TOTAL BAKTERI DAN ph SUSU AKIBAT LAMA WAKTU DIPING PUTING KAMBING PERANAKAN ETTAWA LAKTASI

dokumen-dokumen yang mirip
Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

PENGARUH PENGGUNAAN BENZALKONIUM KLORIDA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SUSU SAPI. Saeful Hidayat, Rival Ferdiansyah, Akhmad Depi Juniarto

A. Wibowo, T.H. Suprayogi dan Sudjatmogo* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

P. Putri, Sudjatmogo dan T.H. Suprayogi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

ABSTRAK. Kata kunci: dipping; total bakteri; derajat keasaman; sapi perah ABSTRACT

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh dipping puting sapi perah yang terindikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. yang berbeda konsentrasi terhadap total koloni bakteri dan ph susu segar kambing

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Jumlah Bakteri Staphyloccus aureus dan Skor California Mastitis

ABSTRAK. Kata kunci : dipping; total bakteri; derajat keasaman (ph); susu sapi FH; iodosfor ABSTRACT

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

ABSTRAK. Kata Kunci : Total Bakteri; ph; Susu; Sapi Friesian Holstein. ABTRACT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang total koloni bakteri, nilai ph dan kadar air daging sapi di

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

bengkuang (Pachyrrhizus erosus) dan buah pisang yang sudah matang (Musa paradisiaca) yang diperoleh dari petani yang ada di Gedong Tataan dan starter

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

BAB VI PEMBAHASAN. Berdasarkan data hasil penelitian daya bunuh disinfektan uji terhadap. (Salmonella thyphosa dan Staphylococcus aureus) dibandingkan

RINGKASAN. Kata kunci : Desinfektan, total bakteri, ph susu. vii

MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU

Densitas = Jumlah koloni/cawan x 60m/30m x Luas cawan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

DESINFEKTANSIA DAN ANTISEPTIKA. Oleh : IMBANG DWI RAHAYU

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 Maret 2014

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Aktivitas Air, Total Bakteri Dan Drip Loss

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK

MATERI DAN METODE. Prosedur

METODE Lokasi dan Waktu Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

KARAKTERISTIK DAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI YOGHURT SARI BUAH SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP BAKTERI FLORA USUS

BAB III MATERI DAN METODE. Penilitian dilaksanakan selama bulan Mei sampai Juli 2017 di Laboratorium

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Penelitian

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April Penelitian ini

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

II. METODELOGI PENELITIAN

METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercemar kapan dan dimana saja sepanjang penanganannya tidak memperhatikan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

Evaluasi Kualitas Produk Dadih Dalam Bentuk Bubuk Yang Dikeringkan Dengan Sinar Matahari Dan Oven

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di. Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro, Semarang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yani dan Purwanto (2006) dan Atabany et al. (2008), sapi Fries Holland

Y ij = µ + B i + ε ij

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

MATERI DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH TEAT DIPPING SARI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) TERHADAP KUALITAS SUSU BERDASARKAN CALIFORNIA MASTITIS TEST DAN UJI REDUKTASE

Peneliti Ir. Endang Soesetyaningsih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengkaji hubungan higiene dan sanitasi berbagai lingkungan peternakan dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE

BAB 3 METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi

Kualitas Fisik, Kimia dan Mikrobiologi Susu Kambing pada Waktu Pemerahan yang Berbeda di Peternakan Cangkurawok, Balumbang Jaya, Bogor

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam

III. MATERI DAN METODE

KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) YANG DIBERI PERLAKUAN TEAT DIPPING

REDUKSI BAKTERI DAN BIRU METILEN, SERTA PERUBAHAN INTENSITAS PENCOKLATAN DAN ph SUSU AKIBAT PEMANASAN PADA SUHU 80 C DALAM PERIODE YANG BERVARIASI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian berlangsung mulai tanggal 23 Juli 2011 sampai dengan 23 Agustus

BAB III METODE PENELITIAN. diuji di Laboratorium Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo. Waktu penelitian yaitu pada tanggal 4-23 Desember tahun 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

METODE PENELITIAN. hingga Agustus 2016 di Laboratorium Teknobio-Pangan, Universitas Atma Jaya

EFEKTIFITAS REBUSAN DAUN KERSEN (Muntingia calabura L) UNTUK TEAT DIPPING DALAM MENURUNKAN JUMLAH BAKTERI PADA SUSU SKRIPSI. Oleh

Transkripsi:

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 12 21 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj TOTAL BAKTERI DAN ph SUSU AKIBAT LAMA WAKTU DIPING PUTING KAMBING PERANAKAN ETTAWA LAKTASI TOTAL BACTERIA AND PH OF MILK AFFECTED BY TEAT DIPPING DURATION IN ETTAWA GRADE GOAT A. Swadayana, P. Sambodho, dan C. Budiarti Fakultas Peternakan dan Peternakan Universitas Diponegoro ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama waktu diping puting terhadap total bakteri dan ph susu pada kambing PE laktasi. Penelitian ini dilaksanakan di UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Malang pada tanggal 23 Juli sampai dengan 23 Agustus 2011. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor kambing perah laktasi dengan kriteria kondisi sehat dan sedang dalam masa laktasi, kaporit (Calcium Hyphochloride) dan aquades. Peralatan yang digunakan timbangan digital, ember, gelas ukur, gelas pencelup untuk diping, stop watch, botol sampel, ph meter dengan skala 0-14 dengan kepekaan 0,1 dan termos serta plate count agar. Perlakuan yang diterapkan adalah T1 (Lama waktu diping 5 detik), T2 (Lama waktu diping 10 detik) dan T3 (Lama waktu diping 15 detik). Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah total bakteri dan ph susu. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama waktu diping puting tidak menunjukkan perbedaan terhadap total bakteri dan ph susu. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lama waktu diping puting kambing perah laktasi selama 5 detik saja sudah mampu mengendalikan total bakteri dan mempertahankan ph susu. Kata Kunci : diping puting, total bakteri susu, ph susu

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 13 ABSTRACT The research aims to determine total bacteria and ph of milk affected by teat dipping duration in Ettawa Grade Goat. The study was conducted in July - August 2011 in the Malang, East Java. The material used in research were 12 Ettawa Grade Goat, Calcium Hyphochloride, aquades, scale digital, bucket, measure glass, glass for teat dipping, stop watch, sample botl, ph meter, termos and plate count agar. The treatmen is T1 (teat dipping 5 second duration), T2 (teat dipping 10 second duration) and T3 (teat dipping 15 second duration). Parameter for this treatmen is total bacteria and ph of milk. The data obtained were analyzed using Completely Randomized Design. The results showed if teat dipping duration not different significantly to total bacteria and ph of milk. The conclusion obtained in this research is teat dipping duration only 5 second can be control total bacteria and milk of ph. Keywords : teat dipping, total bacteria, ph of milk PENDAHULUAN Kebutuhan gizi masyarakat Indonesia tidak lepas dari produk hasil ternak. Kambing perah merupakan salah satu ternak yang dapat menghasilkan susu. Menurut Mulyono (2003). Kambing perah adalah kambing yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu. Kambing yang umumnya dipelihara di Indonesia adalah Kambing Peranakan Ettawa (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing kacang (lokal) dengan kambing Ettawa (impor). Kambing PE telah dapat beradaptasi terhadap kondisi dan habitat di Indonesia (Mulyono, 2003). Menurut Hadiwiyoto (1994) susu merupakan hasil dari pemerahan sapi atau hewan yang menyusui dan dapat digunakan sebagai bahan pangan yang sehat, serta berupa cairan berwarna putih. Kambing perah sangat menguntungkan bagi peternak di Indonesia, karena dapat dikembangbiakan untuk produksi susu. Susu yang akan dikonsumsi masyarakat harus memiliki kualitas yang baik. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh peternak adalah tingginya jumlah bakteri dalam susu sehingga ph juga menjadi asam. Menurut Soeparno (1996) apabila terjadi cukup banyak

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 14 pengasaman oleh aktivitas bakteri maka nilai ph akan menurun secara nyata. Susu yang dihasilkan tersebut belum memenuhi Stándar Nasional Indonesia sehingga tidak dapat dipasarkan. Manajemen usaha peternakan kambing perah yang baik sangat perlu untuk memperoleh produk susu dengan kualitas dan kuantitas yang baik pula. Manajemen pemerahan yang kurang baik juga dapat menurunkan kualitas dan kuantitas susu. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas susu adalah manajemen pasca pemerahan. Diping puting merupakan penanganan untuk mencegah bakteri luar masuk dalam susu dari lubang puting sehingga dapat mempertahankan nilai ph. Menurut Sudono (1999) diping adalah perlakuan pasca pemerahan dengan cara mencelupkan larutan desinfektan pada puting sapi dengan tujuan untuk mencegah masuknya bakteri dari luar. Bakteri yang mengkontaminasi susu memasuki ambing dari luar melalui puting dan saluransaluran susu. Melalui perlakuan diping, desinfektan yang digunakan dapat menutup saluran-saluran susu pada puting agar tidak terkontaminasi bakteri dari udara sekitar yang dapat menyebabkan turunnya kualitas susu dan menyebabkan terjadinya mastitis. Menurut Subronto dan Tjahajati (2001) desinfektan adalah senyawa untuk mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik patogen. Kaporit (CaOCl2) digolongkan ke dalam senyawa halogen, seperti bromine, fluorine dan iodine. Khlor (Cl2} dalam air membentuk asam hipoklorit (HOCl) dan asam Hidrokhloride, dengan reaksi: Cl2 + H2O HOCl + H+ Cl-. Asam HOCl selanjutnya berperan sebagai desinfektan, bereaksi dengan bervariasi senyawa, baik dengan senyawa anorganik maupun organik atau terurai menjadi menjadi ion H+ dan OCl-, dengan reaksi: HOCl H+ + Cl (Rahayu, 2007). Chlor sering digunakan sebagai desinfektan karena harga murah dan masih mempunyai daya desinfeksi sampai beberapa jam (Patimah, 2009). Lama waktu diping juga akan mempengaruhi jumlah bakteri dan ph susu. Penelitian terdahulu Muniroh (2010) menyatakan bahwa diping puting sapi laktasi selama 10 detik dengan menggunakan desinfektan benzalkonium chloride sudah mampu mengendalikan total bakteri dan mempertahankan nilai ph susu.

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 15 Penelitian terdahulu Hidayat (2008) menyatakan bahwa total bakteri susu pada perlakuan tanpa diping adalah 1,7 x 106/ml. Standar kualitas susu menurut SNI (2000) untuk cemaran mikroba maksimal yaitu 1 x 106 CFU/ml. Menurut Legowo (2009) ph susu segar normal bernilai 6,5 6,7 dan kualitas susu di negara-negara maju digolongkan menjadi tiga macam yaitu Susu dengan kualitas A (baik) jika jumlah bakteri yang terdapat dalam susu segar tidak lebih dari 1 x 105 CFU/ml; Susu dengan kualitas B (sedang) jika jumlah bakteri yang terdapat dalam susu segar antara 1 x 105 1 x 106 CFU/ml; dan susu dengan kualitas C (jelek) jika jumlah bakteri yang terdapat dalam susu segar lebih dari 1 x 106 CFU/ml. Penelitian tentang lama waktu diping puting sangat bermanfaat bagi peternak untuk mendapatkan kualitas susu yang baik. MATERI DAN METODE Penelitian tentang Total Bakteri dan ph Susu Akibat Lama Waktu Diping Puting Kambing Peranakan Ettawa Laktasi dilaksanakan pada tanggal 23 Juli sampai dengan 23 Agustus 2011 di UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak, Malang. Materi yang digunakan antara lain: 12 ekor kambing PE untuk diambil susunya dengan kriteria kondisi sehat dan sedang dalam masa laktasi, kaporit (calcium hyphokhloride) dan aquades. Peralatan yang digunakan timbangan digital, ember, gelas ukur, gelas pencelup untuk diping, stop watch, botol sampel, ph meter dengan skala 0-14 dengan kepekaan 0,1, termos dan plate count agar. Metode penelitian yang dilaksanakan yaitu prosedur penelitian, parameter penelitian, rancangan percobaan, analisis data dan hipotesis penelitian. Tahap pendahuluan. Tahap pendahuluan yaitu pemilihan 12 ekor kambing laktasi (setiap perlakuan terdiri dari 4 ekor kambing), penandaan kambing sesuai perlakuan dengan dipilih secara acak. Persiapan desinfektan untuk bahan diping, pembuatan larutan desinfektan pada konsentrasi 0,2% yaitu 2 g kaporit dicampur dengan 1000 g aquades. Tahap perlakuan. Tahap perlakuan yaitu diping puting pada larutan desinfektan 0,2% setelah dilakukan pemerahan. Perlakuan yang diberikan

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 16 yaitu T1 (diping dengan lama waktu 5 detik), T2 (diping dengan lama waktu 10 detik), dan T3 (diping dengan lama waktu 15 detik). Perlakuan dilakukan selama 6 hari. Sebelum pemerahan, tempat pemerahan di sanitasi sampai bersih. Kambing untuk penelitian digiring ke tempat pemerahan, kemudian puting dicuci dengan air hangat menggunakan lap sambil di massage. Kemudian dilakukan pemerahan susu sampai tuntas, selanjutnya dilakukan diping puting dengan larutan desinfektan pada konsentrasi 0,2% sesuai perlakuan. Setiap kambing diambil sampel 3 kali yang dilaksanakan pada 3 hari terakhir perlakuan (1 hari 1 kali pengambilan sampel) untuk dilakukan uji total bakteri dan ph. Pengambilan sampel susu sebanyak 100 ml dari hasil pemerahan 2 puting setiap kambing. Pengujian ph dilakukan langsung setelah pemerahan dengan sampel susu sebanyak 50 ml. Susu sebanyak 50 ml disimpan dalam botol sampel dan di masukkan dalam termos kedap cahaya kemudian dibawa ke laboratorium untuk uji total bakteri. Setelah sampai di laboratorium, susu langsung disimpan dalam freezer. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah total bakteri dan ph susu. Metode pengujian yang digunakan untuk menghitung total bakteri adalah Total Plate Count (TPC). Pelaksanaan perhitungan bakteri tersebut adalah sebagai berikut: Membuat larutan pengenceran 10-1 yaitu menyiapkan susu sebanyak 25 ml dalam wadah steril kemudian menambahkan 225 ml larutan BPW (Buffered Peptone Water) 0,1%. Menyiapkan 6 buah tabung reaksi yang telah diisi larutan BPW masing-masing sebanyak 9 ml. Memindahkan 1 ml suspensi pengenceran 10-1 dengan pipet steril ke dalam tabung reaksi I untuk mendapatkan pengenceran 10-2. Memindahkan 1 ml suspensi dari tabung reaksi I ke dalam tabung raksi II sebagai larutan pengenceran 10-3. Pengenceran dilakukan sampai pada tabung reaksi ke VI (larutan pengenceran 107). Memasukkan 1 ml suspensi dari setiap pengenceran ke dalam cawan petri secara duplo. Menambahkan 15 ml PCA (Plate Count Agar) pada masing-masing cawan yang sudah berisi suspensi. Melakukan penggojogan cawan membentuk angka delapan supaya media PCA tercampur, kemudian didiamkan sampai padat. Inkubasi pada temperatur 32oC ± 1oC selama 24 jam dengan posisi cawan terbalik. Jumlah bakteri dapat dihitung dengan menggunakan alat colony counter. Penghitungan bakteri dimulai dari menghitung

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 17 jumlah koloni pada setiap pengenceran kecuali cawan petri yang berisi koloni menyebar. Pilih cawan yang mempunyai jumlah koloni 25 sampai dengan 250. Jumlah mikroba yaitu jumlah koloni dikalikan dengan faktor pengenceran. Rataannya adalah jumlah mikroba dalam 1 ml susu. ph susu diukur setelah selesai pemerahan dengan mengambil sampel masing-masing 50 ml. ph meter diposisikan pada posisi 7, katoda indicator dicelupkan pada susu sampai angka yang tertera pada ph meter berhenti dan siap dibaca. HASIL PEMBAHASAN Total Bakteri Susu Akibat Lama Waktu Diping Puting Rata-rata total bakteri dengan perlakuan lama waktu diping yang berbeda menggunakan kaporit konsentrasi 0,2% dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Rata-rata Total Bakteri Susu Tiap Perlakuan Ulangan Total Bakteri (10 5 CFU/ml) T1 T2 T3 1 4,73 4,73 7,86 2 3,70 3,13 4,43 3 4,05 2,42 4,90 4 2,86 3,55 4,60 Rata-rata 3,835 3,458 5,448 Total bakteri susu pada masing-masing perlakuan yaitu T1 = 3,835 x 10 5 CFU/ml; T2 = 3,458 x 10 5 CFU/ml; dan T3 = 5,448 x 10 5 CFU/ml. Jumlah bakteri pada semua perlakuan (T1, T2, dan T3) sudah lebih baik menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 2000 dengan jumlah bakteri maksimal 1 x 10 6 CFU/ml. Apalagi dengan jumlah bakteri pada susu yang tidak mengalami diping puting seperti pendapat Hidayat (2008) bahwa total bakteri susu tanpa perlakuan diping adalah 1,7 x 10 6 CFU/ml, sehingga penggunaan kaporit sebagai desinfektan untuk diping puting dapat menghambat pertumbuhan bakteri sehingga dapat meningkatkan kualitas susu yang dihasilkan.

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 18 Hasil pengujian antar perlakuan menunjukkan bahwa total bakteri susu yang diberi perlakuan kaporit konsentrasi 0,2% dengan lama waktu 5 detik (T1), 10 detik (T2), dan 15 detik (T3) tidak menunjukkan perbedaan. Hal ini diduga karena konsentrasi desinfektan yang sama pada tiap perlakuan yaitu 0,2%. Kepekatan desinfektan yang sama pada setiap perlakuan mengakibatkan kemampuan yang sama pula untuk menutup lubang puting. Lama waktu diping tidak menyebabkan larutan desinfektan menempel lebih tebal dan bertahan lebih lama. Hasil penelitian Muniroh (2010) menyebutkan bahwa diping puting menggunakan larutan benzalkonium khloride 0,2% dengan lama waktu 10 detik saja sudah mampu mengendalikan bakteri. Lama diping tidak meningkatkan efektifitas kerja desinfektan untuk melindungi puting dari kontaminasi bakteri. Diping puting menggunakan larutan kaporit 0,2% dengan waktu yang berbeda setelah selesai pemerahan dapat menghambat perkembangan bakteri dan dapat mencegah mastitis. Bakteri dari luar tidak mudah masuk karena terhalang larutan kaporit yang melapisi puting dan menutup saluran puting. Penggunaan kaporit sebagai desinfektan merupakan zat germisidal, yaitu mempunyai sifat perusak bagi sel. Mikroorganisme yang menempel pada puting bagian luar tidak dapat masuk karena puting sudah terlapisi khlor. Khlor dapat merusak membran sel mikroorganisme, kemudian masuk ke dalam sitoplasma dengan merusak laju metabolisme sel hingga inti sel, akibatnya aktifitas dari sel untuk berkembang biak dengan membelah diri dapat dicegah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudono (1999) bahwa diping adalah perlakuan pasca pemerahan dengan cara mencelupkan puting sapi pada larutan desinfektan dengan tujuan untuk mencegah masuknya bakteri dari luar. Melalui perlakuan diping, desinfektan yang dapat digunakan dapat menutup saluran-saluran susu pada puting agar tidak terkontaminasi bakteri dari udara sekitar yang dapat menyebabkan turunnya kualitas susu dan menyebabkan terjadinya mastitis. Pelczar dan Chan (1988) menyatakan bahwa kaporit merupakan persenyawaan yang banyak digunakan baik untuk keperluan rumah tangga maupun industri. Kaporit biasanya digunakan untuk sanitasi peralatan persusuan dan peralatan makan di restoran (rumah makan). Oksigen dari rumus Ca(OCl) 2 yang dibebaskan merupakan oksidator

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 19 kuat, dan menghancurkan mikroorganisme dengan cara merusak komponen selular. Khlor dan persenyawaannya juga mematikan mikroorganisme (bakteri) dengan cara pengikatan langsung khlor dengan protein sel. Nilai ph Susu Akibat Lama Waktu Diping Puting Rata-rata ph dengan perlakuan lama waktu diping yang berbeda menggunakan Kaporit konsentrasi 0,2% dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai ph dan jumlah bakteri sangat berhubungan erat. Semakin banyak bakteri yang terdapat dalam susu, nilai ph juga akan menurun. Penggunaan kaporit sebagai desinfektan untuk diping puting pada penelitian dapat mempertahankan nilai ph. Rata-rata ph susu pada masing-masing perlakuan yaitu T1 = 6,56; T2 = 6,59: dan T3 = 6,54. ph tersebut berada dalam kisaran normal, sesuai dengan pendapat Legowo et al. (2009) bahwa kisaran ph susu segar adalah 6,5-6,7 dan bila terjadi banyak pengasaman oleh aktivitas bakteri, maka angka tersebut akan menurun. Tabel 4. Rata-rata ph Susu Tiap Perlakuan Ulangan ph T1 T2 T3 1 6,53 6,57 6,47 2 6,50 6,57 6,60 3 6,63 6,63 6,57 4 6,57 6,57 6,50 Rata-rata 6,56 6,59 6,54 Pengujian hasil penelitian menunjukkan bahwa ph yang diberi perlakuan kaporit konsentrasi 0,2% dengan lama waktu 5 detik (T1), 10 detik (T2), dan 15 detik (T3) tidak menunjukkan perbedaan. Hal ini diduga karena konsentrasi desinfektan yang sama pada tiap perlakuan yaitu 0,2%. Menurut pendapat Rismana (2008) yang disitasi oleh Muniroh (2010) bahwa mekanisme kerja desinfektan yaitu merusak dinding sel atau sitoplasma dalam rentan waktu 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1-5%.

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 20 SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa diping puting Kambing PE menggunakan larutan kaporit dengan konsentrasi 0,2% dengan lama waktu 5 detik sudah dapat mengendalikan jumlah bakteri dan mampu mempertahankan ph susu. DAFTAR PUSTAKA Hadiwiyoto, S. 1994. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil-hasil Olahannya. Edisi ke Dua. Liberty, Yogyakarta. Hidayat, H. 2008. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Benzaklin untuk Diping terhadap Total Bakteri dan ph Susu. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Legowo, A. M., Kusrahayu dan Sri Mulyani. 2009. Ilmu dan Teknologi Susu. BP Undip, Semarang. Mulyono, S. 2003. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Penebar Swadaya, Jakarta. Muniroh, L. A. 2010. Pengaruh Lama Waktu Diping Puting Sapi Laktasi Terhadap Total Bakteri Dan ph Susu. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Patimah, 2009. Pengaruh Penambahan Poly Aluminium Chlorida (PAC) Terhadap Nilai Turbiditas Ait Sebagai Bahan Baku untuk Produk Minuman Di PT. Coca-Cola Indonesia Bottling Medan. Karya Ilmiah. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan. Pelczar, M. J. dan E. C. S. Chan.1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia Press, Jakarta. (Diterjemahkan oleh Ratna Siri Hadioetomo, Teja Imas, S. Sutarmi Tjitrosomo dan Sri Lestari Angka). Rahayu, D. I. 2007. Sensitifitas Staphylococcus aureus Sebagai Bakteri Patogen Penyebab Mastitis Terhadap Antiseptika Pencelup Puting Sapi Perah. Jurnal Protein. Fakultas Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Vol 14: 31-36.

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, halaman 21 Soeparno. 1996. Pengolahan Hasil Ternak. Universitas Terbuka, Jakarta. Subronto dan Tjahajati, 2001. Ilmu Penyakit Ternak II. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.