement. Dalam penelitian penulis peraturan WTO yang digunakan adalah GATT dan ILA; dan 4. Jenis penelitian tersebut adalah yuridis normatif, sedangkan penelitian penulis adalah yuridis empiris dan yuridis normatif.

9 E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan penulis, dan dapat memberikan kontribusi yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama di bidang Perdagangan Internasional. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian sejenis dimasa mendatang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dalam bidang hukum, terutama yang berkaitan dengan Hukum Perdagangan Internasional. b. Bagi Masyarakat, terutama praktisi hukum, importir, eksportir, dan lain sebagainya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat tentang implementasi Agreement on Import Lisencing Procedures atau ILA pada kebijakan impor hortikultura Indonesia. c. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna kepada Pemerintah dalam pembuatan suatu kebijakan terutama Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.