BAB I PENDAHULUAN. tangga, karena tujuan sebuah perkawinan selain untuk membangun mahligai rumah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu hikmah

MENURUT HUKUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Al-Quran dan Terjemahannya, Saudi Arabia : 1990

Febriani Rinta (I ) Surrogate mother (Ibu titipan)

Cill\i i i":i ; i:il."l i{u

1. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang masalah etik yang terjadi serta pemecahan masalah tersebut

Bayi tabung menurut pandangan agama, filsafat dan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. mahligai rumah tangga yang bahagia dan sejahtera, juga untuk mempersatukan

Lex Privatum Vol. V/No. 4/Jun/2017. ASPEK HUKUM TERHADAP BAYI TABUNG DAN SEWA RAHIM DARI PERSPEKTIF HUKUM PERDATA 1 Oleh: David Lahia 2

Surrogate Mother. Kelompok Kontra. Dibuat untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Metodologi. Oleh : Nilna Asyrofatul U.

Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015. KEBERADAAN SEWA RAHIM DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA 1 Oleh : Khairatunnisa 2

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

HAK WARIS ANAK HASIL PROSES BAYI TABUNG DITINJAU DARI KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG SURROGATE MOTHER. A. Teknologi Reproduksi Buatan pada Manusia

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA RAHIM (SURROGATE MOTHER) BERDASARKAN TERMINOLOGI HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita. kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Hukum Islam terhadap Status Anak yang Dilahirkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif dan erat sekali hubunganya dengan kerohanian seseorang.

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu cara untuk memperoleh keturunan. Yang dimaksud dengan perkawinan adalah

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suci atau jalinan ikatan yang hakiki antara pasangan suami istri. Hanya melalui

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Bayi Tabung (Fertilisasi In Vitro) Dengan Menggunakan Sperma Donor dan Rahim Sewaan (Surrogate Mother) dalam Perspektif Hukum Perdata

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

HAK MEWARIS ANAK DILUAR PERKAWINAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010. Ismawati Septiningsih,SH,MH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

SUATU TELAAH TENTANG KEBERADAAN ANAK SUMBANG DALAM MEWARIS DI LIHAT DARI ASPEK HUKUM ADAT. Oleh : H. Iman Hidayat, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

ASPEK HUKUM SEWA RAHIM (SURROGATE MOTHER) DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA DAN HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial.

BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menikah adalah penggabungan atau pencampuran antara pria dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

BAB I PENDAHULUAN. sayang keluarga, tukar pikiran dan tempat untuk memiliki harta kekayaan. 3 apa yang

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB IV ANALISIS MENGENAI HUKUM PENITIPAN JANIN MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan kehidupan manusia dalam rangka menuju hidup sejahtera.

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata

BAB III KEDUDUKAN ANAK YANG DILAHIRKAN MELALUI PROSES KLONING. A. Kedudukan Anak Yang Dilahirkan Melalui Proses Kloning

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia secara bersih dan terhormat.


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

MENGENAL DAN MENANGGULANGI RUMORS KB

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

BAB LIMA PENUTUP. sebelumnya. Dalam bab ini juga, pengkaji akan mengutarakan beberapa langkah

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan dan sebagai syarat terbentuknya suatu keluarga.

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN [LN 1992/100, TLN 3495]

BAB I PENDAHULUAN. Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru

Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015. Kata kunci: Aspek Hukum, Bayi Tabung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

ANTISIPASI DAN PENANGGULANGAN RUMOR KB

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang anak memiliki arti yang sangat penting dalam sebuah kehidupan rumah tangga, karena tujuan sebuah perkawinan selain untuk membangun mahligai rumah tangga yang bahagia dan sejahtera juga untuk mempersatukan keluarga dan meneruskan keturunan, sehingga tidak heran jika banyak pasangan suami istri yang baru melangsungkan perkawinan begitu mendambakan kehadiran seorang anak dalam kehidupan rumah tangganya, karena selain anak akan menjadi cikal bakal penerus keturunan bagi orang tuanya juga akan membuktikan kesempurnaan ikatan cinta dan kasih sayang di antara mereka. Pada umumnya orang tua berharap kelak seorang anak akan mampu mewujudkan harapan dan cita-citanya yang belum tercapai, sedangkan di sisi lain anak juga akan menjadi pewaris dari harta dan kekayaan yang ditinggalkan orang tuanya kelak jika ia meninggal. Sejalan dengan hal itu, tujuan utama dari sebuah perkawinan adalah untuk memperoleh keturunan, memenuhi nalurinya sebagai manusia, membentuk dan mengatur rumah tangga atas dasar cinta dan kasih sayang, memelihara manusia dari kejahatan dan menumbuhkan kesungguhan mencari rejeki yang halal dan memperbesar tanggung jawab.

2 Dalam sebuah perkawinan yang ideal, kehadiran anak merupakan idaman bagi setiap orang tua, namun kenyataan yang ada tidaklah selalu demikian. Tidak semua pasangan suami-isteri dapat memperoleh keturunan secara normal. Takdir Allah SWT untuk menguji hamba-hamba-nya dengan menjadikan suami isteri tidak memperoleh anak setelah berumah tangga dalam jangka waktu yang lama. Allah menjelaskan keadaan ini dalam firman-nya yang artinya berbunyi : Dijadikan sesiapa yang dikehendaki-nya tidak memperoleh anak (mandul). 1 Kemandulan, walaupun merupakan takdir Allah SWT dianggap sebagai suatu penyakit karena ia bertentangan dengan keadaan normal. Maka usaha untuk mengobati penyakit merupakan perkara yang dituntut oleh syara selagi cara yang digunakan tidak bertentangan dengan kehendak syara. Dewasa ini, ilmu dan teknologi di bidang kedokteran mengalami perkembangan yang sangat pesat serta memberikan dampak positif bagi manusia yaitu dengan ditemukannya cara-cara baru dalam memberi jalan keluar bagi pasangan suamiisteri yang tidak dapat memperoleh anak secara alami. Teknologi tersebut dikenal dengan sebutan in vitro fertilization (program bayi tabung). Cara ini ternyata dapat diterima dan telah berkembang di masyarakat. Teknologi kedokteran ini ditemukan pada tahun 1970-an yang dikembangkan dengan tujuan untuk mengatasi masalah bagi pasangan suami istri yang tidak bisa mendapatkan keturunan (mandul). Hakikatnya, program bayi tabung bertujuan untuk membantu pasangan suami isteri yang tidak mampu melahirkan keturunan secara alami yang disebabkan karena ada kelainan atau penyakit seperti ; 1 Q.S. As Syura : 50

3 endometriosis (radang selaput lendir rahim), oligospermia (sperma kurang baik), unexplained infertility (tidak dapat diterangkan sebabnya) dan adanya faktor immunologic (faktor kekebalan). Ternyata program bayi tabung ini mampu memberikan solusi bagi pasangan suami iseri dalam memperoleh keturunan pada perkawinan yang sah menurut peraturan yang berlaku. Sejalan dengan pembuahan in vitro fertilization (IVF) yang semakin pesat, muncul ide surrogate mother (ibu pengganti/sewa rahim/gestational agreement) yaitu wanita yang bersedia disewa rahimnya dengan suatu perjanjian untuk mengandung, melahirkan, dan menyerahkan kembali bayinya dengan imbalan sejumlah materi kepada pasangan suami istri yang tidak bisa mempunyai keturunan karena istri tersebut tidak bisa mengandung, tetapi ada varian lain yang menyatakan bahwa perikatan yang terjadi tidak didasari berdasarkan imbalan melainkan karena dasar kekerabatan (walaupun jarang), dimana seorang kerabat wanita bersedia mengandung benih dari saudara wanitanya tanpa imbalan materi, 2 untuk selanjutnya penulis akan menggunakan istilah surrogate mother dalam penulisan skripsi ini. Awalnya surrogate mother terjadi karena pihak dari istri tidak bisa mengandung karena sesuatu hal yang terjadi pada rahimnya sehingga peran si istri dialihkan kepada wanita lain untuk menggantikan fungsinya sebagai seorang ibu untuk mengandung dan melahirkan, baik dengan imbalan materi ataupun sukarela, tetapi pada perkembangannya, terjadi pergeseran makna dari substansi awal sebagai alternatif kelainan medis (karena cacat bawaan atau penyakit) kearah sosial dan eksploitasi nilai sebuah rahim. Pihak penyewa bukan lagi karena alasan medis, 2 Desriza Ratman, Surrogate Mother dalam Perspektif Etika dan Hukum: Bolehkah Sewa Rahim di Indonesia?, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2012, hal. 36

4 tetapi telah beralih ke alasan kosmetika dan estetika (tidak mau tubuhnya akan cacat dan jelek akibat melahirkan serta malas untuk mengandung dan melahirkan). Ditinjau dari aspek teknologi dan ekonomi, proses surrogate mother ini cukup menjanjikan terhadap penanggulangan beberapa kasus infertilitas, tetapi ternyata proses ini terkendala oleh aturan perundang-undangan yang berlaku serta pertimbangan etika, norma-norma yang berlaku di Indonesia. Begitu juga dengan perjanjian yang dibuat, apakah bisa berlaku berdasarkan hukum perikatan nasional, terlebih objek yang dijanjikan sangatlah tidak lazim, yaitu rahim, baik sebagai benda maupun difungsikan sebagai jasa. Agama Islam sangat memperhatikan hubungan keluarga yang jelas (nasab), hal tersebut karena berkaitan dengan hubungan keluarga yang menentukan pula akan hak waris si anak. Dalam Pasal 99 Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa yang di maksud dengan anak sah adalah: a. Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah; b. Hasil perbuatan suami isteri yang sah di luar rahim dan dilahirkan oleh isteri tersebut. Anak yang lahir dari proses ibu pengganti (surrogate mother) tidak dapat dikategorikan sebagai anak sah atau dengan kata lain termasuk anak luar kawin sehingga anak tersebut hanya mempunyai hubungan nasab dengan ibu dan keluarga ibu yang melahirkannya. Dalam Pasal 127 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diatur bahwa upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan :

5 a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri darimana ovum berasal; b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu; c. Pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu. Namun ternyata praktek surrogate mother ini terjadi di Indonesia secara diam-diam. Seperti pernah diberitakan oleh media pada tahun 2009, artis Zarima Mirafsur dikabarkan telah menyewakan rahimnya kepada pasangan suami-isteri pengusaha asal Surabaya dengan imbalan sejumlah uang dan rumah, 3 hal tersebut memberikan indikasi bahwa praktek surrogate mother telah terjadi di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Pakar hukum kesehatan Universitas Katolik Soegidjapranata di Semarang, Prof. Agnes Widanti, mengatakan bahwa sebenarnya sudah ada praktek surrogate mother di Indonesia namun tidak ada yang berani bersikap terbuka karena belum diatur secara jelas dalam perundang-undangan. Regulasi di Indonesia hanya mengatur terkait bayi tabung yang sebenarnya prosesnya sama dengan surrogate mother, tetapi dalam bayi tabung benih ditanam pada si isteri, bukan orang lain. Beliau menilai bahwa perlu adanya regulasi secara khusus yang mengatur tentang praktek surrogate mother di Indonesia. Meskipun surrogate mother ini cukup menjanjikan terhadap penanggulangan beberapa kasus infertilitas, tetapi karena proses ini masih terkendala pada peraturan perundang-undangan yang disebabkan belum adanya aturan hukum yang secara jelas mengatur tentang praktek surrogate mother, hal tersebut tentu saja 3 http://racheedus.wordpress.com/2009/02/23/nadya-suleman-ibu-14-anak-bayi-tabung/ diakses pada 11 Maret 2014 pukul 13.30

6 menimbulkan ketidakpastian hukum sehingga praktek surrogate mother ini masih dipertanyakan bagaimana status hukumnya karena ada permasalahan besar sebagai dampak dari kasus surrogate mother yaitu nasab anak yang dilahirkan yang menyangkut status anak tersebut terhadap hak warisnya. Hal ini menarik untuk dikaji mengenai kedudukan surrogate mother dalam hukum Islam karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Selain itu praktek surrogate mother secara medis sangat mungkin dilakukan karena prosesnya secara garis besar sama dengan bayi tabung, hanya rahim ibu yang digunakan berbeda. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik menulis skripsi dengan judul Kedudukan Ibu Pengganti (Surrogate Mother) dalam Perspektif Hukum Islam B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian pada skripsi ini adalah bagaimana kedudukan ibu pengganti (surrogate mother) dalam perspektif hukum Islam dengan pokok bahasan : 1. Kedudukan Ibu Pengganti (surrogate mother) dalam perspektif hukum Islam; 2. Akibat hukum terhadap anak hasil praktek surrogate mother dalam perspektif hukum Islam: a. Kedudukan hukum anak dalam keluarga yang dilahirkan melalui proses ibu pengganti (surrogate mother); b. Kedudukan anak yang dilahirkan melalui proses ibu pengganti (surrogate mother) dalam hal kewarisan.

7 Ruang lingkup penelitian ini meliputi Ruang Lingkup Pembahasan dan Ruang Lingkup Bidang Ilmu. Ruang Lingkup Pembahasan adalah aspek hukum dan kedudukan Ibu Pengganti (Surrogate Mother) berdasarkan hukum Islam serta akibat hukum terhadap anak hasil praktek surrogate mother, sedangkan Ruang Lingkup Bidang Ilmu adalah hukum keperdataan khususnya di bidang hukum Islam. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan pokok bahasan di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara lengkap, jelas dan terperinci tentang: a. Kedudukan ibu pengganti (surrogate mother) dalam perspektif hukum Islam; b. Akibat hukum terhadap anak hasil praktek surrogate mother dalam perspektif hukum Islam: 1) Kedudukan hukum anak dalam keluarga yang dilahirkan melalui proses ibu pengganti (surrogate mother); 2) Kedudukan anak yang dilahirkan melalui proses ibu pengganti (surrogate mother) dalam hal kewarisan. 2. Kegunaan Penelitian Penelitian ini mempunyai kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. a. Kegunaan Teoritis 1) Sebagai upaya pengembangan ilmu hukum dalam bidang hukum Islam yang berkenaan dengan kedudukan ibu pengganti (surrogate

8 mother) dan akibat hukum terhadap anak hasil praktek surrogate mother dalam hukum Islam; 2) Sebagai informasi dan bahan bacaan bagi masyarakat agar mengetahui bagaimana kedudukan ibu pengganti (surrogate mother) serta akibat hukum terhadap anak hasil praktek surrogate mother dalam hukum Islam. b. Kegunaan Praktis Kegunaan praktis penelitian ini adalah: 1) Sebagai upaya peningkatan pengetahuan serta wawasan penulis mengenai aspek kedudukan hukum ibu pengganti (surrogate mother) dan akibat hukum anak hasil praktek surrogate mother terutama dipandang dari segi hukum Islam; 2) Sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka pemecahan permasalahan yang timbul mengenai hukum Islam khususnya berkenaan dengan kedudukan hukum ibu pengganti (surrogate mother); 3) Bahan informasi bagi masyarakat, akademisi, dan kalangan birokrasi pemerintahan yang ada hubungannya dengan hukum Islam; 4) Sebagai salah satu syarat dalam rangka menempuh gelar kesarjanaan pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.