1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ajaran Islam tidak hanya terbatas pada masalah pribadi antara seseorang individu dengan penciptanya (hablum minallah), namun mencakup pula masalah hubungan antara sesama manusia (hablum minannas), bahkan juga hubungan antara manusia dengan makhluk lainnya, termasuk dengan alam, hewan, tumbuhan dan lingkungan sekitarnya (hablum minannar). Dalam Islam, aspek yang mengatur tata cara hubungan tersebut dinamakan aspek syariah yang berisi mengenai peraturan-peraturan dan hukum yang telah digariskan pokok-pokoknya dan dibebankan kepada kaum muslimin supaya mematuhinya, agar syariah ini diambil oleh orang Islam sebagai penghubung dengan Allah SWT dan dengan manusia. Syariah ini ada dua bagian, yakni: bagian ibadah yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah SWT (hablum minallah), dan bagian muamalat yang mengatur hubungan antara sesama manusia (hablum minannas). Bagian ibadah terangkum dalam rukun Islam yang berisikan lima perkara, yaitu syahadat, shalat, shaum, zakat, dan haji, sedangkan bagian muammalah mencakup semua aspek hidup manusia dalam interaksinya dengan manusia lain, mulai dari masalah pernikahan, perdagangan atau ekonomi, sosial sampai politik.
2 Masalah ekonomi merupakan salah satu masalah penting di dalam hubungan antara sesama manusia, di mana di dalamnya terdapat bagian terpenting dari ekonomi, yaitu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai madiator antara seseorang yang membutuhkan dana dengan seseorang lainnya yang ingin menyalurkan dana, yang nantinya dana tersebut menjadi bahan bakar penggerak ekonomi, seperti bank. Sepintas dari jabaran di atas terlihat hubungan antara ajaran agama Islam dengan perbankan. Namin, apakah agama Islam benar-benar mengatur mengenai perbankan yang pada zaman Nabi Muhammad SAW belum ada. Dalam ushul fiqh, ada kaidah yang menyatakan bahwa Artinya : Sesuatu yang harus ada untuk menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib diadakan. Mencari Nafkah (yakni melakukan kegiatan ekonomi) adalah wajib. Dan karena pada zaman modern ini kegiatan perekonomian tidak akan sempurna tanpa adanya lembaga perbankan, maka lembaga perbankan inipun wajib diadakan. Di samping itu, karena masalah ekonomi atau perbankan ini termasuk dalam bab muammalah, maka Nabi Muhammad SAW tentunya tidak memberikan aturan-aturan yang rinci mengenai masalah ini.
3 Al-Quran dan sunnah hanya memberikan prinsip-prinsip dan filosofi dasar, dan menegaskan larangan-larangan yang harus dijauhi. Dengan demikian, yang harus dilakukan hanyalah mengidentifikasi hal-hal yang dilarang oleh Islam. Selain itu, semuanya diperbolehkan dan kita dapat melakukan inovasi dan kreatifitas sebanyak mungkin. Kini perbankan syari ah telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menyebar ke banyak negara, bahkan ke negara-negara Barat. The Islamic Bank International of Denmark tercatat sebagai bank syariah pertama yang beroperasi di Eropa, yakni pada tahun 1983 di Denmark. Bank-bank besar dari negara-negara barat seperti Citybank, ANZ Bank, Chase Manhattan Bank dan Jardine Fleming telah pula membuka Islamic window agar dapat memberikan jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan syari at Islam. Di Indonesia, dengan diundangkannya UU No. 10/1998 tentang perubahan UU No. 7/1992 tentang perbankan, maka secara tegas sistem Perbankan Syariah ditempatkan sebagai bagian dari sistem Perbankan Nasional. UU tersebut telah diikuti dengan ketentuan pelaksanaan dalam beberapa Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tanggal 12 Mei 1999, yaitu tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dan BPR berdasarkan prinsip Syariah. Hal yang sangat penting dari peraturan baru itu adalah bahwa bank-bank umum dan bank-bank perkreditan rakyat konvensional dapat menjalankan transaksi perbankan syariah.
4 Perangkat hukum itu diharapkan telah memberi dasar hukum yang lebih kokoh dan peluang yang lebih besar dalam pengembangan bank syariah di Indonesia. Islam telah melarang riba, oleh karena itu pada bank syariah tidak terdapat adanya bunga sebagai salah satu bagian dari keuntungan yang selama ini telah dijalankan oleh bank-bank konvensional. Untuk menghindari bunga,bank syariah menerapkan sistem bagi hasil untuk pembiayaan investasinya. Bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional pengertian harga berdasarkan bunga terdapat tiga macam yaitu harga beli, harga jual dan biaya yang dibebankan kepada nasabahnya. Harga beli adalah bunga yang diberikan kepada para nasabah yang memiliki simpanan, seperti jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito, sedangkan harga jual adalah bunga yang dibebankan kepada penerima kredit. Kemudian biaya ditentukan kepada berbagai jenis jasa yang ditawarkan. Pada saat ini praktik perbankan syari ah dalam menentukan kebijakan harga jual yang diinginkan tidaklah terlepas dari rujukan (benchmark) kepada suku bunga konvensional, tingkat pesaing (competitor), dan lain-lain. Di sisi lain, masih terdapat kritikan-kritikan terhadap beberapa praktik yang dilakukan perbankan syariah selama ini terutama pada sistem jual beli murabahah yang selama ini dianggap masih sama dengan kredit pada perbankan konvensional. Hipotesa ini didasarkan pada kenyataan bahwa proses penentuan harga jual murabahah adalah tetap menggunakan metode pembebanan bunga flar
5 rate dan prinsip cost of fund yang merupakan pemikiran utama dalam perbankan konvensional. Bahkan penentuan marjin yang diberikan terkadang lebih besar dari suku bunga konvensional. Hal ini termasuk menghindari akibat dari terjadinya inflasi. Kondisi seperti ini menuntut adanya persepsi yang kurang baik dari masyarakat bahwa praktik bank syariah tidak ada bedanya dengan bank konvensional bahkan mungkin lebih jahat dari bank konvensional. Oleh karenanya menjadi hal yang sangat menarik apabila kita kaji lebih dalam tentang kebijakan yang diberikan oleh bank syariah dalam menentukan harga jual murabahah, karena penentuan harga yang dilakukan oleh bank syariah merujuk pada suku bunga konvensional adalah paradigma yang sangat menyesatkan. Idealnya selain dituntut untuk memenuhi aturan-aturan syariah, Bank Syariah juga diharapkan mampu memberikan bagi hasil kepada dana pihak ketiga minimal sama dengan, atau bahkan lebih besar, dari suku bunga yang berlaku dibank konvensional serta menerapkan marjin keuntungan pembiayaan yang lebih rendah daripada suku bunga kredit bank konvensional. Untuk merealisasikan konsep ideal tersebut, Bank Syariah harus dikelola secara optimal berlandaskan prinsip-prinsip amanah, sidiq, fatonah, dan tabligh, termasuk dalam hal kebijakan penetapan marjin keuntungan dan nisbah bagi hasil pembiayaan.
6 Dengan latar belakang itulah dan karena timbulnya rasa keingintahuan terhadap keberadaan Bank Umum Syariah di tengah masyarakat dan eksistensinya dalam perekonomian Indonesia saat ini, penulis bermaksud ingin meneliti aplikasi akuntansi murbahah pada Bank Muamalat Indonesia. Berdasarkan pemikiran tersebut, penulis membuat skripsi ini dengan judul: ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI MURABAHAH (Studi kasus : PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, yang tentu akan sangat luas jika masalah tersebut dibahas secara keseluruhan dalam skripsi ini, maka penulis menganggap perlu untuk menyajikan penulisan skripsi ini dengan dibatasi pada sekitar aplikasi akuntansi murabahah yang dilaksanakan di Bank Muamalat Indonesia.Tbk Untuk mengarahkan pembatasan skripsi, penulis merumuskan masalah yang akan disajikan, dan secara spesifik tertuang dalam bentuk pernyataanpernyataan sebagai berikut: Apakah penerapan akuntansi murabahah pada PT.Bank Syariah Muamalat Indonesia telah sesuai dengan PSAK No.102.
7 C. Manfaat Penulisan Manfaat yang diharapkan dari penelitian skripsi ini adalah: 1. Objek. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan tambahan dan masukan bagi Bank Muamalat Indonesia agar dapat berkembang lebih baik sesuai dengan ketentuan akhlak dan prinsip syariah. 2. Penulis Diharapkan penulis mendapatkan tambahan pengetahuan yang selama ini hanya di dapat penulis secara teoritis. Dan penulis mengharapkan dapat mengetahui dan menerapkan aplikasi akuntansi murabahah pada perbankan syariah di Indonesia. 3. Akedemik Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan yang positif atau sebagai sumber informasi mengenai konsep dan aplikasi akuntansi murabahah pada perbankan syariah di Indonesia.