BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada intinya, guru adalah komponen penting yang menyelenggarakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS DALAM BELAJAR EKONOMI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipasaran, tetapi bukan berarti masalah ini telah usai karena masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan setiap individu menjadi warga negara yang berkepribadian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah sebuah sistem yang kompleks dimana

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna untuk meningkatkan mutu bangsa secara. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

penyelenggaraan pendidikan bermutu. Sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi memberikan jangkauan luas, cepat, efektif, dan efisien terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana yang penting dalam menyiapkan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin cepat maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tempat untuk mengembangkan dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sains mempunyai potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Mintarsih, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada intinya, guru adalah komponen penting yang menyelenggarakan pembelajaran di dalam kelas. Guru bukan hanya sekedar sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas proses pendidikan, tetapi juga harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai seorang tenaga profesional kependidikan. Guru merupakan jabatan professional yang terkait langsung dalam dunia pendidikan dan berinteraksi dengan murid dalam kesehariannya. Berbicara mengenai jabatan professional berarti memiliki keterkaitan dengan tuntutan kinerja. Guru pasti akan selalu dituntut memberikan yang terbaik pada bidang yang ditekuninya. Seorang guru mengemban peranan dan tugas yang dinilai cukup kompleks. Tugas guru bukan hanya sekedar mendidik, tetapi juga harus mampu membimbing, membina dan memimpin serta mengajar siswa dalam belajar. Sebagaimana dengan profesi lain, guru juga memiliki bidang keahlian yang menuntut produktivitas yang tinggi. Danim (2012:101) mengemukakan, bahwa seorang guru professional memiliki kemampuan mengorganisasikan sumber daya maupun lingkungan belajar yang produktif. Maknanya, salah satu ciri professional adalah adanya produktivitas dalam bekerja sesuai dengan tuntutan standar pekerjaannya. Secara umum, produktivitas diartikan sebagai efisiensi penggunaan

sumber daya untuk menghasilkan keluaran yang baik. Namun, dalam ruang lingkup pendidikan produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas mengajar. Produktivitas mengajar berkenaan dengan kemampuan guru dalam memberdayakan secara bijak sumber-sumber yang digunakan dalam mengajar dan mengatur lingkungan belajar sehingga kegiatan pembelajaran dapat terlaksana efisien dan efektif. Produktivitas mengajar berarti suatu upaya pencapaian hasil terbaik dari kinerja guru dalam mengajar. Produktivitas mengajar guru memiliki peran urgen dalam dunia pendidikan, pertama, karena produktivitas mengajar guru yang rendah akan turut mempengaruhi kualitas pendidikan. Karena guru adalah tonggak utama yang menyelenggarakan pendidikan di sekolah dan terlibat secara langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran. Dalam hal ini Sinungan (2009:41) menyatakan bahwa produktivitas tidak selalu berorientasi pada output dan input tetapi produktivitas berkaitan dengan pernyataan seberapa baik input digunakan untuk mencapai output yang berkualitas pula. Kedua, produktivitas mengajar guru tidak hanya mempengaruhi kualitas peserta didik, tetapi juga prestasi dan reputasi sekolah. Hal ini dibuktikan oleh hasil studi kasus Iskandar pada tahun 2009 (2010:3) di sejumlah sekolah di Jakarta, studi kasus ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan produktivitas mengajar oleh guru di sekolah terkategori unggulan dan sekolah non unggulan. Sekolah kategori unggulan guru lebih mencerminkan disiplin kerja, perilaku aktif dan kinerja yang tinggi yang akhirnya bermuara pada pencapaian hasil pendidikan yang memuaskan. Sebaliknya guru di sekolah non unggulan mencerminkan sikap pasif, kurang

termotivasi dan kinerja yang rendah, yang akhirnya bermuara pada pencapaian hasil pendidikan yang rendah. Sanjaya (2011:1) mengungkapkan bahwa salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan saat ini adalah lemahnya proses pembelajaran. Dimana proses pembelajaran di dalam kelas memaksa anak untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari Karena guru nyaman dengan strategi pembelajaran ceramah yang bertahun-tahun dipakainya. Seorang guru yang memiliki produktivitas mengajar, selalu berusaha memberikan yang terbaik di dalam pembelajaran yang diselenggarakannya dengan melibatkan peserta didik secara aktif menggunakan strategi pembelajaran variatif yang disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa dan tuntutan materi ajar. Pembelajaran yang menggunakan strategi pembelajaran variatif tidak akan berjalan kaku, searah dan membosankan bagi peserta didik. Sebelum melaksanakan strategi pembelajaran di kelas, adakalanya perlu untuk mengkaji bentuk strategi pembelajaran yang ada, merancang metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penggunaanya dan menyiapkan fasilitas pendukung strategi pembelajaran. Namun kenyataannya, pembelajaran yang dilaksanakan guru tidak sama sekali meninggalkan makna terhadap peserta didik, karena guru masih saja menggunakan strategi mengajar konvensional seperti ceramah tanpa diselingi strategi pembelajaran lain. Akibatnya kegiatan pembelajaran yang terlaksana gagal dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional yang diemban oleh guru sebagai tenaga pendidik.

Media ajar bertujuan untuk membantu guru dalam memberikan penjelasan materi sehingga menjadi konkrit dan memudahkan peserta didik mencerna informasi ataupun pengetahuan. Kegiatan belajar mengajar yang umum ditemui adalah sebagai pusat belajar (teacher studied centered). Guru seolah-olah berperan sebagai pusat pengetahuan. Guru masih saja memilih untuk terus menjelaskan tanpa menggunakan media ajar yang dapat membantunya melaksanakan pembelajaran yang lebih efektif dan konkrit, padahal sekolah banyak menerima dan menyediakan alat peraga (media ajar) yang dapat digunakan. Sehingga banyak ditemui siswa-siswa yang asyik sendiri bergurau dengan teman sebangkunya, atau berceloteh riang tanpa sedikit pun memperhati-kan atau menyimak materi yang sedang disampaikan oleh guru, atau yang lebih buruk lagi siswa yang duduk di bagian belakang kelas tertidur. Tentulah hal ini tidak mencerminkan produktivitas mengajar guru yang dimaksud. Produktivitas mengajar adalah salah satu syarat professional guru. Memperhatikan kenyamanan, nuansa dan kebutuhan kegiatan pada kelas turut pula menentukan berhasil atau tidaknya pencapaian produktivitas mengajar guru. Danim (2010:116) mengemukakan bahwa manajemen kelas baik secara fisik maupun non fisik (penguasaan kelas ketika mengajar) sangat krusial dan fundamental dalam mendukung proses pembelajaran. Karena manajemen kelas yang terencana dengan baik akan membawa suasana pembelajaran yang lebih menantang, menarik dan tidak membosankan. Faktanya, banyak guru yang kurang peka dengan peranan penting manajemen kelas di dalam proses pembelajaran. Guru tidak mau tahu mengenai posisi bangku siswa yang butuh bimbingan berada di belakang sekali sehingga menyulitkannya untuk menyimak materi yang dijelaskan guru.

Kesesuaian alat evaluasi perlu pula dicermati. Karena seringkali soal-soal evaluasi tidak mengukur materi yang telah diajarkan. Ketidaktepatan pengukuran ini akan menyebabkan peserta didik kebingungan antara materi yang telah diajarkan dengan soal-soal yang disediakan. Lebih lanjut, guru perlu mengetahui aspek yang diukur berdasarkan materi pelajaran dengan bentuk alat evaluasi yang digunakan, karena setiap alat evaluasi memiliki aturan yang tidak sama, baik dari segi tujuan maupun dalam penulisannya. Sehingga untuk menyikapi hal itu, guru perlu membuat soal-soal sendiri yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan karakteristik siswa, agar alat evaluasi tepat mengukur kompetensi yang diharapkan terbentuk di diri peserta didik. Lagipula, hasil evaluasi penting sebagai umpan balik perbaikan pembelajaran di kelas. Dan guru yang memiliki produktivitas mengajar sadar akan hal ini. Melalui perbaikan dalam menyelenggarakan pembelajaran, seperti menggunakan strategi pembelajaran variatif, membuat media ajar, memanajemen kelas sesuai kebutuhan dan membuat soal sendiri akan membantu dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan Nasional dengan baik, efektif dan efisien. Banyak hal yang dapat mempengaruhi produktivitas mengajar guru, seperti etos kerja, lingkungan kerja, model kepemimpinan atasan, motivasi kerja, hingga daya kreativitas yang tidak dilibatkan ketika mengajar. Lebih lanjut, pencapaian kualitas hasil pendidikan yang memadai bukan hanya menuntut guru untuk dapat mewujudkan seperangkat peran yang diembannya, tetapi juga turut ditentukan oleh perwujudan gagasan/ide dan perilaku kreatif dalam proses pembelajaran. Tanpa disertai pemilikan gagasan/ide dan perilaku yang kreatif, kinerja yang diwujudkan

oleh guru pun cenderung tidak produktif. Hal ini didukung oleh Iskandar (2010:3) kreativitas pembelajaran guru yang rendah antara lain diwujudkan melalui tindakan kurang peduli, sekadar menjalankan tugas, orientasi terhadap prestasi yang rendah, kurang efisien dan efektif, kurang disiplin, membosankan anak didik yang bermuara pada rendahnya produktivitas. Kreativitas mengajar diartikan sebagai suatu kualitas dimana guru mengembangkan ide-ide yang baru dan imajinatif dalam mengajar untuk mendongkrak produktivitas mengajar guru. Butir pentingnya adalah bagaimana seorang guru dapat melibatkan daya kreativitasnya untuk mendayagunakan segala sumber-sumber belajar, mengatur lingkungan belajar, dan membangun suasana belajar sehingga proses pembelajaran berlangsung efektif dan efisien, dan hal ini akan meningkatkan produktivitas mengajar guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Uraian di atas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Burudji (2013), dimana berdasarkan penelitiannya, kreativitas mengajar guru mempengaruhi secara positif dan signifikan prestasi mengajar guru pada tingkat SMA se-kecamatan Tapa Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada beberapa Sekolah Dasar di Kecamatan Pancur Batu yakni SD Negeri 101832 dan SD Negeri 104221, ditemukan fakta bahwa guru kurang kreatif dalam melaksanakan pembelajaran ditandai dengan kegiatan pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah (ekspositori),

suasana kelas yang monoton, situasi belajar yang tidak kondusif, banyak di antara siswa yang bercerita sendiri dengan teman sebangkunya, manajemen kelas berupa benda fisik yang tertata kurang baik dan posisi bangku yang tidak mendukung siswa untuk berdiskusi. Sehingga ketika ada tugas kelompok siswa sibuk menyatukan bangku dengan teman sekelompoknya. Minimnya penggunaan media ajar untuk menarik perhatian siswa, pembelajaran hanya menggunakan buku teks dari sekolah tanpa ada buku pendamping lain, soal evaluasinya juga bersumber dari buku tersebut yang kebanyakan siswa sudah mengisi jawaban soal pada buku pegangannya. Berlanjut pada kegiatan guru yang kurang bermanfaat ketika jam kelas kosong, kebanyakan guru hanya bercerita dengan rekan kerjanya, dan sebagian lagi memilih untuk pulang karena tepat kelasnya berada di jam olah raga atau agama. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul Pengaruh kreativitas mengajar guru terhadap produktivitas mengajar guru di Kelas Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang T.A 2014/2015. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1) Rendahnya produktivitas guru dalam mengajar. 2) Monotonnya suasana belajar kelas, dimana guru hanya menggunakan ajar konvensional berupa ceramah.

3) Minimnya pemakaian media ajar untuk menarik perhatian siswa, sehingga suasana belajar tidak lagi kondusif. 4) Manajemen kelas yang kurang baik. 5) Guru kurang mengembangkan soal-soal evaluasi untuk siswa. Seringkali soal yang digunakan tidak tepat dalam mengevaluasi kompetensi yang diajarkan. 6) Guru kurang melibatkan kreativitasnya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran di kelas. 1.2 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka dilakukan batasan masalah oleh peneliti. Masalah penelitian ini dibatasi pada produktivitas mengajar guru, kreativitas mengajar guru dan Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang T.A 2014/2015. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh kreativitas mengajar guru terhadap produktivitas mengajar guru di kelas di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang T.A 2014/2015?.

1.4. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk : 1) Mengetahui kreativitas mengajar guru di kelas. 2) Mengetahui produktivitas mengajar guru di kelas 3) Mengetahui pengaruh kreativitas mengajar guru terhadap produktivitas mengajar guru di kelas di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang T.A 2014/2015. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yakni : 1) manfaat teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan di bidang strategi pembelajaran di sekolah dan di bidang manajemen kelas. 2) Bagi guru, sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk dapat meningkatkan kreativitas dan produktivitas mengajarnya. 3) Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan, referensi, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah. 4) Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi dan acuan untuk melanjutkan penelitian yang sama.