BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hidup rumah tangga setelah masing-masing pasangan siap untuk melakukan

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah berasas non

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

PENGANGKATAN ANAK SECARA LANGSUNG DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa negara hukum (rechtsstaat)

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, untuk

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kadang-kadang naluri ini terbentur pada Takdir Illahi, di mana kehendak

Pencatatan Nama Orang Tua Bagi Anak Yang Tidak Diketahui Asal-usulnya

BAB I PENDAHULUAN. melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Pasal 1 Undang- perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

TINJAUAN HUKUM TENTANG HADLANAH (HAK ASUH ANAK) AKIBAT PERCERAIAN. (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta )

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. bisa terjadi pada anak dimana apabila anak terkena pidana. Adapun pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM FAKTOR PENYEBAB SERTA AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah. budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu berada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

Ringkasan Putusan.

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan pengaturan pengangkatan anak di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bagian hidup yang sakral, karena harus

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

KEDUDUKAN ANAK DAN HARTA DALAM PERKAWINAN SIRI DITINJAU DARI UU NOMOR 1 TAHUN 1974

I. PENDAHULUAN. terpenuhi, sehingga kadang-kadang terdapat suatu keluarga yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

KUASA KHUSUS NONMUSLIM DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA MENURUT HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Pengadilan Agama Blora ) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keinginan untuk mempunyai anak adalah naluri manusiawi dan

RANCANGAN QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna. Salah satu buktinya bahwa manusia diberikan cipta, rasa, karya dan karsa. Oleh karena itu, tidaklah heran ketika manusia mampu mengembangkan pola pikirnya untuk menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih maju lagi. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan tidak bersifat individu melainkan manusia sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya. Keinginan mengembangkan keturunan adalah naluri setiap manusia. Untuk kepentingan itu manusia perlu melakukan pernikahan. Dari pernikahan tersebut terjalinlah sebuah ikatan suami isteri yang pada gilirannya terbentuk sebuah sebuah keluarga berikut keturunannya berupa anak-anak. Dengan demikian kehadiran anak tidak hanya dipandang sebagai konsekuensi adanya hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan, tetapi lebih dari itu, juga merupakan keinginan yang sudah melembaga sebagai naluri setiap manusia.

2 Oleh karenanya, rasanya kurang lengkaplah sebuah keluarga tanpa kehadiran seorang anak. Bahkan, dalam kasus tertentu tanpa kehadiran seorang anak dianggap sebagai aib yang menimbulkan rasa kurang percaya diri bagi pasangan suami istri. Akan tetapi, karena berbagai hal atau alasan tertentu keinginan memperoleh anak tidak dapat tercapai. Dalam keadaan demikian berbagai perasaan dan pikiran akan timbul dan pada tataran tertentu tidak jarang perasaan dan pikiran tersebut berubah menjadi kecemasan. Kecemasan tersebut, selanjutnya diekspresikan oleh salah satu pihak atau kedua pihak, suami istri, dalam bentuk tindakan-tindakan tertentu. Salah satu tindakan suami istri, ketika keturunan berupa anak yang didambakan tidak diperoleh secara natural adalah dengan cara mengambil alih anak orang lain. Selanjutnya, anak tersebut dimasukkan ke dalam anggota keluarganya sebagai pengganti anak yang tidak bisa diperoleh secara alami tersebut. Cara memperoleh anak dengan cara ini, dalam istilah hukum Perdata Barat lazim disebut sebagai adopsi yang dalam tulisan ini penulis sebut sebagai pengangkatan anak. Pengangkatan anak dan anak angkat termasuk bagian substansi dari hukum perlindungan anak yang telah menjadi bagian dari hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat sesuai dengan adat istiadat dan motivasi yang berbeda-beda serta perasaan hukum yang hidup dan berkembang di masing-

3 masing daerah, walaupun di Indonesia masalah pengangkatan anak tersebut belum diatur secara khusus dalam undang-undang tersendiri. Pengangkatan anak yang ada di Indonesia sekarang, memang telah dimulai sejak lama. Dalam masyarakat yang memiliki adat tertentu, telah lama dijumpai praktek pengangkatan anak ini. Hanya saja, motivasi dan cara serta akibat pengangkatan anak tersebut berbeda-beda antara masyarakat yang satu dengan yang lain. Secara faktual diakui bahwa pengangkatan anak telah menjadi bagian dari adat kebiasaan masyarakat muslim di Indonesia dan telah merambah dalam praktik melalui Lembaga Peradilan Agama, maka sebelum terbentuknya Undang- Undang yang mengatur secara khusus, pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomer 1 tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam 1. Pada pasal 171 huruf h, secara definitif disebutkan bahwa Anak angkat adalah anak yang dalam hal pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tuanya berdasarkan putusan pengadilan. 2 Definisi anak angkat dalam Kompilasi Hukum Islam tersebut, jika dibandingkan dengan definisi anak angkat dalam UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, memiliki kesamaan substansi. Pasal 1 angka 9 dinyatakan 1 Hj. Siti Syamsiah, Hakim Pengadilan Agama Klaten, wawancara pribadi, 15 April 2011, 13.00. 2 Pasal 171 huruf h Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam.

4 bahwa Anak Angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan. 3 Hal penting yang harus digaris bawahi adalah bahwa pengangkatan anak harus dilakukan dengan proses hukum melaului penetapan pengadilan. Jika hukum berfungsi sebagai penjaga ketertiban dan sebagai rekayasa sosial, maka pengangkatan anak yang harus dilakukan melalui penetapan pengadilan tersebut merupakan kemajuan ke arah penertiban praktik hukum pengangkatan anak yang hidup di tengah-tengah masyarakat, agar peristiwa pengangkatan anak itu dikemudian hari memiliki kepastian hukum baik bagi anak angkat maupun orang tua angkat. Praktik pengangkatan anak yang dilakukan melalui pengadilan tersebut, telah berkembang baik di lingkungan Pengadilan Negeri maupun dalam lingkungan pengadilan Agama bagi mereka yang beragam Islam. Pengadilan dalam lingkungan peradilan Agama, sebagai salah satu lembaga pelaksanaan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam, selama ini telah menangani perkara permohonan pengangkatan anak yang diajukan oleh orang-orang Islam berdasarkan hukum Islam, hanya 3 Pasal 1 angka 9 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

5 berdasarkan desakan dan kebutuhan yang terjadi dalam masyarakat muslim itu sendiri. Dalam sejarah Islam Pengangkatan Anak dalam konsep Staatsblaad Nomor 129 Tahun 1917 yang memiliki unsur-unsur dan akibat hukum yang sama dengan praktik pengangkatan anak dalam masyarakat jahiliyah tersebut, telah dibatalkan oleh Allah SWT. Melalui surat al-ahzab ayat 4 dan 5, yang artinya sebagai berikut : Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri), yang demikian itu hanyalah perkataan di mulutmu saja. Dan Allah SWT mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar). Panggillah mereka (anak-anak ankat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka, itulah yang lebih adil pada sisi Allah SWT, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka panggillah mereka sebagai saudara-saudaramu seagama dan maulamaula-mu. Dalam konteks ini, pengangkatan anak dalam semangat nilai-nilai ta awun, kemaslahatan, menegakkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan tetap menjadi bagian yang dianjurkan bahwa diwajibkan oleh Islam. Pengadilan Agama terikat dengan suatu asas pokok kekuasaan kehakiman bahwa Pengadilan tidak boleh menolak perkara yang diajukan kepadanya dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. 4 Oleh karena itu, hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup 4 Pasal 16 ayat (1) Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

6 dalam masyarakat, 5 pengangkatan anak dalam konteks ta awun dan semangat pelurusan hukum sesuai asas komitmen akidah sebagian besar bangsa Indonesia sebagai salah satu unsur nilai hukum yang hidup dalam masyarakat menjadi salah satu poin penting yang dijadikan dasar pertimbangan hukum oleh hakim Pengadilan Agama dalam memutus perkara permohonan pengangkatan anak. Mahmud Syaltut menyatakan bahwa pengangkatan anak dalam konteks mengangkat anak orang lain yang diperlakukan seperti memperlakukan anak sendiri dalam hal kasih sayang, nafkah sehari-hari, pendidikan dan laian-lain, tanpa harus menyamakan sebagai anak kandung, maka pengangkatan anak seperti ini dalam Islam dibenarkan. 6 Tujuan atau motif dari pengangkatan anak untuk orang yang satu dengan yang lain juga saling berbeda, ada keinginan mengangkat anak sebagai upaya mendapatkan keturunan, ada juga rasa belas kasihan pada anak angkat apabila terus hidup dengan orang tua kandungnya. Pengangkatan anak menurut hukum adat sering dikenal sebagai usaha mengambil anak bukan keturunan sendiri dengan maksud untuk dipelihara dan diperlakukan seperti anak kandung sendiri yang membawa serta hak dan kewajiban anak angkat dalam kehidupan seharihari juga dalam hal pewarisan. 5 Pasal 28 Ayat (1) UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman 6 Mahmud Syaltut, al-fatwa, dalam Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, 2007, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, Jakarta:Pena Media

7 Perkawinan adalah sebagai dasar utama untuk mendapatkan seorang anak yang sah sebagai kelanjutan keturunannya. Akan tetapi haruslah diingat pula bahwa tujuan utama dari suatu perkawinan bukanlah semata-mata untuk mendapatkan keturunan, tetapi tujuannya adalah untuk membentuk keluarga atau rumah yang kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 7 Walaupun adanya keturunan atau anak bukan sebagai tujuan utama dari suatu perkawinan, akan tetapi dengan tidak adanya anak maka perkawinan kurang sempurna. Maka dari itu satu-satunya jalan untuk memperoleh anak apabila selama perkawinan berlangsung cukup lama dan belum mendapatkan keturunan adalah dengan mengangkat anak baik dari lingkungan keluarga sendiri atau dari lingkungan orang lain. Oleh karena itu sehubungan dengan masalah tersebut di atas, maka penulis berkeinginan meneliti masalah pengangkatan anak. Adapun alasan penulis mengambil judul PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA KLATEN) adalah bahwa dalam perbuatan mengangkat anak merupakan suatu hal yang sangat penting bagi masyarakat, karena dalam kehidupan perkawinan anak sebagai penerus keturunan. Karena pengangkatan anak dewasa ini semakin sering dilakukan oleh masyarakat, maka penulis menaruh perhatian untuk mengadakan penelitian 7 Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

8 masalah pengangkatan anak. Penulis juga tertarik untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pengangkatan anak, khususnya di daerah Klaten. Selain itu, Penulis memilih judul PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA KLATEN), karena tempat tinggal penulis dekat dengan lokasi penelitian dan mudah untuk mendapatkan data-data tersebut sehingga dapat memperlancar jalannya penelitian. B. Pembatasan Masalah Dalam penulisan skripsi ini agar tidak terjadi kerancuan dan untuk menghindarkan penyimpangan dari pokok permasalahan yang akan diteliti, maka penulis perlu membatasi permasalahan agar tidak terjadi meluasnya penafsiran. Oleh karena itu penulis hanya akan meneliti bagaimana Pengadilan Agama Klaten dalam pelaksanaan pengangkatan anak dan Akibat apakah yang akan timbul dalam pelaksanaan pengangkatan anak. C. Rumusan Masalah Untuk mengembangkan keturunan merupakan naluri setiap manusia. Oleh karenanya, rasanya kurang lengkap apabila sebuah keluarga tanpa kehadiran seorang anak. Bahkan dalam kasus tertentu tanpa kehadiran anak dianggap sebagai aib yang menimbulkan rasa kurang percaya diri dari pasangan suami

9 isteri. Di Indonesia saat ini, Pengangkatan Anak memang telah dimulai sejak lama. Hal ini mengingat adanya keinginan mengangkat anak sebagai upaya untuk mendapatkan keturunan serta ada juga rasa belas kasihan pada anak angkat apabila terus hidup dengan orang tua kandungnya. Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal. 8 Berdasarkan uraian masalah tersebut di atas, maka yang akan dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana proses pelaksanaan pengangkatan anak di Pengadilan Agama Klaten? 2. Akibat hukum yang timbul dari pelaksanaan pengangkatan anak? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka peneliti menentukan tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan atau memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang pelaksanaan pengangkatan anak di Pengadilan Agama Klaten. 8 http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2020002-pengertian-masalah, diunduh Jum at 15 Juli 2011 pukul 20.00:01

10 2. Untuk mengetahui secara jelas mengenai akibat hukum yang akan timbul dalam pelaksanaan pengangkatan anak. Suatu penelitian yang dilaksanakan harus dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritik Dengan adanya penulisan skripsi ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak di Pengadilan Agama. 2. Manfaat Praktis Dengan tersusunnya skripsi ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi masyarakat dalam masalah yang berkaitan dengan adanya Pelaksanaan Pengangkatan Anak di Pengadilan Agama. E. Kerangka Pemikiran Berbicara mengenai anak adalah sangat penting karena anak merupakan potensi nasib manusia hari mendatang, anaklah yang ikut berperan menentukan sejarah bangsa sekaligus cermin sikap hidup bangsa pada masa mendatang. 9 9 Wagiati Soetedjo. 2006. Hukum Pidana Anak. Bandung : PT. Refika Aditama. Hal. 10-11.

11 Anak merupakan amanah sekaligus karunia Allah SWT, bahkan anak dianggap sebagai harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan kekayaan harta benda lainnya. Anak sebagai amanah Allah harus senantiasa dijaga dan dilindungi karena dalam diri anak melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Dilihat dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah pewaris dan sekaligus potret masa depan bangsa di masa datang, generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. 10 F. Metode Penelitian Untuk mencapai sasaran yang tepat bagi penelitian, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan yuridis sosiologis yakni suatu penelitian yang didasarkan pada suatu ketentuan hukum (peraturan yang berlaku) dengan fenomena atau 10 Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, 2007, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, Jakarta:Pena Media, hal.1.

12 kenyataan yang terjadi di lapangan serta dalam prakteknya sesuai dengan yang terjadi yang sebenarnya. 11 2. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk pada penelitian yang diskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan suatu data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, dan gejala-gejala lainnya, maksudnya yaitu dengan mempertegas hipotesa-hipotesa lama atau baru dalam rangka menyususn teori baru. 12 Alasan menggunakan penelitian deskriptif ini adalah untuk memberikan gambaran dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Pelaksanaan Pengangkatan Anak di Pengadilan Agama. 3. Lokasi Penelitian Sesuai dengan judul skripsi yang telah penulis ajukan, maka untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas, Penulis mengambil lokasi di Pengadilan Agama Klaten 4. Sumber Data a. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian (di Pengadilan Agama Klaten), metode yang dipakai adalah interview yaitu dengan cara mengadakan wawancara langsung pada pihak-pihak yang bersangkutan untuk mendapatkan keterangan yang lebih mendalam. 11 Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta:UGM Press, 1991, hal 11 12 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta:Universitas Indo Press, 1986, Hal 10

13 b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka yaitu buku dan peraturan-peraturan yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. 5. Cara pengumpulan Data a. Interview Interview merupakan cara memperoleh fakta atau data dengan melakukan komunikasi langsung dengan subyek penelitian. b. Observasi Observasi merupakan penjaringan data dengan melakukan pengamatan terhadap subyek dan atau obyek penelitian secara seksama dan sistematis. c. Studi Literatur Studi Literatur merupakan cara mendapatkan data dengan jelas mempelajari dan mempelajari buku-buku kepustakaan yang bersangkutan dengan obyek yang diteliti. 6. Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisa data kualitatif yaitu suatu pendekatan dari cara pelitian yang menghasilkan deskrigtif yaitu apa yang dinyatakan responden secara tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh yang dikaitkan dengan norma-norma hukum yang berlaku. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif.

14 G. Sistematika Skripsi Untuk mempermudah mencari laporan ini perlu adanya sistematika penulisan. Skripsi ini terbagi dalam empat bab yang tersusun secara sistematis, di dalam tiap-tiap bab memuat pembahasan yang berbeda-beda, tetapi merupakan satu kesaatuan yang saling berhubungan. Secara lengkap sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut : BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan Masalah C. Rumusan masalah D. Tujuan dan Manfaat Penelitian E. Kerangka Pemikiran F. Metode Penelitian G. Sistematika Skripsi BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Orang tua dan Anak 1. Devinisi dan Pengertian Orang tua 2. Devinisi dan Pengertian Anak B. Tinjauan Umum Tentang Pengangkatan Anak 1. Pengertian Pengangkatan Anak

15 2. Syarat-Syarat Pengangkatan Anak 3. Alasan dan tujuan Pengangkatan Anak 4. Hak dan Kewajiban Anak angkat 5. Pengangkatan Anak Ditinjau dari Segi hukum Adat 6. Pengangkatan Anak Ditinjau dari Hukum Islam 7. Pengangkatan Anak Ditinjau dari Segi Hukum Perdata Barat 8. Hukum Pengangkatan Anak C. Tinjauan Umum Tentang Lembaga Pengangkatan Anak 1. Fungsi Lembaga Pengangkatan Anak dalam Masyarakat 2. Kebutuhan Masyarakat Akan Lembaga Pengangkatan Anak D. Tinjauan Umum Tentang Permohonan Pengangkatan Anak di Pengadilan Agama 1. Kewenangan di Pengadilan Agama 2. Permohonan Voluntair yang diajukan di Pengadilan Agama 3. Pengesahan ( Itsbat ) Pengangkatan Anak BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian 1. Pelaksanaan Pengangkatan Anak di Pengadilan Agama Klaten 2. Akibat Hukum yang Akan Timbul Dalam Pelaksanaan Pengangkatan Anak B. Pembahasan

16 1. Pelaksanaan Pengangkatan Anak di Pengadilan Agama Klaten 2. Akibat Hukum yang Akan Timbul Dalam Pelaksanaan Pengangkatan Anak BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

17 DAFTAR PUSTAKA Siti Hj. Syamsiah, Hakim Pengadilan Agama Klaten, wawancara pribadi, 15 April 2011, 13.00. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman Syaltut, Mahmud, 1991, al-fatwa, dalam Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, 2007, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, Jakarta:Pena Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Soetedjo, Wagiati, 2006. Hukum Pidana Anak. Bandung : PT. Refika Aditama. Syamsu, Andi Alam dan M. Fauzan, 2007, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, Jakarta: Pena Media, Nawawi, Hadari, 1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : UGM Soekanto, Soejono, 1986. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indo