Jurnal Administrasi Negara

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. 4.1 Visi dan Misi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Pekanbaru

BAB IV GAMBARAN UMUM DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI Gambaran Umum Geografi dan Administratif Kabupaten Kepulauan

RENSTRA VISI dan MISI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANDUNG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2014

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI SUMATERA UTARA

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN 2011

DASAR HUKUM : Peraturan Bupati Nomor 62 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Perhubungan Kabupaten Ponorogo

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 46 TAHUN 2008

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten

Rencana kerja (Renja) 2014

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

PEMERINTAH KOTA DUMAI

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

IV. GAMBARAN UMUM. kecamatan dan 84 kelurahan menjadi 13 kecamatan dan 98 kelurahan.

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U )

BAB II GAMBARAN UMUM TERMINAL BANDAR RAYA PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU. A. Sejarah dan Perkambangan Terminal Bandar Raya Payung Sekaki

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

RINGKASAN EKSEKUTIF. Sasaran Strategis 1. Tersedianya dan terpeliharanya prasarana LLAJ sehingga dapat menekan tingkat kecelakaan lalu-lintas di jalan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Visi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Indragiri Hilir. yang ingin diwujudkan oleh Instansi Pemerintah.

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI (STUDI DINAS INFORMASI DAN KOMUNIKASI KOTA MANADO)

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 33 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-C TAHUN 2011 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Bagian Kelima DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Paragraf 1 KEPALA DINAS Pasal 84

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 96 TAHUN 2016 /X/2016 TENTANG

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi seperti saat ini, harus dipersiapkan sumber daya manusia

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

GAMBARAN PELAYANAN SKPD. Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Daerah di bidang perhubungan. (1) Dinas Perhubungan menyelenggarakan fungsi :

BAB II DINAS PERHUBUNGAN KOTA MEDAN. A. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Medan

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB II GAMBARAN UMUM BPMPD KAB. SIAK

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN TANGERANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA BOGOR

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah BPMD Prov.Jateng Tahun

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 21 SERI E PERATURAN BUPATI KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 473 TAHUN 2010

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN KABUPATEN LAHAT

enyusunann Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Tahun 2016

MEMUTUSKAN : 2 Bagian Hukum Setda Kab. Banjar

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Sejarah Dinas Bina Marga provinsi Lampung

BAB II GAMBARAN PELAYANAN KECAMATAN JOGOROTO. Pada Bab ini memuat informasi tentang peran (tugas pokok dan fungsi)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Badan Kepegawaian dan Diklat

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERHUBUNGAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Dasar Hukum Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI WILAYAH Oleh : Sakti Adji Adisasmita

BAB II DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI, DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN SUMBAWA

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

IV. GAMBARAN UMOM LOKASI PENELITIAN. A. Kedudukan Dinas Tata Kota Bandar Lampung

PROFILE KECAMATAN JATISARI

BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 53 TAHUN 2016

BAB II GAMBARAN PELAYANAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berperan strategis dalam memajukan kesejahteraan umum

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 13 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 35 TAHUN 2008

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang. Dinas Perhubungan Kota Bandung. ota Bandung merupakan ibukota propinsi Jawa Barat disamping sebagai

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA SKPD LAKIP 2012

Transkripsi:

STIA LAN Jurnal Administrasi Negara, Volume 20 Nomor 3, Desember 2014 / 126-132 Jurnal Administrasi Negara IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TRANSPORTASI KOTA DILIHAT DARI ASPEK KETERSEDIAAN SUMBER DAYA MANUSIA (Studi Kasus Kota Makassar) CITY TRANSPORTATION POLICY IMPLEMENTATION VIEWED FROM THE ASPECT OF HUMAN RESOURCES AVAILABILITY (Case Study Makassar) Wahidin Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara, Makassar. e-mail: wahidin@lan.go.id Abstrak Masalah transportasi di Kota Makassar sudah berada pada kondisi yang sudah memprihatinkan dimana para pengguna jalan tidak lagi merasa nyaman, aman dan tenang berkendaraan disebabkan karena kemacetan, kecelakaan, dan pelanggaran lainnya, para pengguna jalan tidak lagi peduli pada peraturan lalu lintas dan angkutan jalan yang telah dikeluarkan pemerintah, yakni Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan sumber daya manusia (implementor) pada Dishub Kota Makassar belum memadai baik kuantitasnya maupun kulaitasnya, sehingga berdampak pada sistem transportasi di Kota Makassar belum efektif dan efisien.untuk itu Dishub Kota Makassar seyogianya memfokuskan pada pengadaan dan pengembangan sumber daya manusia dalam rangka mewujudkan transportasi dalam Kota Makassar yang efektif dan efisien (tertib, nyaman, aman dan murah). Kata kunci: Pemerintah Kota, Implementasi Kebijakan, Ketersediaan Sumber Daya Manusia. Abstract Transportation problems in Makassar has already been in quiet poor conditions that road users have no longer feel comfortable, safe and quiet driving due to congestion, accidents, and other violations. Road users have no longer care about traffic rules and road transportation laws which was issued by the government, such as Law No. 22 of 2009 on Traffic and Transportation. The result of this research showed that the availability of human resources (implementor) in Makassar City Transportation Service Unit is inadequate both in its quantity and quality. Thus, the impact on the transportation system in the city of Makassar was still ineffective and inefficient. In relation to that Makassar City Transportation Service Unit should focussed on recruitment and human resource development, in order to create effective and efficient transportation in the city of Makassar (orderly, comfortable, safe and cheap). Keywords: City Government, Policy Implementation, Human Resource Availability.

Wahidin / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no. 3 (2014) / 126-132 127 PENDAHULUAN Sejak Indonesia merdeka di tahun 1945 pada masa itu pula Indonesia mulai membenahi diri melalui berbagai program pembangunan, baik pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik untuk mengejar ketertinggalan dengan negaranegara lain di dunia. Pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik keduanya tidak bisa dipisahkan karena saling menopang satu sama lain. Pada saman Orde Baru (Orba) sasaran pembangunan diarahkan pada sektor pembangunan fisik karena saat itu sangat dibutuhkan sarana dan prasarana (infrastruktur) misalnya pembangunan gedung, jalan, jembatan, pelabuhan, bandara dan lain-lain sebagai prasarana untuk mendukung proses pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di seluruh wilayah Republik Indonesia. Selain pembangunan fisik yang dilakukan pemerintah kota, juga pemerintah kota melakukan pengembangan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilannya melalui pendidikan formal jenjang Diploma, Strata Satu, Strata Dua dan Strata Tiga. Pengembangan sumber daya manusia merupakan salah satu kebijakan strategis pemerintah kota yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia (pegawai) sebagai aset organisasi yang sangat berharga dan memegang peranan penting dalam organisasi sebagai perencana, pengambil keputusan, pelaksana, pengendali dalam pelaksanaan kegiatan. Begitu besarnya peranan sumber daya manusia dalam organisasi dibanding dengan sumber daya lainnya, diharapkan bagi setiap pimpinan organisasi senantiasa memberi perhatian kepada sumber daya manusia agar lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya dan pada gilirannya akan meningkatkan kinerja organisasi. Selain meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pegawai (kualitasnya), juga diharapkan pemerintah Kota Makassar untuk mengangkat pegawai negeri utamanya pegawai yang memiliki kompetensi teknis dan fungsional pada Dinas Perhubungan Kota Makassar yang selama ini masih terbatas jumlahnya, yakni 9 pegawai yang memiliki kompetensi teknis dan 10 pegawai sebagai fungsional (Bagian Kepegawaian Dishub Kota Makassar, 2013). Dalam organisasi, sumber daya sangat berperan dan menentukan keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, sumber daya terutama sumber daya manusia yang harus direncanakan, diadakan, dikembangkan (dibina) dan dipelihara, sehingga dapat dipertahankan keberadaannya dan dapat digunakan dalam waktu relatif lama dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Keberadaan sumber daya manusia (pegawai) pada Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Makassar dan merupakan salah satu aset Dishub Kota Makassar yang memegang peranan penting sebagai pemikir, perencana, pengambil keputusan dan sekaligus pelaksana tugas pokok dan fungsi Dishub Kota Makassar. Oleh karena itu tulisan ini bermaksud untuk mengetahui dan menjelaskan sumber daya manusia (pegawai) pada Dinas Perhubungan Kota Makassar yang melaksanakan tugas dan fungsi yang lebih baik, efektif dan efisien terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan transportasi Kota Makassar. METODE PENELITIAN Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif karena penulis ingin mendeskripsikan, mencatat dan menginterpretasikan implementasi kebijakan transportasi Kota bagi pemerintah Kota Makassar dan stakeholder.

128 Wahidin / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no. 3 (2014) / 126-132 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Peneliti akan mengungkapkan data berdasarkan pengamatan, tanpa dipengaruhi oleh siapapun dari apa yang ingin diungkapkan dan diteliti. Hal tersebut disebabkan metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yakni tentang apa yang diucapkan, ditulis, dan dilakukan secara nyata dan dapat diambil dari orang-orang atau subyek penelitian sebagaimana diungkapkan oleh Natsir (1999). Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data diolah dan dianalisis menggunakan beberapa teknik meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, verifikasi dan membuat kesimpulan dan saran. HASIL PENELITIAN Implementasi kebijakan transportasi kota akan dapat terlaksana dengan efektif dan efisien apabila dilaksanakan oleh orang-orang atau sumber daya manusia yang memiliki kompetensi, profesional dan motivasi yang tinggi. Oleh karena itu dalam upaya mewujudkan implementasi kebijakan tersebut di atas, maka seyogianya Pemerintah Kota Makassar memprioritaskan sumber daya manusia yang memadai baik dari sisi kualitas maupun dari kuantitasnya. Hasil wawancara Kepala Dinas Perhubungan Kota Makassar mengungkap bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya tenaga penguji yang melakukan pemeriksaan terhadap kendaraan-kendaraan di lapangan masih sangat terbatas, baru ada 9 (sembilan) orang padahal luas wilayah dan jumlah kendaraan angkutan umum (angkutan orang dan barang ) cukup banyak. Jadi tidak seimbang (Wawancara, tanggal 20 Februari 2013). Hasil wawancara tersebut di atas menunjukkan bahwa sumber daya manusia yang dimiliki Dinas Perhubungan Kota Makassar khususnya tenaga penguji kendaraan umum belum memadai baik dilihat dari aspek kuantitasnya maupun dari aspek kualitasnya. Kompetensi teknis tentang Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) masih sangat terbatas jumlahnya, hanya 9 (sembilan) orang pegawai dari 10 (sepuluh) orang pegawai yang telah mengikuti pelatihan fungsional Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS). Keterbatasan ini akan dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Perhubungan Kota Makassar dan berdampak pada kinerja Dinas Perhubungan Kota Makassar. Jumlah pegawai Dinas Perhubungan Kota Makassar sebanyak 181 orang pegawai, terdiri atas Pegawai Negari Sipil (PNS) 134 orang pegawai dan pegawai kontrak 47 orang. Jumlah ini belum memadai dan demikian pula dari segi kompetensi masih perlu ditingkatkan seperti yang disampaikan atau hasil wawancara dengan Kepala Dinas Perhubungan Kota Makassar, mengatakan bahwa sumber daya manusia masih terbatas dan lebih-lebih tenaga penguji yang melakukan pemeriksaan terhadap kendaraankendaraan di lapangan (Hasil wawancara, tanggal 20 Februari 2013). Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, jumlah pegawai Dinas Perhubungan Kota Makassar belum memadai, demikian pula jumlah pegawai yang memiliki kompetensi teknis sebagai penyidik atas kendaraan umum dan angkutan masih terbatas, hanya 10 (sepuluh) orang pegawai yang telah mengikuti diklat fungsional (Penyidik Pegawai Negeri Sipil disingkat PPNS) dan 9 (sembilan) orang pegawai yang telah mengikuti diklat teknis. Pendidikan dan pelatihan bagi Pegawai Negeri Sipil sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan kemampuan,

Wahidin / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no. 3 (2014) / 126-132 129 keterampilan dan sikap/perilaku yang lebih baik. Selain itu juga, menambah pengalaman serta motivasi bagi setiap pegawai. Di bawah ini penulis memaparkan jumlah pegawai Dinas Perhubungan Kota Makassar yang telah mengikuti diklat kepemimpinan, diklat fungsional serta diklat teknis dalam Tabel 1. Tabel 1 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Dinas Perhubungan Kota Makassar yang Telah Mengikuti Diklat Kepemimpinan, Diklat Teknis Dan Diklat Fungsional Data tersebut di atas menunjukkan bahwa pegawai negeri Dinas Perhubungan Kota Makassar yang telah mengikuti diklat, baik diklat kepemimpinan maupun diklat teknis dan diklat fungsional masih terbatas jumlahnya dibanding dengan jumlah pegawai negeri yang telah memenuihi syarat untuk mengikuti diklat. Disamping itu tuntutan kebutuhan organisasi untuk meningkatkan kompetensi pegawai negeri Dinas Perhubungan Kota Makassar yang masih dirasakan kurang terutama kompetensi teknis dan fungsional. Kondisi ini sejalan yang disampaikan Sekretaris Dinas Perhubungan Kota Makassar pada hari Selasa, tanggal 17 April 2013, bahwa : Masih ada beberapa pegawai kita yang telah menduduki jabatan struktural eselon IV namun belum mengikuti diklat kepemimpinan. Demikian pula diklat teknis dan diklat fungsional yang masih sedikit jumlah pegawai yang mengikuti. Masalahnya dana yang disediakan pemerintah kota untuk biaya diklat sangat terbatas. Keterbatasan anggaran pemerintah Kota Makassar yang dialokasikan untuk biaya mengikuti diklat bagi pegawai negeri Dinas Perhubungan Kota Makassar menyebabkan terbatasnya pegawai negeri Dinas Perhubungan Kota Makassar yang diutus untuk mengikuti diklat, khususnya diklat teknis dan fungsional akibatnya jumlah pegawai negeri yang memiliki kompetensi di bidang perhubungan m i s a l n y a kompetensi untuk pengujian kendaraan bermotor (PKB), penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) dan kompetensi lainnya. Mengantisipasi keterbatasan tersebut bagi pegawai negeri Dinas Perhubungan Kota Makassar, maka pemerintah kota seyogianya mempersiapkan anggaran untuk pendidikan dan pelatihan pegawai negeri dalam rangka peningkatan kompetensi pegawai negeri sipil khususnya pegawai negeri Dinas Perhubungan Kota Makassar. Ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan jumlah yang memadai dalam suatu organisasi akan membawa organisasi yang bersangkutan (Dinas Perhubungan Kota Makassar) akan dapat sukses dan eksis dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Demikian sebaliknya bilamana kualitas sumber daya manusia terbatas serta jumlahnya, akan turut menghambat pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Perhubungan Kota Makassar dan pada gilirannya akan menghambat pencapaian kinerja Dinas Perhubungan Kota Makassar. Selain jenis diklat yang telah diikuti oleh pegawai negeri Dinas Perhubungan Kota Makassar, penulis

130 Wahidin / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no. 3 (2014) / 126-132 akan menampilkan pula tingkat pendidikan pegawai Dinas Perhubungan Kota Makassar sebagai berikut : Tabel 2 Data Pegawai Negeri Dinas Perhubungan Kota Makassar Berdasarkan Tingkat Pendidikan per Januari 2013 Sumber daya manusia (pegawai negeri) pada Dinas Perhubungan Kota Makassar dilihat dari latar belakang pendidikannya masih didominasi latar belakang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), yakni 89 orang pegawai disusul lulusan Strata Satu (S1) sebanyak 47 orang pegawai kemudian Strata Dua (S2) 23 orang pegawai, Diploma 3 sebanyak 10 orang pegawai dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Dasar (SD) masingmasing 9 orang pegawai dan 3 orang pegawai. Dengan komposisi tingkat pendidikan pegawai negeri sipil yang telah disebutkan di atas di mana masih didominasi pegawai yang berpendidikan SLTA, maka seyogianya Dinas Perhubungan Kota Makassar dapat mendorong pegawainya untuk mengembang-kan diri atau memberikan tugas belajar kepada setiap pegawai untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (S1, S2 dan S3) serta mengirim pegawainya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) terutama diklat teknis dan diklat fungsional yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Perhubungan Kota Makassar. Keterbatasan kompetensi yang dimiliki pegawai khususnya kompetensi teknis dan fungsional pada Dinas Perhubungan Kota Makassar turut mempengaruhi kinerja Dinas Perhubungan Kota Makassar terutama dalam Pemeriksaan Kendaraan Bermotor (PKB) yang harus dilakukan sebagai salah satu tugas pokok Dinas Perhubungan Kota Makassar yang dilakukan secara berkala untuk memberikan kepastian suatu kendaraan bermotor layak jalan atau tidak. Hal ini penting dilakukan agar supaya kendaraan yang bergerak di jalan raya dapat bergerak dengan baik, aman dan nyaman, sehingga terjamin keselamatan kendaraan berjalan di jalan umum dan keselamatan bagi penumpangnya. Sumber daya manusia (pegawai negeri) yang dimiliki Dinas Perhubungan Kota Makassar dilihat dari aspek pangkat dan golongan bervariatif mulai dari pangkat/golongan yang terendah, yakni Juru, I/c sampai yang tertinggi, yakni Pembina Tk. I, IV/c. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 3 di bawah ini: Tabel 3 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Dinas Perhubungan Kota Makassar Berdasarkan Pangkat dan Golongan. Per 1 Januari 2013 No. Pangkat/Golongan Jumlah Pegawai 1. Pembina Tingkat I / IV c2 orang 2. Pembina / IV a 9 orang 3. Pembina Tingkat I / III d 7 orang 4. Penata / III c 13 orang 5. Penata Muda Tingkat I / III b 10 orang 6. Penata Muda / III a 11 orang 7. Pengatur Tingkat I / II d 8. Pengatur / II c 11 orang 9. Pengatur Muda Tingkat I / II b 14 orang 10. Pengatur Muda / II a 49 orang 11. Juru Tingkat I / I d 2 orang 12. Juru / I c 6 orang Jumlah 134 orang Sumber : Bagian Kepegawaian Dinas Perhubungan Kota Makassar, 2013. Data dalam Tabel 3 menunjukkan bahwa pegawai negeri Dinas Perhubungan Kota Makassar yang

Wahidin / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no. 3 (2014) / 126-132 131 definitif dilihat dari aspek pangkat dan golongan masih lebih banyak golongan I dan II dibanding dengan golongan III dan IV. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai lebih banyak tenaga operasional di lapangan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Dinas Perhubungan Kota Makassar. Golongan I dan II ini tersebar di Sekretariat yang membawahi tiga Sub Bagian dan empat bidang dan masing-masing bidang membawahi tiga Sub Bidang serta satu Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Dari struktur ini menggambarkan banyak dan luasnya cakupan tugas pokok dan fungsi baik di sekretariat yang membawahi tugas sub bagian yang melaksanakan tugas pendukung (tugas staf) dan empat bidang yang masing-masing bidang membawahi tiga sub bidang yang melaksanakan tugas lini (tugas pokok) Dinas Perhubungan Kota Makassar. Sehubungan dengan keadaan pegawai tersebut di atas yang lebih banyak pegawai golongan I dan II yang berijazah SLTA, SLTP dan SD, pimpinan sudah harus mempertimbang-kan keadaan tersebut dan mencari alternatif yang lebih baik dalam arti bahwa pegawai yang sudah ada perlu ditingkatkan kemampuannya, keteram-pilan, dedikasi/motivasinya melalui pemberian tugas belajar, ijin belajar, ditugaskan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan dalam rangka meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan masing-masing pegawai yang nantinya diharapkan dapat menjadi pemikir, penggagas, konseptor, perencana dan sekaligus pelaksana yang baik, bertanggung jawab dan memiliki dedikasi/motivasi yang tinggi. Oleh karena itu, organisasi yang bisa bertahan dan eksis ke depan adalah organisasi yang memiliki sumber daya manusia yang handal, memiliki kompetensi, profesional, dedikasi dan motivasi yang tinggi. Sumber daya manusia yang demikian tentunya akan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, efektif dan efisien sesuai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (sesuai visi, misi, sasaran, program dan kegiatan). Dengan demikian dalam rangka mewujudkan visi, misi, sasaran dan tujuan secara efektif dan efisien, Dinas Perhubungan Kota Makassar tidak ada pilihan lain selain terus-menerus meningkat pengetahuan, kemampuan, keterampilan, perilaku yang baik serta motivasi yang tinggi bagi seluruh pegawai Dinas Perhungan Kota Makassar terutama tugas yang berkaitan langsung dengan implementasi kebijakan transportasi kota yang lebih tertib, nyaman, aman dan mudah terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. PEMBAHASAN Hasil penelitian memperlihatkan bahwa implementasi kebijakan transportasi Kota Makassar dilihat dari aspek ketersediaan sumber daya manusia, belum terlaksana dengan efektif yang ditandai dengan masih banyaknya masalah yang berkaitan dengan transportasi Kota Makassar antara lain seperti: masih banyak kendaraan umum yang bergerak di jalan belum diuji untuk layak jalan, di manamana terjadi kecelakaan dan kemacetaan di jalan. Selain itu masalah keterbatasan sumber daya manusia (pegawai) Dinas Perhubungan Kota Makassar masih terbatas terutama yang memiliki kompetensi teknis dan fungsional yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan kebijakan di bidang transportasi kota. Jauh sebelumnya Edward III (Nugroho, 2009) mengemukakan bahwa ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan dan salah satu di antaranya adalah faktor sumber daya manusia. Efektifnya atau keberhasilan implementasi kebijakan disebutkan oleh Edward III (2008) bahwa ada 4 (empat) variabel yang mempengaruhi efektif atau berhasilnya implementasi kebijakan, yaitu :

132 Wahidin / Jurnal Administrasi Negara, volume 20 no. 3 (2014) / 126-132 1. Communication 2. Resources 3. Dispotition 4. Bureaucratic structural. Dengan demikian, keberhasilan implementasi kebijakan transportasi Kota Makassar sebagian besar ditentukan ketersediaan sumber daya manusia yang memadai baik kualitas maupun kuantitasnya. KESIMPULAN DAN SARAN Penulis menyimpulkan bahwa dalam implementasi kebijakan transportasi Kota Makassar, Dinas Perhubungan Kota Makassar selaku implementor belum dapat terlaksana dengan efektif disebabkan sumber daya manusia (pegawai) masih terbatas terutama yang memiliki kompetensi teknis. Keterbatasan jumlah pegawai tersebut tidak sebanding dengan luas wilayah Kota Makassar dan jumlah kendaraan umum yang bergerak dalam Kota Makassar cukup banyak dan beragam jenis/tipenya. Selain itu, sumber daya manusia (pegawai) yang dimiliki Dinas Perhubungan Kota Makassar masih terbatas dan masih didominasi golongan I dan golongan II (tenaga operasional). Kondisi ini telah menunjukkan bahwa tenaga pemikir, konseptor, perumus kebijakan, perencana, desainer, penggerak kelompok dan pengambilan keputusan yang tepat dan cepat masih terbatas/kurang. Oleh karena itu, sebaiknya pemerintah Kota Makassar segara memenuhi keterbatasan jumlah dan kualitas sumber daya manusia pada Dinas Perhubungan Kota Makassar sebagai instansi yang bertanggung jawab secara fungsional dalam implementasi kebijakan transportasi Kota Makassar. REFERENSI Abednego. 2013. Implementasi Kebijakan Transportasi Darat Kota Ambon. Makassar: Pasca Sarjana Universitas Negeri Makassar. Adisasmitas, Rahardjo dan Adji Sakti Adisasmita. 2011. Manajemen Transportasi Darat Mengatasi Kemacetan Lalu Lintas di Kota Besar.Yogyakarta. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Dinas Perhubungan Kota Makassar. 2013. Laporan Keadaan Pegawai. Makassar. Edwards III, C. George. 1980. Implementing Public Policy. Congressional Congressional Quarterly Press (C.Q. Press) 1431422 nd, Street N.W. Washington D.C. 20037. Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Nugroho, Riant. 2009. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.