BAB I PENDAHULUAN. seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai model. dan efisien serta mendapat hasil optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Yusi Rosidah, 2013 PENGARUH METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAPA PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. Media,2003), hlm 6. 1 UU RI No.20 th 2003 Bab II pasal 3 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Fokus

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN. aktif yaitu ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Matematika beragam manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. nasional, biologi merupakan mata pelajaran yang mewajibkan siswa untuk

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. V SDN 02 Jatiharjo, Jatipuro, Karanganyar. 1. Nilai ulangan Formatif banyak yang kurang memenuhi KKM.

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan hubungan yang tidak linier antar pendidikan dengan lapangan

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, tanpa keikutsertaannya kegiatan belajar-mengajar tidak akan. berjalan dengan baik. Sebagaimana dikemukakan Mulyasa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut tercantum pada Undang-

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. telah terencana, dengan adanya perencanaan yang baik akan mendukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini masih kurang efektif, dimana proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Hal ini berhungan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di tingkat dasar dan menengah. IPS tidak hanya mendengarkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. kerjasama yang baik khususnya antara guru dan siswa. Keberhasilan sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga atau individu untuk mencapai tujuan tertentu. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB I PENDAHULUAN. adalah kegiatan proses pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat baik negara maupun bangsa. Pendidikan merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik apa yang akan dilakukan dalam kelas selama pertemuan berlangsung.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memiliki pengaruh luas dalam dunia pendidikan. Di sekolah dia adalah pelaksana administrasi pendidikan yaitu bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung dengan baik. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (Asril, 2010: 9) Menurut Gordon sebagaimana yang dikutip oleh Mulyasa (2007: 38), bahwa ada enam aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu sebagai berikut : a. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, tujuan pembelajaran dan bagaimana melakukan pembelajaran tersebut kepada peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. b. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik sebelum melakukan pembelajaran. c. Kemampuan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya, misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk 1

memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik agar mampu dalam melaksanakan pembelajaran. d. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang, misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis, dan lain lain). e. Sikap (attitude), yaitu perasaan (senang, tak tenang, suka, tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar, reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan gaji, dan lain lain. f. Minat (interest), adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan, misalnya minat untuk melakukan sesuatu atau untuk mempelajari sesuatu agar mendapat tujuan yang diinginkan. Keenam aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi diatas, jika ditelaah secara mendalam berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2005 Bab IV pasal 10 seorang guru dikatakan kompeten apabila ia telah menguasai empat kompetensi dasar, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Menurut UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik. Pengertian kompetensi pedagogik yang dikemukakan oleh Trianto (2006: 63), kompetensi pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik ini meliputi pemahaman terhadap peserta didik, 2

perancangan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Keberhasilan pembelajaran sangat erat kaitannya dengan strategi dan metode pembelajaran. Strategi pembelajaran yang tepat akan membina peserta didik untuk berfikir mandiri, kreatif dan sekaligus adaktif terhadap berbagai situasi yang terjadi (Zaini, 2002: 96). Implementasi strategi dan metode pembelajaran yang kurang tepat akan mengakibatkan kegagalan dalam proses pembelajaran. Sebaliknya, strategi dan metode pembelajaran yang tepat akan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, memicu semangat dan keaktifan peserta didik dalam belajar. Namun, jika strategi dan metode yang diterapkan pendidik tidak cocok maka yang terjadi kegagalan dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan peserta didik merasa bosan dalam belajar. Berkaitan dengan ini, sebenarnya guru mengemban tugas dan tanggung jawab yang sangat berat untuk mengantarkan siswa pada arah dan tujuan yang telah ditentukan. Sebagai pendidik guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai pengarah dan pembina serta pengembang kemampuan siswa. Guru harus mampu mengarahkan bakat dan kemampuan siswa dengan baik dan terarah. Ia juga harus berupaya membentuk kemampuan siswa agar menjadi manusia yang dewasa yang berkemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan, dan mengamalkannya untuk kesejahteraan hidupnya. Terlebih pelajaran sejarah yang secara garis besar menyampaikan informasi perkembangan peradaban manusia dari zaman ke zaman. Dalam pembelajaran sejarah, untuk mencapai relevansi antara proses pembelajaran di 3

sekolah dengan proses sosialisasi, guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana belajar yang demokratis-kreatif dalam pembelajaran, yaitu suasana belajar yang melibatkan siswa aktif sebagai subjek maupun objek, sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuannya sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Salah satu model pembelajaran yang sekarang sering digunakan adalah model pembelajaran cooperative learning tipe TGT (Times Games Tournament). Mengapa pembelajaran cooperative learning penting dalam pembelajaran? Hal ini telah disinggung oleh Rusman (2010: 205) bahwa dalam situasi belajar sering terjadi secara sifat individualistis siswa. Siswa cenderung berkompetensi secara individual, bersikap tertutup terhadap teman, kurang member perhatian kepada teman sekelas, bergaul dengan orang tertentu, ingin menang sendiri dan sebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil akan dihasilkan warga negara yang egois inklusif, introfert, kurang bergaul dengan masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan, kurang menghargai orang lain serta tidak mau menerima kelebihan dan kekurangan oranglain. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (1995) dinyatakan bahwa : 1. Penggunaan pembelajaran cooperative dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain. 2. Pembelajaran cooperative dapat memenuhi kebutuhan peserta didik dalam berfikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan 4

dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran cooperative diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Banyak pendidik sekarang yang hanya menggunakan metode metode klasik seperti metode ceramah dengan kurang menggabungkan dengan metode pembelajaran yang lain. Sehingga kurang memperhatikan motivasi belajar siswa, sebab siswa cenderung tidak semangat dalam belajar dan hanya menerima saja pelajaran tanpa ada timbal balik tentang materi yang diperoleh melalui penjelasan guru. Akibatnya, siswa hanya memperhatikan materi pelajaran pada saat akan ujian, sedangkan pada saat berlangsungnya pelajaran mereka cenderung kurang berminat seperti tidak mendengarkan penjelasan guru, ramai dan secara fisik hanya hadir dikelas, sementara psikisnya tidak terlibat. Sehingga, mengakibatkan hasil prestasi siswa menurun. Hal ini sejalan dengan kondisi pembelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) di MTs Muhammadiyah Kasihan. Pra observasi yang dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2016 yang bertepatan saat peneliti melaksanakan PPL dengan guru SKI yaitu bapak Poniman S.Ag, memperoleh informasi terkait permasalahan pada pembelajaran SKI. Masalah pertama adalah motivasi belajar SKI yang tergolong rendah. Banyak siswa cenderung pasif ketika proses pembelajaran, merasa bosan, mengantuk saat pembelajaran dan banyak juga yang ramai sendiri. Masalah kedua adalah hasil belajar. Kepuasan siswa dalam belajar SKI masih rendah karena prestasi belajar mereka sering tidak tuntas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 75. Permasalahan motivasi dan prestasi belajar ini disebabkan oleh minat belajar 5

siswa terhadap pelajaran SKI yang masih kurang dan metode pembelajaran guru yang kurang menarik. Dengan kata lain, metode yang dilakukan oleh guru adalah ceramah. Kelemahan dari metode seperti ini adalah siswa pada akhirnya akan menjadi pendengar dan cenderung menggantungkan pemahaman mereka pada penjelasan guru. Pembelajaran SKI yang cukup kontekstual dari sisi kebutuhan siswa untuk belajar mengembangkan dirinya, dan terkesan hanya sebagai kontribusi pengetahuan belaka, dengan penekanan sebatas pada ranah kognitif saja. Hal ini tentunya menjadi masalah dengan perkembangan belajar siswa, proses pun terlihat tidak efektif. Karena guru tidak memperhatikan kondisi siswanya. Guru hanya terpaku kepada metode yang membuat siswa bosan bahkan mengantuk saat mengikuti pelajaran sejarah di dalam kelas. Disinilah terlihat betapa pentingnya motivasi dalam belajar sehingga minat untuk mempelajari SKI pun tinggi dan tentunya dapat menciptakan hasil belajar yang memuaskan. Oleh sebab itu, dari berbagai permasalahan yang telah dikemukakan diatas, perlu diteliti apakah penerapan metode TGT (Teams Games Tournaments) dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran SKI di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kasihan. Peneliti berharap peserta didik dapat bekerja sama dengan orang lain, mengoptimalkan partisipasi peserta didik dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang bertujuan untuk meneliti hubungan sebab akibat dengan memanfaatkan satu atau lebih kelompok eksperimental. 6

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan metode TGT (Teams Games Tournaments) dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kasihan? 2. Adakah perbedaan yang signifikan antara motivasi dan prestasi belajar SKI peserta didik antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen dengan menggunakan metode TGT (Teams Games Tournaments) di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kasihan? 3. Apakah penerapan metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) efektif pada motivasi dan prestasi belajar siswa di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kasihan? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode TGT (Teams Games Tournaments) dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar SKI di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kasihan. 2. Untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan motivasi dan prestasi belajar mata pelajaran SKI peserta didik antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dengan menggunakan metode TGT (Teams Games Tournaments) di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kasihan. 7

3. Untuk mengetahui apakah penerapan metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) efektif pada motivasi dan prestasi belajar siswa di kelas VIII MTs Muhammadiyah Kasihan. Kegunaan Penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran pengembangan keilmuan yang berkaitan dengan metode, motivasi dan prestasi belajar mata pelajaran SKI. 2. Secara praktis a. Bagi sekolah, dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar dan masukan bagi perkembangan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran SKI. b. Bagi guru, menambah wawasan kepada guru SKI tentang penerapan metode TGT (Teams Games Tournaments) sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik. c. Bagi siswa, dapat memberikan stimulus kepada peserta didik agar tertarik belajar mata pelajaran SKI. D. Sistematika Pembahasan Guna mempermudah penulis dan pembaca diperlukan adanya sistematika pembahasan yang bertujuan mempermudah dalam pembahasan skripsi ini. Adapun rencana sistematika pembahasan yang diangkat adalah sebagai berikut : 8

BAB I : Pendahuluan. Dalam hal ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab ini menjadi pembukaan kajian skripsi sebagai kerangka pemahaman metodologi. BAB II : Tinjauan Pustaka, Kerangka teoritik, Hipotesis. BAB III : Metode Penelitian meliputi jenis penelitian, Desain, Lokasi, Populasi dan sampel, Metode pengumpulan data, definisi konsep dan variabel dan analisis data. BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan, apakah dengan metode TGT (Teams Games Tournaments) dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa. BAB V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran. Bagian akhir dari skripsi ini memuat daftar pustaka dan lampiran - lampiran. 9