I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga negara. Setiap individu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan terhadap penyakit dan gangguan kesehatan. Masalah kesehatan

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

BAB 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN AKSES KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN (MASKIN)

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

NOMOR : 10 TAHUN 2009

PENDAHULUAN. harus disediakan oleh pemerintah. Tiap seluruh warga masyarakat / setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung dengan tujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi dan sekaligus merupakan investasi untuk keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat dan sejahtera adalah hak setiap warga negara. Pemerintah

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BUPATI MAGELANG PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

TENTANG BUPATI SERANG,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 61 TAHUN 2018 TENTANG

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan masyarakat, oleh karena itu mendapatkan. layanan kesehatan adalah hak setiap warga negara Indonesia.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 27 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PEMBIAYAAN UPAYA KESEHATAN

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 61 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM ASURANSI KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. harapan masyarakat sebagai pemakai jasa kesehatan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAHAN KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DASAR BERSUBSIDI DI KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

PELAKSANAAN BANTUAN KESEHATAN MELALUI KARTU JAMKESMAS BAGI MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN PURWANTORO KABUPATEN WONOGIRI

- 1 - PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang No 12 Tahun 2008

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Dunia (WHO 1948), menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu contoh kebijakan publik yang paling mendasar.

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

BUPATI BENER MERIAH RANCANGAN QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DINAS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PENGAWASAN MUTU DALAM SISTEM ASURANSI KESEHATAN. Oleh: SUNARTONO DINAS KESEHATAN KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta serta

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Banyaknya pemahaman yang berbeda mengenai good governance

II. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan batasan masalah di atas adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB IV PENUTUP. wilayah kerjanya. Sejak didirikan tahun 1976, Puskesmas ini bernama. Kelurahan Kedungmundu Kecamatan Semarang Timur, berubah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan dalam bidang kesehatan adalah salah satu bentuk kongkret

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan, termasuk didalamnya pelayanan kesehatan masyarakat. memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 121 TAHUN : 2011 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sejahtera. Seluruh kepentingan masyarakat dalam rangka

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

TENTANG STAN DAR PELAYANAN MINIMAL PUSKESMAS NON RAWAT INAP KOTA MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENDUDUK KABUPATEN TAPIN

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 512/MENKES/PER/IV/2007 TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang melayani kebutuhan orang lain.

dalam memberikan kritik bagi pelayanan publik (Insanarif, 2012). Oleh sebab oleh seluruh lapisan masyarakat (Widodo, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

WALIKOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN BUPATI POLEWALI MANDAR Nomor : 108 TAHUN 2009

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI WARGA MISKIN KOTA KEDIRI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang berorientasi pada upaya mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Jefferson Rumajar (2006: 9): Otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas kepada daerah untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundangundang yang berlaku. Sesuai Pasal 14 Ayat (1) butir (e) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota salah satunya adalah penanganan bidang kesehatan. Hal ini berarti pemerintah daerah kabupaten/kota dituntut untuk menyelenggarakan suatu sistem pelayanan kesehatan yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat Fenomena yang berkembang di masyarakat adalah semakin meningkatnya biaya kesehatan (berobat), berdampak pada ketidakmampuan masyarakat, khususnya masyarakat miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Kondisi ini menyebabkan masyarakat miskin yang berobat sangat sedikit

2 jumlahnya kerena tidak mampu membayar biaya kesehatan, sehingga banyak masyarakat miskin yang menderita penyakit akut dan seharusnya mendapatkan penanganan medis secara baik, yaitu harus dioperasi atau dirawat tidak dapat fasilitas tersebut karena mereka tidak mampu membayar biaya rumah sakit yang mahal. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005: 11): Sejak tahun 1998 pemerintah melaksanakan upaya pemeliharaan kesehatan penduduk miskin dengan pengembangan Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPS-BK) pada tahun 1998-2001, Program Dampak Pengurangan Subsidi Energi (PDPSE) pada tahun 2001, Program Kompensasi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) pada tahun 2002-2004. Melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 1241/Menkes/XI/ 2004, pada awal tahun 2005 ditetapkan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) bagi penduduk miskin melalui pihak ketiga yaitu PT Askes (Persero) Selanjutnya menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005: 13): Tahun 2005 adalah masa transisi pelaksanaan Program Jamkesmas bagi masyarakat miskin atau yang sering disebut Askeskin. Dalam pelaksanaannya ditemukan masalah, terutama karena perbedaan masyarakat miskin yang dikelola PT Askes (Persero) dengan yang terdata di setiap daerah. Masalah lain yang muncul adalah keterbatasan dana yang yang diperoleh Puskesmas terutama untuk menggerakkan kegiatankegiatan di luar gedung dan pelayanan UKM lainnya termasuk revitalisasi Posyandu, program imunisasi dan operasional Puskesmas dan jaringannya. Upaya perbaikan dilakukan setiap tahun dan Program Akeskin dilanjutkan sampai 2007 Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah tersebut sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan yaitu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan terhadap sehat bagi setiap orang agar

3 terwujud derajat kesehatan yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititik beratkan pada upaya penyembuhan penderita berangsur-angsur berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh. Pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas tenaga medis agar rakyat mendapatkan pelayanan yang baik. Tentu saja masih ada sejumlah agenda, program aksi, yang dilakukan Departemen Kesehatan bersama dengan pemerintah daerah. Untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat secara merata, pemerintah mengembangkan desa sehat dan desa siaga dengan meningkatkan partisipasi dan kontribusi masyarakat. Setelah sarana dan prasarana kesehatan mencapai daerah pelosok dan menjangkau masyarakat yang membutuhkan, maka diharapkan di kawasan perkotaan dapat dibangun rumah sakit modern dengan kualitas kelas dunia agar masyarakat tidak perlu lagi berobat ke luar negeri. Program Jaminan Kesehatan Semesta merupakan kelanjutan dari Program Jamkesmas bagi masyarakat miskin yang sebelumnya bernama Asuransi Kesehatan untuk Masyarakat Miskin (Askeskin) untuk menghilangkan kesan bahwa itu program PT Askes, namun PT Askes tetap menjadi mitra, tetapi tugasnya lebih ringan, penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis tersebut. Mulai tahun 2009 dilakukan dengan mekanisme baru, di mana PT Askes tidak lagi ditugasi melakukan pengelolaan keuangan program dan hanya dibebani tugas mengelola kepesertaan, praverifikasi peserta dan pelayanan program, sedangkan kegiatan verifikasi yang meliputi verifikasi pelayanan, keuangan dan adminisrtasi akan dilakukan oleh tenaga verifikator independen yang

4 direkrut oleh pemerintah melalui Dinas Kesehatan di daerah, dananya disalurkan langsung dari kas negara ke rekening rumah sakit melaui bank yang ditunjuk pemerintah. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2012: 3): Sasaran Jamkesta adalah masyarakat miskin dan masyarakat tidak mampu di seluruh wilayah Republik Indonesia yang membutuhkan pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya, posyandu serta layanan rujukan medis lanjutan di rumah sakit pemerintah dan swasta yang ditunjuk, kecuali masyarakt yang memiliki jaminan pemeliharaan/asuransi kesehatan lainnya Demikian pula halnya dengan Kabupaten Lampung Utara, Program Jamkesta dituangkan ke dalam Keputusan Bupati Lampung Utara Nomor: B/215/11- LU/HK/2012 yang meliputi pelayanan kesehatan dasar, pelayanan rawat jalan tingkat pertama, pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama, pelayanan rujukan dan pelayanan tingkat lanjut. Hal ini selaras dengan pembangunan kesehatan yang menyangkut upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, bersama antara pemerintah dan masyarakat, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi masyarakat. Tingkat kesehatan merupakan pencerminan kesehatan perorangan, kelompok dan masyarakat, bukan saja bebas dari penyakit tetapi tercapainya kesejahteraan fisik, sosial dan mental. Salah satu jenis pelayanan dalam Program Jamkesta di Kabupaten Lampung Utara, yaitu pelayanan rawat jalan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas dan jaringannya antara lain:

5 a. Pemeriksanaan kesehatan dan konsultasi kesehatan b. Pelayanan pengobatan umum c. Pelayanan gigi termasuk cabut dan tambal d. Penanganan gawat darurat e. Tindakan medis/operasi kecil f. Pelayanan laboratorium dasar dan penunjang diagnostik dasar lainnya g. Pemberian obat h. Rujukan (Sumber: Keputusan Bupati Lampung Utara Nomor: B/215/11-LU/HK/2012) Berdasarkan prariset di Puskesmas Kotabumi I Kabupaten Lampung Utara, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Kebijakan Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama pada Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Semesta di Puskesmas Kotabumi I Kabupaten Lampung Utara dilaksanakan dengan prosedur yang cukup rumit. Masyarakat yang menggunakan fasilitas Jamkesmas ini harus melengkapi beberapa persyaratan administratif untuk mendapatkan layanan, di antaranya fotokopi KTP, fotokopi kartu peserta Jamksesmas, fotokopi kartu keluarga, fotokopi surat keterangan tidak mampu dari pemerintah desa setempat dan mengisi formulir yang disediakan petugas. Pada umumnya masyarakat mengeluhkan banyaknya persyaratan administrasi yang harus dipenuhi, sedangkan mereka harus fokus pada anggota keluarga mereka yang sakit.

6 2. Pelayanan terhadap masyarakat yang menggunakan fasilitas Jamkesmas cenderung diskriminatif, dibandingkan dengan pelayanan pada pasien umum. Masyarakat menilai kurangnya keramahtamahan terhadap keluarga pasien dan pemberian fasilitas kesehatan yang dianggap kurang maksimal. 3. Fasilitas kesehatan yang diberikan kepada masyarakat penerima Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama di Puskesmas Kotabumi I Kabupaten Lampung Utara cenderung kurang maksimal. Masyarakat mengeluhkan minimnya pelayanan laboratorium dasar dan penunjang diagnostik dasar lain, serta pemberian obat-obatan. (Sumber: Prariset pada Puskesmas Kota Bumi, Selasa 10 April 2013). Penelitian terdahulu oleh Amri (2009) yang berjudul Hubungan Pelayanan Dengan Kepuasan Masyarakat Pengguna Program Jamkesmas Pada Rumah Sakit Umum Daerah Menggala Kabupaten Tulang Bawang, menunjukkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga negara, setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya dan berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam pembangunan kesehatan, salah satunya adalah dengan melaksanakan kebijakan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Terdapat hubungan yang signifikan antara Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Menggala Kabupaten Tulang Bawang dengan kepuasan masyarakat pengguna Program Jamkesmas dengan nilai sebesar 0.793 atau 79,3%. Pengaruh tersebut bernilai positif, artinya apabila pelayanan Rumah Sakit ditingkatkan maka kepuasan masyarakat pengguna Program Jamkesmas juga akan mengalami peningkatan.

7 Penelitian lain oleh Malka Prima (2010) yang berjudul Analisis Hubungan Pelaksanaan Program Jamkesmas dengan Tingkat Kesehatan Peserta Jamkesmas di Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran, menunjukkan bahwa pelaksanaan program Jamkesmas dengan tingkat kesehatan masyarakat adalah sebesar 0.707 atau 70,7%, dengan interpretasi korelasi kuat. Artinya tingkat kesehatan keluarga miskin peserta Jamkemas di Kecamatan Gedong Tataan berhubungan kuat atau erat dengan pelaksanaan Program Jamkesmas. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Amri dan Malka Prima di atas samasama mengkaji secara kuantitatif pelaksanaan Program Jamkesmas dengan kepuasan dan tingkat kesehatan masyarakat peserta Jamkesmas. Kedua penelitian menunjukkan adanya hubungan secara signifikan, sehingga apabila pelaksanaan Program Jamksesmas ditingkatkan maka kepuasan dan tingkat kesehatan masyarakat juga akan mengalami peningkatan. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah kajian lebih difokuskan pada satu jenis pelayanan dalam Program Jamkesta, yaitu Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama yang akan dibahas menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga dapat dinyatakan bahwa penelitian ini bermaksud untuk memperdalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Kotabumi, dengan pertimbahan bahwa Puskesmas Kota Bumi ditunjuk sebagai salah satu puskesmas pelaksana Program Jamkesta. Selain itu terdapat data dan sumber data terkait

8 dengan kajian penelitian yang penulis butuhkan dari Puskesmas Kotabumi (Sumber: Prariset pada Puskesmas Kota Bumi, Selasa 10 April 2013). Berdasarkan uraian latar belakang penulis akan melaksanakan penelitian untuk membahas lebih lanjut dan mengevaluasi Kebijakan Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama pada Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Semesta di Puskesmas Kotabumi I Kabupaten Lampung Utara. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Puskesmas Kotabumi I Kabupaten Lampung Utara telah mencapai tujuan pelaksanaan Kebijakan Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama pada Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Semesta? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tercapai atau tidaknya Kebijakan Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama pada Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Semesta di Puskesmas Kotabumi I Kabupaten Lampung Utara. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini terdiri dari: 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan bidang Ilmu Pemerintahan, khususnya yang berkaitan

9 dengan masalah kebijakan pemerintah daerah otonom dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu. 2. Kegunaan Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Dinas Kesehatan dan instansi terkait di Kabupaten Lampung Utara dalam melaksanakan Program Jaminan Kesehatan Semesta dan diharapkan pula bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan informasi dan akan melakukan penelitian mengenai kebijakan publik di bidang kesehatan pada masa-masa yang akan datang.