Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 2 ISSN (E) : 2540-7589 IDENTIFIKASI TINGKAT KEANDALAN ELEMEN-ELEMEN PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN GEDUNG PD PASAR JAYA DI DKI JAKARTA Darmawan Pontan 1), Alsion Maxsi 2) 1). Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Trisakti 2) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Trisakti E-mail: darmawan@trisakti.ac.id Abstrak Kerugian baik jiwa, material dan aset berharga yang besar akibat musibah kebakaran. Sulitnya penanggulangan kebakaran pada gedung PD Pasar Jaya karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan bangunan lainnya. Tingkat kerugian yang diderita seharusnya dapat ditekan bila setiap bangunan PD Pasar Jaya di Jakarta memenuhi persyaratan peraturan SNI 03-1736-2000 yang berlaku mengenai proteksi kebakaran. Dan juga pentingnya identifikasi risiko kebakaran gedung yaitu elemenelemen penanggulangan bencana kebakaran. Penelitian ini bertujuan memperoleh nilai tingkat keandalan terhadap standar kelengkapan dan kelayakan elemen-elemen penanggulangan bencana kebakaran yang terdapat pada PD Pasar Jaya. Hasil evaluasi terhadap sarana dan prasarana kebakaran dilakukan dengan melakukan observasi sistematik pada bangunan pasar dengan menggunakan form checklist yang disusun berdasarkan pedoman dan peraturan yang terkait dengan Peraturan serta Ketentuan Teknis pengamanan terhadap kebakaran pada bangunan gedung Keputusan Menteri PU. No. 02/KPTS/1985, Peraturan Menteri PU No.26/PRT/M/2008, dan NFPA. Variabel yang dievaluasi adalah sarana kelengkapan tapak, sarana proteksi aktif, sarana proteksi pasif, sarana penyelamatan jiwa, menunjukan hasil rata-rata nilai tingkat keandalan terhadap sampel 14 gedung PD Pasar Jaya di DKI Jakarta yang berdasarkan elemen-elemen penanggulangan bencana kebakaran 64,3 % bernilai di atas 70 % (cukup memadai). Kata kunci: tingkat keandalan, elemen, kebakaran, PD Pasar Jaya, Jakarta Pendahuluan Bangunan gedung merupakan aset yang harus dilindungi terhadap bencana, termasuk bahaya kebakaran.pengawasan keselamatan bahaya kebakaran saat ini mutlak diperlukan. Sebelum mendirikan sebuah bangunan perlu direncanakan konsep keselamatan untuk meminimumkan risiko kecelakaan kebakaran.perlunya dilakukan usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran yaitu suatu usaha mewaspadai faktorfaktor penyebab terjadinya kebakaran dan mengambil langkah pencegahan. Pasar Senen di Jakarta Pusat, 25/4/2014 pagi mengalami kebakaran hebat. Lebih dari 2.000 kios hangus terbakar. Bahkan api baru dapat dipadamkan puluhan jam. Kemudian pada Senin 28/4/2014 pagi, Pasar Rumput, Jakarta Selatan, juga terbakar. Beruntung petugas pemadam kebakaran sigap untuk memadamkan api, sehingga hanya beberapa kios saja yang terbakar.juga menyusul 12/6/2017, Pasar Induk Kramat Jati di Jakarta Timur terbakar dengan 90 kios ludes. Adapun tujuan dari kegiatan pengelolaan bencana kebakaran Gedung PD Pasar Jaya adalah mengidentifikasi permasalahan utama dari Gedung PD Pasar Jaya di DKI Jakarta dalam upaya pencegahan bencana kebakaran. Sehubungan hal tersebut, maka perlu dilakukan usaha pencegahan bahaya kebakaran, yaitu usaha untuk mengetahui risiko yang ditimbulkan pada bahaya kebakaran, cara penanggulangan, elemen-elemen penanggulangan dan evakuasi pada 57
Gedung PD Pasar Jaya. Sudah adakah kegiatan pemeriksaan dan pemelliharaan yang dilakukan secara rutin dan berkala pada elemen-elemen penanggulangan bencana kebakaran. Studi Pustaka Perkembangan penyelenggaraan bangunan di perkotaan dewasa ini semakin kompleks baik dari segi intensitas, teknologi, maupun kebutuhan prasarana dan sarananya. Bahwa keselamatan masyarakat yang berada di dalam bangunan dan lingkungannya harus menjadi pertimbangan utama khususnya terhadap bahaya kebakaran, agar dapat melakukan kegiatannya, dan meningkatkan produktivitas serta kualitas hidupnya. untuk itu dipandang perlu menerbitkan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No 11 Tahun 2000 yang menetapkan mengenai Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan. Kebakaran dapat terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu dengan yang lain. Tanpa adanya salah satu unsur tersebut, api tidak dapat terjadi. Ada unsur keempat yang disebut reaksi pembakaran, karena tanpa reaksi pembakaran maka api tidak akan dapat hidup terus-menerus. Keempat unsur api ini disebut Fire Tetra Hedron. (Ramli, 2010). Menurut Sumber Penyalaannya terdapat sumber panas yang dapat memicu terjadinya api, antara lain: a. Api terbuka, panas langsung dan permukaan panas, misalnya api rokok, benda panas, api dapur, dan bentuk api terbuka lainnya. b. Pengelasan dan pemotongan, merupakan api dari kegiatan pengelasan yang berpotensi untuk membentuk api dari bahan mudah terbakar lainnya. c. Percikan mekanis, yaitu penyalaan api yang terjadi akibat benturan logam dan alatalat mekanis. Percikan juga dapat timbul dari benda jatuh yang menimpa batu atau beton. d. Energi Kimia, yaitu penyalaan api yang terjadi akibat reaksi kimia antara besi sulfide (phirophoric sulfide) dengan udara atau oksigen. e. Energi Listrik, yaitu sumber panas yang berasal dari energi listrik. Peralatan listrik juga dapat menimbulkan percikan api yang disebabkan oleh loncatan arus listrik karena pemasangan listrik yang tidak baik atau rusak. f. Kendaraan bermotor yang menggunakan busi dapat menjadi sumber api yang dapat menyalakan bahan bakar. Sumber api tersebut dapat timbul dari percikan bunga api yang keluar dari pipa knalpot. g. Listrik Statis, yaitu energi yang timbul akibat adanya muatan listrik statis karena adanya perbedaan potensial antara dua benda yang mengandung muatan listrik positif dengan negative. h. Petir, juga bersumber dari adanya perbedaan potensial di udara. Dapat berpotensi juga dalam penyebab kebakaran. Sasaran utama pada pencegahan risiko kebakaran adalah mematikan atau memadamkan api sebelum kebakaran semakin membesar. Memadamkan atau mematikan api, berarti merusak atau memutuskan rantai keseimbangan segitiga panas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: a. Pemadaman dengan Pendinginan (cooling) yaitu dengan mendinginkan atau menurunkan temperatur uap atau gas yang terbakar sampai ke bawah temperatur nyalanya. Jika panas berkurang, maka bahan akan tidak mudah terbakar. Semprotan air pada titik api akan mengakibatkan udara di sekitar api mendingin. Panas akan diserap oleh air yang kemudian akan berubah menjadi uap air yang akan mendinginkan api. b.. Pembatasan Oksigen 58
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 2 ISSN (E) : 2540-7589 c.. d.. Kebakaran dapat dihentikan dengan menghilangkan atau mengurangi suplai oksigen. Jika suplai oksigen berkurang maka proses pembakaran dapat padam. Penghilangan Bahan Bakar Api dapat mati dengan sendirinya jika bahan yang terbakar sudah habis. Maka dari itu, api dapat dikurangi dengan menghilangkan atau mengurangi jumlah bahan yang terbakar. Cara ini dapat dilakukan dengan menyemprot bahan yang terbakar dengan busa, sehingga suplai bahan bakar terhenti atau berkurang, dan api perlahan mati. Memutus Reaksi Berantai Yaitu dengan mencegah terjadinya reaksi rantai dalam proses pembakaran. Dengan menyemprotkan zat kimia yang mempunyai sifat memecah rantai pembakaran. (CH 4 + 2O 2 CO 2 + 2H 2 O + E). Menurut peraturan Kepmen PU No.02/KPTS/1985, bangunan diklasifikasikan menurut tingkat ketahanan struktur utamanya terhadap api yang terdiri dari empat kelas, yaitu: (Iskandar, 2008) a. Bangunan kelas A, adalah bangunan-bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya tiga jam, yaitu meliputi bangunanbangunan: Hotel, Pertokoan dan pasar-raya, Perkantoran, Rumah sakit dan perawatan, Bangunan industry, Tempat hiburan, Museum, Bangunan dengan penggunaan ganda/campuran. b. Bangunan kelas B, adalah bangunan-bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya dua jam. Antara lain: Perumahan bertingkat, Asrama, Sekolah, Tempat ibadah c. Bangunan kelas C, adalah bangunan-bangunan yang komponen struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya setengah jam, meliputi bangunan gedung yang tidak bertingkat dan sederhana. d. Bangunan kelas D, adalah bangunan-bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C tidak diatur di dalam ketentuan ini, tetapi diatur secara khusus, misalnya: instalasi nuklir, bangunan-bangunan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan-bahan yang mudah meledak. Mengacu pada UU RI No28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dalam Pasal 17 mengenai persyaratan teknis: (1). Persyaratan keselamatan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir. (2). Persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil dan kukuh dalam mendukung beban muatan. (3). Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya kebakaran melalui sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif. (4). Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah bahaya petir sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kemampuan bangunan gedung untuk melakukan pengamanan terhadap bahaya petir melalui sistem penangkal petir. Sarana proteksi kebakaran adalah perlengkapan atau prasarana yang diperlukan dalam keadaan darurat kebakaran seperti alat penyelamat, alat pertolongan pertama dan sarana komunikasi yang memadai serta memiliki tujuan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran sedini mungkin dengan menggunakan peralatan yang digerakkan secara manual atau otomatis. (Iskandar, 2008) 59
Sistem proteksi aktif adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual, digunakan oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi pemadam. Selain itu dari sistem ini digunakan dalam melaksanakan penanggulangan awal kebakaran. Sedangkan sarana proteksi kebakaran pasif dapat didefinisikan sebagai sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan melakukan pengaturan terhadap komponen bangunan gedung dari aspek arsitektur dan struktur sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran. (Permen PU No.26/PRT/M/2008) Kelengkapan tapak pada bangunan terdiri atas ketersediaan sumber air, jalan lingkungan, jarak antar bangunan, hidran halaman. Sarana Penyelamatan terdiri atas jalan keluar, konstruksi jalan keluar, landasan helikopter. (Jane, 2014). Metodologi Penelitian Desain penelitian yang digunakan penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan komparatif melalui observasi dan evaluasi lapangan. Mengumpulan data primer dengan check list untuk mendapatkan jumlah gambaran alat proteksi aktif, dan alat proteksi pasif untuk kebutuhan penangggulangan bencana kebakaran. Data sekunder diperoleh melalui buku acuan, data statistik, laporan penelitian, literatur-literatur yang terkait. Unit yang diteliti meliputi komponen kelengkapan tapak yaitu sumber air, hidran halaman.komponen sarana proteksi aktif yang meliputi detektor, alarm, sprinkler, hidran gedung, APAR (alat pemadam kebakaran). Komponen sarana proteksi pasif meliputi ketahanan api struktur bangunan. Komponen sarana penyelamat jiwa, seperti sarana jalan keluar, tanda petunjuk arah, pintu darurat, penerangan darurat, tempat berhimpun.serta manajemen penanggulangan kebakaran, meliputi organisasi tanggap darurat kebakaran, prosedur tanggap darurat, dan latihan kebakaran yang terdapat pada PD Pasar Jaya. Hasil dan Pembahasan Klasifikasi bangunan Gedung PD Pasar Jaya berdasarkan peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigasi No.Per-04/MEN/1980 adalah bangunan kelas A, yaitu bangunan dengan risiko kebakaran bahan bakar padat bukan logam, dan bangunan kelas C yang penyebab utama kebakarannya dapat disebabkan oleh instalasi listrik.klasifikasi bangunan Gedung PD Pasar Jaya berdasarkan Kepmen PU No.02/KPTS/1985 menurut tingkat ketahanan struktur utamanya terhadap api adalah bangunan kelas A, yaitu bangunan sejenis pertokoan dan pasar-raya yang struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya selama 3 jam. Klasifikasi bangunan Gedung PD Pasar Jaya berdasarkan Permen PU No.26/PRT/M/2008 menurut pembagian bangunan atau bagian bangunan sesuai dengan jenis peruntukan atau penggunaannya adalah bangunan kelas 6, yaitu bangunan pasar yang dipergunakan untuk tujuan-tujuan perdagangan. Tingkat keandalan kebakaran pasar pada 14 bangunan PD Pasar Jaya di Jakarta di perhitungkan dengan terlebih dahulu mengisi form checklist yang sudah disusun berdasarkan beberapa persyaratan, pedoman/peraturan, dan SNI yang berlaku. Nilai tingkat keandalan yang sesuai terhadap persyaratan tersebut dikategorikan ke dalam tiga tingkat, yaitu Baik dengan nilai 80, Cukup dengan nilai 70, dan Kurang dengan nilai 60. Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap ke empat komponennya, Nilai tingkat keandalan pasar dapat dilihat sebagai berikut: 60
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 2 ISSN (E) : 2540-7589 Tabel 1. Nilai Tingkat Keandalan Elemen Penanggulangan Bencana Kebakaran PD Pasar Jaya Kelengkapan Sarana Proteksi Proteksi Nilai TTapak Penyelamatan Aktif Pasif Rerata Tomang Barat 74.0 65.0 69.3 60.0 67.1 HWI Lindeteves 90.0 77.5 87.3 80.0 83.7 Glodok 84.0 87.5 84.4 80.0 84.0 Jatinegara 74.0 72.5 77.6 68.0 73.0 Induk Kramatjati 80.0 67.5 63.9 60.0 67.9 Metro Atom 78.0 77.5 79.5 68.0 75.8 Tanah Abang Blok G 72.0 67.5 65.9 60.0 66.3 Tanah Abang Blok A-F 80.0 82.5 90.2 80.0 83.2 Minggu 70.0 65.0 60.0 60.0 63.8 Mayestik 90.0 82.5 81.5 92.0 86.5 Cipulir 80.0 70.0 71.7 64.0 71.4 Kebayoran Lama 70.0 70.0 69.3 64.0 68.3 Koja Baru 90.0 82.5 73.7 84.0 82.5 Blok M 76.0 80.0 86.3 84.0 81.6 Adanya beberapa temuan hasil observasi di sebagian lokasi PD Pasar Jaya yaitu: a. Kelengkapan alat deteksi kebakaran masih kurang, b. Pengecekan alat deteksi kebakaran sebagian pasar belum maksimal, c. Masih ada yang belum menyediakan tempat perlindungan terbuka berupa titik berkumpul setelah evakuasi, d. Hampir semua pasar tidak dilengkapi dengan ruang pengendalian terhadap kebakaran, e. Dan masih rendahnya pengetahuan pengunjung dan penyewa kios pasar terhadap sarana evakuasi kebakaran. Kesimpulan Berdasarkan dari perhitungan nilai tingkat keandalanelemen penanggulangan bencana kebakaran dengan menggunakan 14 sampel bangunan PD Pasar Jaya di Jakarta sebagai sampel penelitian, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 64,3 % bangunan PD pasar di Jakarta memiliki tingkat keandalan kebakaran rerata di atas angka 70 % (cukup memadai). Berdasarkan beberapa temuan hasil observasi di sebagian lokasi PD Pasar Jaya perlunya kesadaran pemenuhan kelengkapan alat deteksi, pengecekan alat deteksi, penyediaan lokasi titik kumpul, penyediaan ruang pengendalian terhadap kebakaran, pemasangan rambu-rambu evakuasi dan sosialisasi Daftar pustaka Ambar, Kristiyanto, 2012, Evaluasi Sistem Manajemen Kebakaran Gedung Rektorat universitas Brawijaya (Lt. 1 s.d. 4), Program Pasca Sarjana PSLP Universitas Brawijaya ERUDIO, Vol. 1, No. 1, Desember 2012,ISSN: 2302-9021 Aribowo Ajie Baskoro, Agustina Jan, 2012, Kajian Perencanaan Akses Bangunan dan Akses Lingkungan Gedung C Universitas Trisakti Untuk Pencegahan Kebakaran, Universitas Trisakti, Jakarta. 61
Iskandar, Region, 2008, Evaluasi Alat Proteksi Kebakaran Aktif dan Gambaran Pengetahuan Pekerja Mengenai Penggunaan Alat Proteksi Kebakaran Aktif di Gedung Wet Paint Production PT International Paint Indonesia Tahun 2008, Universitas Indonesia, Jakarta. Jane Sekarsari, Darmawan Pontan, Susianti Winoto, Agustina Jan, 2014, Pencegahan Risiko Kebakaran Gedung Eelemen-Elemen Penanggulangan Bencana Kebakaran Pada Gedung C, Kampus A, Universitas Trisakti, Universitas Trisakti, Jakarta. National Fire Protection Association 10, 2002, Standard for Portable Fire Extinguishers, One Batterymarch Park, Quincy, Massachusetts. National Fire Protection Association 13, 2002, Standard for Installation of Sprinkler Systems, One Batterymarch Park, Quincy, Massachusetts. National Fire Protection Association 72, 2002, National Fire Alarm Code, One Batterymarch Park, Quincy, Massachusetts. National Fire Protection Association 101, 2003, Life Safety Codes, One Batterymarch Park, Quincy, Massachusetts. Ramli, Soehatman, 2010, Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Management), Dian Rakyat, Jakarta. Rijanto, B. Boedi., 2011, Pedoman Praktis Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L), Mitra Wacana, Jakarta. Sastradi, Singgih, 2012, Tanggap Bencana Kebakaran,. Angkasa, Jakarta. ---------------, 1985, Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No.02/KPTS/1985, Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Gedung, Jakarta, ---------------, 2000, SNI 03-1736 2000, Tata Cara Perencanaan Sistem Proteksi Pasif Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung. Jakarta. ----------------, 2005, PD T 11-2005, Tentang Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung, Direktorat Pekerjaan Umum, Jakarta. ----------------, 2006, Konsep Pedoman Teknis Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Pada Bangunan Gedung., Puslitbang, DPU, Bandung. ----------------, 2008, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI No.26/PRT/M/2008, Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, Jakarta. peraturan SNI 03-1735-2000 62