BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pemahaman Masyarakat Desa Surabaya Udik Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur Mengenai Mahar

BAB I PENDAHULUAN. boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN. beberapa model kerangka berfikir yang kontradiksi antara Adat dan Hukum Islam.

BAB IV ANALISIS PENETAPAN JUMLAH MAHAR BAGI MASYARAKAT ISLAM SARAWAK, MALAYSIA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI ALAT TERAPI DI PASAR BABAT KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BUYUT POTROH SEBELUM PROSESI AKAD NIKAH DI DESA

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN PERKAWINAN JILU DI DESA DELING KECAMATAN SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI CEGATAN DI DESA GUNUNGPATI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

MAHRAM. Pertanyaan: Jawaban:

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Munakahat (Studi di Kecamatan Sebangau Kuala Kabupaten Pulang Pisau). Hasil

ار ا خ ط ب ا خ ذ ك ى ا ي ر اأ ة ف ق ذ ر أ ر ب غ ض ي ا ذ ع ا ن ك اح ا ف ه ف ع م. )ر ا اح ذ اب دا د(

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

BAB I PENDAHULUAN. pasal 18B ayat 2 Undang-Undang Dasar tahun 1945 yang berbunyi Negara

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Indonesia, Jakarta, Departemen Agama, 2001, hlm. 14.

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

tradisi jalukan pada saat pernikahan. Jalukan adalah suatu permintaan dari pihak

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Hijab Secara Online Menurut Hukum Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

ب س م ال رح م ن ال رح ی م

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PERNIKAHAN WANITA HAMIL OLEH SELAIN YANG MENGHAMILI. Karangdinoyo Kecamatan Sumberrejo Kabupaten Bojonegoro

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. Alamat : Jl. AES Nasution Gang Samudin Rt 11 Rw 02

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar, hak dan kewajiban dalam perkawinan meliputi dua

KAIDAH FIQH. Jual Beli Itu Berdasarkan Atas Rasa Suka Sama Suka. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Jual Beli Itu Berdasarkan Suka Sama Suka

KLONING FATWA MUSYAWARAH NASIONAL VI MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR: 3/MUNAS VI/MUI/2000. Tentang KLONING

SATON SEBAGAI SYARAT NIKAH DI DESA KAMAL KUNING

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

Bagi YANG BERHUTANG. Publication: 1434 H_2013 M. Download > 600 ebook Islam di PETUNJUK RASULULLAH

ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م

BAB IV PRAKTIK JUAL BELI KEPALA KIJANG SEBAGAI HIASAN DAN KULIT KIJANG SEBAGAI JIMAT DI DESA GEDANGAN SIDAYU GRESIK

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI I TENTANG TATA CARA RUJUK SERTA RELEVANSINYA TERHADAP PERATURAN MENTERI AGAMA NO.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

SALINAN PENETAPAN Nomor : XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 0051/Pdt.P/PA.Gs/2010 TENTANG WALI ADLAL KARENA PERCERAIAN KEDUA ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengikuti perkembangan fashion. Fashion dianggap dapat membawa

BAB 1V ANALISIS DATA. A. Analisis Sistem Pemberian Komisi Penjualan Kepada SPB (Sales Promotion Boy) Di Sumber Rizky Furniture Bandar Lampung

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB II TINJAUAN UMUM MAS KAWIN DAN PERKARA SITA MARITAL. 1. Pengertian dan Istilah Lain tentang Mas kawin

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEBOLEHAN PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN PADA MASA IDDAH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

ب س م الل ه ال رح م ن ال رح ي م

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ini. Salah satu jalan dalam mengarungi kehidupan adalah dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN WALI HAKIM OLEH KEPALA KUA DIWEK JOMBANG TANPA UPAYA MENGHADIRKAN WALI NASAB

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mencapai hajat hidup dengan meningkatkan taraf

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

Warisan Untuk Janin, Wanita, Huntsa Musykil dan Yang Mati Bersamaan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sendi kehidupan dan susunan masyarakat Indonesia. Tidak hanya itu,

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

PROSES AKAD NIKAH. Publication : 1437 H_2016 M. Disalin dar Majalah As-Sunnah_Baituna Ed.10 Thn.XIX_1437H/2016M

BAB I PENDAHULUAN. kental dan peka terhadap tata cara adat istiadat. Kekentalan masyarakat Jawa

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD AS-SALA>M DALAM SISTEM JUAL BELI ONLINE DI SUPPLIER HERBAL MURAH SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

PENETAPAN /Pdt.P/2014/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV ANALISIS URF TERHADAP PEMBERIAN RUMAH KEPADA ANAK PEREMPUAN YANG AKAN MENIKAH DI DESA AENG PANAS KECAMATAN PRAGAAN KABUPATEN SUMENEP

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya Mahar merupakan kewajiban oleh suami terhadap istri yang harus diberikan baik dalam atau setelah dilakukan akad nikah. Kewajiban tersebut tidak memiliki batasan dalam jumlahnya, dalam Al-Qur an dan Hadist dijelaskan agar pihak perempuan tidak mempersulit atau mempermudah mahar atau mas kawin yang akan diberikan oleh suami, mengapa perempuan dalam islam disyari atkan untuk tidak mempersulit mahar, agar tidak menjadi beban bagi laki-laki untuk menikahinya, dan mempermudah adanya pernikahan itu sendiri, karena tujuan utama menikah dalam islam bukanlah mahar. Pernikahan yang baik bukan dilihat dari jumlah mahar dan bentuk mahar, besar atau kecilnya mahar yang diberikan oleh pihak lelaki, akan tetapi bukan berarti mahar menjadi hal yang remeh. Dalam pernikahan mahar merupakan kewajiban yang harus diberikan dan sebagai syarat sah pernikahan, mahar sendiri memiliki makna yang cukup dalam, hikmah dari disyari atkannya mahar ini adalah menjadi tanda bahwa seorang wanita memang haruslah dihormati dan dimulyakan. Modernisasi mahar adalah bentuk pengindahan mahar yang dilakukan dalam pernikahan, pengindahan tersebut banyak dilakukan oleh para calon pengantin dan sudah menjadi tren di masyarakat untuk menghias mahar dalam 75

76 pernikahan baik dihias sendiri atau dengan menggunakan jasa penghias mahar. Pengindahan mahar juga memiliki berbagai macam bentuk tergantung bagaimana keinginan calon mempelai bentuk apa yang mereka inginkan,. Harga yang ditawarkan oleh para jasa penghias mahar juga bervariatif tergantung kerumitan dan bentuk. Tradisi yang berkembang di masyarakat sekitar, khususnya daerah Jambangan dan sekitarnya sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan bahwa pemberian mahar atau mas kawin dengan menghiasnya terlebih dahulu, dengan bermacam-macam kreasi dan bentuk sesuai yang diinginkan oleh calon pengantin. Kebiasaan menghias mahar ini sudah menjadi tren atau adat di masyarakat dan memang islam tidak mengatur tentang tentang adanya pengindahan mahar dalam perkawinan. Dalam prakteknya pengindahan mahar yang dilakukan oleh calon pasangan pengantin di KUA Jambangan dengan menggunakan uang mainan atau palsu bukan dengan menggunakan uang asli, hal ini dikarenakan adanya himbauan atau arahan yang dilakukan penghulu dan pegawai KUA Jambangan pada saat proses pembinaan atau rafa nikah untuk tidak menggunakan uang asli dalam pengindahan mahar, sedangkan mahar uang asli yang sesungguhnya diberikan pada saat akad nikah secara tunai, karena nanti disaat akad akan diperlihatkan uang tersebut berapa jumlah yang sebenarya. Penggunaan uang mainan bukan dengan uang asli tersebut dilakukan dengan berbagai alasan. Pertama, jika pengindahan mahar menggunakan uang asli untuk dibingkai dan bentuk-bentuk dengan segala macam, ditakutkan

77 uang tersebut tidak dapat digunakan lagi, dan menjadi tidak bermanfaat, karena sudah dilem, dilipat-lipat dan sebagainya, padahal tujuan pemberian mahar adalah menyerahkan sesuatu yang berguna bagi istri. Hal ini sesuai dengan syari at Islam yang mengharuskan mahar yang diberikan oleh suami terhadap istri adalah sesuatu yang mempunyai manfaat, jika mahar tersebut tidak mempunyai nilai manfaat, maka sesuatu tersebut tidak bisa dijadikan mahar. Para penghulu dan staf KUA Jambangan juga kurang setuju dengan adanya modernisasi mahar nikah, ketika ada calon pengantin yang mendaftarkan pernikahannya di KUA Jambangan maka para staf dan penghulu menasehati dan memberi mereka arahan, bahwa lebih baik jika tidak usah melakukan pengindahan mahar, apabila mereka masih tetap ingin melakukan hal tersebut maka para penghulu dan staf menyarankan pengindahan mahar dengan menggunakan uang mainan atau uang palsu. Penggunaan uang mainan atau uang palsu tersebut menurut penghulu dan staf KUA Jambangan Surabaya lebih baik dan efektif, kemudian mahar yang sesuangguhnya atau uang asli yang akan diberikan kepada mempelai perempuan diberikan dengan menggunakan amplop saja, yang sebelumnya sudah dihitung bersama penghulu dan calon mempelai jumlah mahar uang yang diberikan agar tidak terjadi kesalahan. Kedua, alasan selanjutnya pengindahan mahar dengan uang mainan adalah agar diketahui pada saat akad nikah dan ditunjukkan berapa jumlah uang yang diberikan sebagai mahar kepada penghulu dan istri, jika uang asli

78 yang digunakan untuk pengindahan ditakutkan tidak diketahui secara jelas berapa jumlah nominal uang tersebut. Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi kesalahan, karena pada saat ijab qabul disebutkan berapa jumlah uang yang diberikan sebagai mahar. Pengindahan atau menghias mahar biasanya dilakukan dengan jumlah nominal uang yang disesuaikan dengan tanggal pernikahan berlangsung, seperti contoh tahun 2016 maka mahar yang diberikan sesuai dengan tanggal dan tahun tersebut yaitu diahiri dengan nominal Rp.16. Sedangkan pada saat ini uang Rp.16 sudah susah sekali ditemukan, dan biasanya para calon suami rela membeli dengan harga yang mahal di bank demi mendapatkan uang nominal tersebut. Dalam teori mahar yang disyari atkan dalam islam dan Kompilasi Hukum Islam, mahar yang diberikan kepada calon istri adalah didasarkan atas asas kemudahan dan kesederhanaan, menggunakan uang pecahan rupiah seperti diatas yang sudah langka pada saat ini, merupakan sesuatu yang susah dan tidak mudah, maka hal itu tidak sesuai dengan asas mahar yaitu kemudahan dan kesederhanaan. Uang nominal Rp.16 pada saat ini bukan merupakan sesuatu yang berharga dan tidak bermanfaat, tidak sesuai dengan disyari atkan dalam islam bahwa mas kawin atau mahar merupakan sesuatu yang mempunyai nilai guna dan manfaat. Tradisi pengindahan mahar ini bukanlah sesuatu yang jelek atau bertentangan dengan islam dan tujuan perkawinan yang ingin membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah, yang menjadikan suami istri

79 melakukan hak dan kewajibannya. Pengindahan mahar tidaklah membatalkan pernikahan, tren ini juga memiliki etika sosial bahwa wanita memang harus dihormati dan dimulyakan, melakukan pengindahan mahar dengan mempunyai tujuan untuk menyenangkan hati calon istri dan menghargai calon istri apabila memang pengindahan mahar dilakukan atas permintaan calon istri. Hanya ada beberapa hal yang perlu dikritisi terhadap pengindahan mahar terkait dengan manfaat, kemudahan dan kesederhanaan. B. Analisis Hukum Islam Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya Pemberian mahar oleh calon suami terhadap calon istri adalah wajib sesuai dengan ayat Al-Qur an: و ا ت و ا الن س اء ص د ق ت ه ن ن ل ة ف ا ن ط ب ل ك م ع ن ش ي ئ م ن و ن ف سا ى ن ي ئا م ر يئا Artinya : Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. Dalam syari at Islam tidak mengatur tentang adanya pengindahan atau menghias mahar yang akan diberikan oleh calon suami terhadap calon istri, dan menghias mahar tidaklah membatalkan perkawinan. Akan tetapi ada beberapa hal dalam praktek pengindahan mahar yang tidak sesuai dengan teori mahar seharusnya, beberapa hal tersebut perlu dikaji agar menjawab kebimbangan sebagian masyarakat tentang bagaimana hukum sebenarnya dalam pengindahan mahar itu sendiri.

80 Pengindahan mahar lebih baik dilakukan dengan menggunakan uang palsu atau uang mainan, untuk menjaga kemanfaatan dari mahar itu sendiri, jika mahar tersebut menggunakan uang asli maka uang tersebut akan tertahan manfaatnya tidak dapat dipergunakan oleh istri. Hal tersebut bertentangan dengan teori sifat mahar yang seharusnya dimiliki secara penuh secara dzat dan manfaatnya. Adapun syarat-syarat yang boleh dijadikan mahar adalah sebagai berikut: a. Jelas dan diketuhui bentuk dan sifatnya b. Barang tersebut milik sendiri secara kepemilikan penuh dengan arti memiliki dzatnya termasuk manfaatnya, jika hanya salah satu saja, maka mahar tersebut tidak sah. c. Barang tersebut memenuhi syarat untuk diperjualbelikan, dalam arti yang tidak boleh diperjualbelikan dalam Islam tidak boleh dijadikan mahar, seperti babi, minuman keras, bangkai. d. Dapat diserahkan pada waktu akad tau waktu yang dijanjikan, dalam arti barang yang tidak dapat diserahkan pada waktunya tidak dapat dijadikan mahar, seperti burung yang terbang di udara. Mengenai sifat-sifat mahar, ulama fuqoha berpendapat tentang sahnya pernikahan denagn suatu barang tertentu yang dikenal sifatnya, yakni tertentu jenis, besar dan sifatnya. 1 1 Ibnu Rusyd, Tarjamah Bidayatul Mujtahid, Jilid II, (Semarang: As-Syifa, 1990), 393.

81 Pengindahan mahar dengan menggunakan uang nomimal sesuai dengan tahun atau tanggal misalnya Rp.16, nominal tersebut termasuk menyusahkan bagi calon suami, karena uang tersebut sudah tidak ada lagi dipasaran dan harus membeli dengan harga yang tidak murah, padahal hal tersebut dilakukan hanya karena mengikuti tren saja. Padahal dalam islam disyari atkan untuk mempermudah mahar. ع ن ع ائ ش ة رض ا ن ر س و ل اهلل ص ق ال : ا ن ا ع ظ م الن ك اح ب ر ك ة ا ي س ر ه م ئ و ن ة Artinya: Rasulullah SAW. bersabda Sesungguhnya berkah pernikahan yang paling agung adalah yang paling mudah maharnya Hal ini juga sesuai dengan anjuran mahar yang dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam, yang menganjurkan mahar sesuai dengan asas kemudahan dan kesederhanaan. Pasal 31 Penentuan mahar berdasarkan asas kesederhanaan dan kemudahan yang dianjurkan oleh ajaran Islam. Pengindahan mahar yang dilakukan oleh calon suami atas permintaan istri dan kesepakatan bersama, dan atas dasar untuk memuliakan istri, maka hal tersebut menjadi sunnah, karena pada dasarnya mahar adalah untuk memuliakan calon istri. Pasal 30 Calon mempelai pria wajib membayar mahar kepada calon mempelai wanita yang jumlah, bentuk, dan jenisnya disepakati oleh kedua belah pihak. Pengindahan mahar dengan cara meghias mahar dikhawatirkan akan adanya israf atau berlebihan atau boros jika dilakukan secara berlebihan, israf adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan dalam Islam, dalam hal pengindahan

82 mahar jika dilakukan secara berlebihan dan tidak ada manfaat yang ada dalam mahar tersebut maka bisa dianggap sebagai israf atau berlebih-lebihan. Al-Qur an surat Al-Isra ayat 26 dan 27 menjelaskan tentang Israf, yang artinya Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan. Secara bahasa israf diartikan sebagai melakukan suatu perkara diluar batas seharusnya, yang sebenarnya perkara tersebut sudah pantas atau cukup tetapi ditambah-tambahkan atau dilebih-lebihkan dan ditinggi-tinggikan sehingga menimbulkan kesia-siaan terhadap hal tersebut, dan menjadi tidak manfa at dan tidak berguna dalam menempatkan posisinya, israf nampaknya lebih mengarah pada sifat royal mengkonsumsi sesuatu secara berlebihan. 2 Ahli tafsir mengartikan israf sebagai berlebihan dengan membelanjakan harta untuk pemuasan kebutuhan-kebutuhan yang dihalalkan dan juga keinginan-keinginan yang haram seperti mabuk-mabukan dan judi. 3 Dari beberapa pengertian diatas maka pengindahan mahar dapat menjadi sesuatu yang bersifat israf jika dilakukan secara berlebihan sehingga meniadakan atau menghilangkan manfa at mahar tersebut, maka hal tersebut tidak diperbolehkan dalam Islam. Selanjutnya berlebih-lebihan dalam pengindahan mahar merupakan hal yang bertentangan dengan kaedah mahar itu sendiri, bahwa disebutkan kaedah mahar adalah sederhana, mudah dan cepat. Jika dengan melakukan 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Balai Pustaka, jakarta,2005),649. 3 Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, diterjemahkan oleh Dewi Nur Julianti, diterjemahkan dari buku: encyclopedia of seerah, (jakarta, 1997),206.

83 pengindahan mahar kemudian melanggar hal-hal tersebut maka tidak diperbolehkan apalagi jika pengindahan tersebut memberatkan pihak laki-laki hal tersebut juga tidak diperbolehkan. Berdasarkan beberapa paparan hukum dan analisa diatas, maka dapat diambil kesimpulan terkait dengan hukum pengindahan mahar atau menghias mahar, hukum pengindahan mahar adalah mubah atau diperbolehkan dengan beberapa syarat yang tidak menyalahi syari at Islam. Serta makruh karena beberapa perubahan mahar membutuhkan biaya dan waktu. Mubah artinya boleh, yakni adalah sebuah status hukum terhadap suatu aktivitas dalam dunia Islam, namun tidak ada janji berupa konsekuensi berupa pahala terhadapnya. Dengan kata lain, Mubah yakni apabila dikerjakan tidak berpahala dan tidak berdosa, jika ditinggalkanpun tidak berdosa dan tidak berpahala. Hukum ini cenderung diterapkan pada perkara yang lebih bersifat keduniaan. Makruh artinya sesuatu yang tidak ada larangan akan tetapi lebih baik jika tidak dilakukan.