1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya

dokumen-dokumen yang mirip
I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MUSEUM GEOLOGI BLORA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI BAB I PENDAHULUAN. perkebunan Tembakau Deli. Medan merupakan salah satu Kota bersejarah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sumber: data pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS AKHIR 131/ BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN REDESAIN MUSEUM JAWA TENGAH RONGGOWARSITO 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Komunal Kelurahan Kemlayan sebagai Kampung Wisata di. Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA

Sekolah Menengah Kejuruan Kesenian Tradisional di Jakarta Varda Amina ( L2B ) BAB I PENDAHULUAN NO PROPINSI KERJA PT NUNGGU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan Umum dengan Konsep Edutainment di Yogyakarta Penekanan Desain Arsitektur Organik. 1.

BAB 1 PENDAHULUAN Kondisi Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I P E N D A H U L U A N

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN SOBOKARTTI SEBAGAI JAVA HERITAGE CENTER

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

INPUT PROSES OUTPUT PERENCANAAN ARSITEKTUR FENOMENA. Originalitas: Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, terletak di srengseng

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior Museum Tapis Lampung di Kota Bandar Lampung dengan

PUSAT INFORMASI DAN PROMOSI HASIL KERAJINAN DI YOGYAKARTA

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan merupakan tahapan-tahapan kerja atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

Pengembangan Stasiun Kereta Api Pemalang di Kabupaten Pemalang BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengertian Judul 2. Latar Belakang 2.1. Latar Belakang Umum Museum di Indonesia

2015 PENGEMBANGAN RUMAH BERSEJARAH INGGIT GARNASIH SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya anak muda pada jaman sekarang, mereka cenderung lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sebagai Kota Pelajar Pendidikan non formal sebagai wadah aktifitas diluar sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ( Tugas Akhir Periode 96)

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN. Museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aset yang menguntungkan bagi suatu negara. Dalam UU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Medan Culinary Center Arsitektur Rekreatif

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Arti budaya

Upaya Memahami Sejarah Perkembangan Kota dalam Peradaban Masa Lampau untuk Penerapan Masa Kini di Kota Pusaka Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kudus sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Tengah. dikatakan langkah Nitisemito itu menjadi tonggak tumbuhnya

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 %

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

MUSEUM WAYANG NUSANTARA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Rupa di Yogyakarta dengan Analogi Bentuk Page 1

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

Museum Budaya di Nias BAB I, II, III, IV, V, VI. Adrianus Gulo, BAB I PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seni dan budaya yang dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa. Salah satu

PUSAT PENGEMBANGAN KESENIAN BETAWI DI SITU BABAKAN SRENGSENG SAWAH JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Neufeld ed. in chief, 1988; Webster New World Dict

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

MUSEUM GUNUNG KRAKATAU DI ANYER, BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kaya akan karya seni budaya. Setiap

MUSEUM KEBUDAYAAN DI KOTA KUDUS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Indonesia dan Yogyakarta Kaya akan Budaya Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan sosial (M. Jacobs dan B.J. Stern) 1. Indonesia kaya akan keanekaragaman adat, seni budaya dan tradisi sehingga Indonesia terkenal dengan negara berbudaya. Cakupan budaya sangatlah luas, budaya dapat dibagi menjadi dua yaitu budaya tangible dan budaya intangible. Budaya tangible seperti cagar budaya sedangkan budaya intengible adalah seperti gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku sosial yang ada dalam masyarakat 2. Yogyakarta adalah salah satu daerah yang memiliki banyak budaya. Yogyakarta terkenal dengan daerah budaya karena kentalnya budaya jawa dan masih melestarikannya hingga sekarang. Dulunya terdapat sebuah kerjaan sehingga terdapat banyak peninggalan kesenian dan kebudayaan. Sampai sekarangpun Yogyakarta tetap memperthankan kepemerintahan kesultanan untuk tetap melestarikan budayanya. Apresiasi masyarakat khususnya generasi muda saat ini mulai menurun terhadap budaya Yogyakarta. Globalisasi juga salah satu menjadi faktor kurangya apresiasi terhadap budaya karena orang-orang lebih memilih mengikuti budaya asing yang lebih modern. Perlu dilakukan sebuah upaya untuk tetap melestarikan dan mengajak generasi muda lebih peduli terhadap budaya daerah sendiri 1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya 1 Afandi Kusuma. Definisi Kebudayaan Menurut Parah Ahli. 11 Oktober 2009. http://afand.abatasa.co.id/post/detail/6923/definisi-kebudayaan-menurut-para-ahli (Diakses: 20-11-2013, 19.19) 2 Mr. Bay. All About Jogja. http://mastermisterbay.blogspot.com/p/all-about-jogja.html (Diakses: 19-11-2013, 22.27) 1

Perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi pengetahuan (UU Perpustakaan Bab I pasal 1). Menurut International Council of Museums, museum adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat. Museum berfungsi untuk menjaga budaya dan tetap melestarikan dan perpustakaan berfungsi untuk mempelajari histori budaya melalui media cetak maupun media digital. Dibutuhkan sebuah fasilitas untuk mendapatkan informasi mengenai budaya. Dengan mudahnya mendapatkan informasi maka semakin mudah untuk mempelajadi budaya dan akan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap budaya daerah sehingga budaya tetap lestari dan terjaga nantinya. Fasilitas itu adalah perpustakaan dan museum budaya. Dengan adanya fasilitas ini maka memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai budaya dan mempelajarinya. Meningkatnya apresiasi masyarakat mengenai budaya maka semakin kuat keinginan masyarakat melestarikan budaya. Desain perpustakaan dan museum yang sudah ada identik dengan bangunan yang kaku, menyeramkan dan kurang menarik sehingga membuat orang malas untuk ke perpustakaan dan museum. Terlebih legi kesan generasi muda saat ini mengenai budaya yang menganggap budaya itu tua, kuno, dan tidak gaul sehingga ini membuat generasi muda malas mempelajari budaya. Maka dari itu diperlukan sebuah desain perpustakaan dan museum yang dapat merubah presepsi masyarakat mengenai perpustakaan dan museum. Dibutuhkan sebuah konsep bangunan perpustakaan dan museum yang kreatif, rekreatif dan inovatif untuk merubah presepsi yang selama ini ada. Konsep bangunan yang dapat mengajak masyarakat lebih peduli dan lebih ingin mendalami budaya sehingga mau melestarikan budaya dan menghargai budaya daerah. 2

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Masalah Non Arsitektural 1. Dangkalnya pengetahuan masayarakat Yogyakarta terhadap budaya lokal dan perlunya pelestarian budaya Yogyakarta. 2. Menyediakan sebuah fasilitas untuk mendapatkan informasi mengenai budaya Yogyakarta. 3. Merubah pandangan terhadap perpustakaan dan museum yang dianggap kaku oleh masyarakat. 1.2.2 Masalah Arsitektural 1. Menggabungkan perpustakaan dan Museum dalam satu bangunan yang saling terintegrasi. 2. Menciptakan desain perpustakaan dan museum yang edukatif dan rekreatif namun tetap informatif menampilkan budaya Yogyakarta. 3. Menciptakan suatu konsep perancangan perpustakaan dan museum yang mampu menjadi objek wisata sekaligus sumber ilmu pengetahuan dan promosi budaya Yogyakarta. 1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan Tujuan dari perancangan Perpustakaan dan Museum Budaya di Yogyakarta adalah untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap budaya dengan memberi kemudahan dalam mendapatkan informasi budaya melalu media cetak, media digital maupun benda nyata. 1.3.2 Sasaran Sasaran dalam penulisan dari Pra Tugas Akhir ini adalah untuk mengembangkan konsep perancangan bangunan perpustakaan dan museum budaya serta memberikan konsep baru tentang perpustakaan dan museum yang perancangannya menjadi sebuah bangunan yang sinergi. 3

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan dititik beratkan pada pemecahan permasalahanpermasalahan arsitektural yang ada di perpustakaan dan museum saat ini. Halhal di luar disiplin ilmu arsitektur digunakan sebagai pendukung dalam proses perancangan. Perancangan yang dilakukan adalah perancangan yang menitikberatkan ide-ide dan solusi. 1.5 Kerangka Berpikir Gambar 1. 1: Kerangka Berpikir Sumber: Analisa Penulis 1.6 Metode Pegumpulan Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data dan informasi dalam membuat laporan ini terdiri atas beberapa cara : a. Studi Pustaka Mempelajari teori mengenai bangunan akomodasi melalui referensi buku, hasil-hasil tulisan atau penelitian pemerintah ataupun perorangan, serta peraturan-peraturan yang berlaku untuk mendapatkan data pendukung yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat. 4

b. Pengamatan (Observasi) Pengamatan dilakukan terhadap site perancangan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat. c. Pengumpulan Data dari Studi Kasus Mengumpulkan data-data dari berbagai contoh bangunan perpustakaan dan museum yang sudah ada sebagai dasar untuk rumusan proses selanjutnya. 1.7 Keaslian Penulisan 1. Museum Sejarah: Kawasan Cagar Budaya Goa Selarong di Bantul Yogyakarta( Pendekatan Arsitektur Kontekstual) 2. Perpustakaan Modern Khusus Pusaka Budaya Yogyakarta, dengan Pendekatan Infill Design Pada Bangunan Indis 3. Museum Kebudayaan Lokal DIY di Ndalem Condrokiranan 1.8 Sistematika Penulisan BAB I. Pendahuluan Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. BAB II. Tinjauan Teori Berisi teori tentang perpustakaan dan museum meliputi deskripsi, jenis, template dan preseden/ studi kasus. BAB III. Lokasi dan Site Berisi deskripsi dan analisa pemilihan lokasi site perancangan serta data-data kebijakan daerah Kota Yogyakarta mengenai pembangunan. BAB IV. Analisa Analisa dilakukan untuk memperkirakan pola alur kegiatan, kebutuhan ruang yang harus disediakan dalam proses perancangan untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai kebutuhan lahan serta aplikasinya dalam desain BAB V. Konsep Berisi konsep perancangan, persyaratan dan ketentuan perancangan, program ruang, dan juga kebutuhan luas tapak yang dibutuhkan. 5