BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah suatu perjanjian perikatan antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Umumnya bentuk atau cara perceraian karena talak,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. diliputi rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

Prosiding Peradilan Agama ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. Pengadilan Agama sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman. memiliki tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Ada laki-laki, ada pula

1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991.

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan, atau menghilangkan ikatan pernikahan pada saat ituj uga

BAB I PENDAHULUAN. kalimat hadhana ath-thaairu baidhahu burung itu menggempit telur

BAB I PENDAHULUAN. sampai matinya salah seorang suami istri. Inilah sebenarnya yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. semua mahluk, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seperti firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

dengan amanat pasal 27 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman. Peraturan tersebut menyatakan bahwa

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. kemaksiatan, baik dalam bentuk penglihatan maupun dalam bentuk perzinaan. 1. kasih sayang dengan cara diridloi oleh Allah SWT.

AD{AL DENGAN ALASAN CALON SUAMI SEORANG MUALLAF DAN

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia diciptakan berpasangan antara laki-laki dengan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diucapkan sebagai bentuk perjanjian suami atas isterinya, diucapkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM MENGABULKAN CERAI GUGAT DENGAN SEBAB PENGURANGAN NAFKAH TERHADAP ISTERI

BAB I PENDAHULUAN. bidang perkawinan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan adanya unifikasi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB I PENDAHULUAN. sah, penyerahan diri istri kepada suami, dan memungkinkan untuk terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita untuk membentuk rumah tangga (keluarga) yang bahagia dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB III METODE PENELITIAN. relevan dengan persoalan yang dihadapi. Artinya, data tersebut berkaitan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

Dengan adanya masalah pokok diatas maka dapat pula dikemukakan dua sub masalah, yaitu :

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN MUT AH DALAM PUTUSAN MA RI NO. REG. 441 K/ AG/ 1996

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG CERAI TALAK

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam. Sinar Baru al Gesindo, Jakarta. Cet. Ke XXVII. Hal. 374.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT. menciptakan manusia berpasang-pasangan. Dalam Al Qur an, Allah SWT. berfirman :

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

A. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Perkara Perceraian Putusan. mediator yang tujuannya agar dapat memberikan alternatif serta solusi yang terbaik

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan. berkasih-kasihan untuk meneruskan keturunannya.

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IMPLIKASI HUKUM PERKAWINAN AKIBAT PEMALSUAN STATUS CALON SUAMI DI KUA

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita sebagai suami-isteri, dengan tujuan untuk membentuk keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan cara yang paling tepat untuk menyalurkan kebutuhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MADZHAB SYIAH IMAMIYYAH TENTANG DUA ORANG SAKSI SEBAGAI SYARAT SAH JATUHNYA TALAK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah merupakan makhluk sosial yang

TINGKAT KESADARAN HUKUM ISTERI DALAM PERKARA CERAI GUGAT S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara, yang berpuncak pada

BAB I PENDAHULUAN. menjadi khalifah Allah di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur an surat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Tujuan dan Dasar Hukum Perkawinan. a. Menurut Hanabilah: nikah adalah akad yang menggunakan lafaz nikah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah berhimpun atau wata, sedangkan menurut syara artinya adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan ibadah kepada-nya, tetapi sekaligus menimbulkan akibat Hukum ke

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Negara. Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi fenomena yang ada, tetapi lebih lentur dalam konteks

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG IMPLIKASI TEKNOLOGI USG TERHADAP IDDAH

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA TENTANG CERAI GUGAT DENGAN ALASAN IMPOTEN. A. Prosedur Cerai Gugat Dengan Alasan Impoten

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ikatan dalam syari at Islam merupakan suatu perjanjian yang sangat kuat. Karena itu Allah SWT menetapkan aturan untuk melangsungkannya maupun untuk menjamin kelestariannya. Berkaitan dengan ikatan perkawinan ini, Allah menyebutkan dalam surat an-nisa ayat 21: "#$%& -./! (), $'! 789: 0-%5 6 01&23.4/ Artinya : bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. (An-Nisa : 21) 1 Dan karenanya, setiap upaya untuk meremehkan ikatan suci ini ataupun memperlemahkannya, apalagi memutuskannya adalah sangat dibenci dalam agama. Sekalipun perkawinan merupakan ikatan yang sangat kuat serta setiap pasangan perkawinan membulatkan tekadnya untuk mencapai tujuan disyari atkannya nikah, namun adakalanya niatan untuk membangun rumah 1 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir al-qur an, Al-qur an dan terjemahnya, Jakarta: Depag RI, 1971, hlm. 120 1

2 tangga yang harmonis (sakinah, mawaddah, rahmah) tidak semua dapat terlaksana dengan mulus. Sering kali tujuan perkawinan tidak dapat tercapai sebab sikap kemanusiaan masing-masing yang saling berbenturan. Oleh karena itu harus ada jalan keluar untuk mengatasi hal ini, Talak disyari atkan untuk mengatasi permasalahan ini. Talak adalah hak yang sepenuhnya ada ditangan suami setelah pernikahan berlangsung. Seorang laki-laki setelah melakukan akad nikah mempunyai hak talak tiga terhadap isterinya, tetapi tidak demikian halnya bagi isteri. Dalam penerapannya talak dianggap sah apabila dijatuhkan dengan keadaan yang sadar oleh suami yang sehat akalnya dan baligh. Dengan mengucapkan lafadz talak (seperti Thallaqtuki) maka seketika itu telah putus ikatan perkawinan antara suami dengan isteri tersebut dengan jatuh talak satu. Hak untuk menjatuhkan talak melekat pada orang yang menikahinya. Apabila hak menikahi orang perempuan untuk dijadikan sebagai isteri, maka yang berhak menjatuhkan talak adalah orang laki-laki yang menikahinya. 2 Dalam surat Al-Ahzab ayat 49 dijelaskan:?@. AB0 0;<(=2> HI J L G%& CDE -/ SII.M2NO./ R0 Z :Y U./ TUVE W&=5 LR 0 [\VE]^ bnt. U./ TU%_`#5a TUVE.#W C 0;<cdJ h `.iv #f[ TUVE %ef[ 7 : 2 Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2000, hlm. 155

3 Artinya : hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara sebaik-baiknya. (Q.S. Alahzab: 49) 3 Seperti keterangan di atas, talak merupakan hak laki-laki sebagai seorang suami. Oleh karena itu ia berhak mentalak isterinya sendiri secara langsung atau mewakilkannya kepada orang lain. Talak yang diwakilkan suami kepada orang lain tidak dapat menggugurkan hak suami dan merintanginya untuk ia gunakan sewaktu-waktu dikehendakinya. Menurut hukum positif Indonesia, kuasa hukum laki-laki dan perempuan berada dalam status yang sama tanpa mempersoalkan apakah perempuan tersebut bersuami atau tidak. Sebagai pihak yang bertindak atas nama dan untuk kepentingan pemberi kuasa, penerima kuasa tidak boleh melakukan sesuatu perbuatan yang melampaui kewenangannya. Pemberian kuasa bukanlah perbuatan bersegi dua melainkan perbuatan bersegi satu atau perjanjian sepihak, sehingga pemberi kuasa dapat menarik kuasanya kembali sewaktu-waktu tanpa persetujuan penerima kuasa. 4 Menyikapi hal perwakilan/pemberian kuasa dalam melaksanakan perbuatan hukum, ada ketentuan larangan pemberian kuasa disebabkan tidak cakapnya atau dianggap kurang cakap melakukan perwakilan disebabkan 3 Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir al-qur an, op, cit, hlm. 675. 4 A. Rahmad Rosyadi, Advokat dalam Persepektif Islam dan Hukum Positif, Jakarta:Ghalia Indonesia, 2003, hlm. 80

4 dilarangnya melakukan perbuatan hukum itu sendiri baginya. Sebagaimana seorang perempuan tidak boleh mewakili menikahkan seseorang baik ijab ataupun qobul dikarenakan dia dilarang dan tidak berhak melakukan itu pada dirinya sendiri. Sebagaimana keterangan hadist, أ ھة : ل : ل رل الله الله و : وج اأة اأة. وو ج اأة $()'. &ن اا$# ھ ا" وج $()'. (رواه ا,+) artinya : diriwayatkan dari Abu Hurayrah berkata Rasulullah bersabda : seorang perempuan tdak boleh menikahkah perempuan lain; dan juga seorang perempuan tidak boleh menikahkan dirinya sendiri. karena hanya perempuan berzinalah yang menikahkan dirinya sendiri. (HR. Ibnu Majah) 5 Sependapat dengan keterangan di atas al-syarbini menganggap seorang perempuan yang diberi kuasa dalam akad nikah hukumnya tidak sah, baik dalam ijab maupun qabul. Bahkan ia menambahkan dengan keterangan tidak sahnya menjadikan wakil seorang perempuan dalam masalah ruju. 6 Madzhab Malikiyah mengatakan suami yang memberikan kuasa kepada seseorang untuk menjatuhkan talak kepada istrinya itu diperbolehkan, baik wakil itu adalah istrinya sendiri ataupun orang lain. 7 Madzhab Hanafiyah yang mengartikan tawkil dalam talak adalah pemberian kuasa dari seorang suami kepada orang lain untuk bertindak atas nama dia dalam menjatuhkan talak kepada istrinya. Pelimpahan kuasa itu bisa 5 al-hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah, Juz I, Beirut: Dar al- Fikr,tt hlm. 606. 6 Syamsuddin al-syarbini, Mugniy al-mukhtaj, Juz III, Beirut: Darl Kutub al-ilmiyah, tt, hlm. 233. 7 Wahbah Zuhaili, al-fiqh al-islam wa Adillatuhu, Juz IX, Damaskus: Dar al-fikr, 1996. hal. 6938.

5 diberikan kepada istrinya sendiri atau orang lain. 8 Namun pelimpahan kuasa itu tidak dapat diberikan kepada perempuan selain istrinya sendiri, karena perempuan hanya dapat menjatuhkan talak pada dirinya sendiri bukan kepada orang lain. Maka dengan ini perempuan tidak dapat menjadi kuasa sebagai wakil yang melaksanakan sesuatu untuk orang lain, melainkan dia hanya bisa menjatuhkan talak hanya untuk dirinya sendiri. Madzhab Hanabilah mengatakan bahwa siapa yang dianggap sah talaknya, maka sah pula mewakilkannya kepada orang lain. Adapun jika suami itu memilih perempuan untuk diberi kuasa untuk bertindak sebagai wakil dalam menjatuhkan talak, pemberian kuasa dianggap sah. 9 Dengan adanya pendapat seperti ini maka talak yang dijatuhkan sah baik dijatuhkan kepada orang lain begitu juga dijatuhkan untuk dirinya sendiri. Madzhab Syafi iyah memberikan keterangan syarat wakil yang diberi kuasa. Sebagaimana disyaratkan untuk orang yang memberikan kuasa yaitu dengan melihat sisi dimana ia berhak melakukan untuk dirinya sendiri sesuatu yang ingin ia wakilkan kepada orang lain. Syarat itu juga berlaku pada wakil yang diberikan kuasa yaitu dia termasuk orang yang berhak melakukan untuk dirinya sendiri sesuatu yang ingin diwakilkan kepadanya dari orang lain. 10 Adapun Ibnu Qudamah dalam kitab al-mughni berpendapat bahwa ketika seorang laki-laki mewakilkan talaknya kepada seorang perempuan maka sah perwakilnya, karena sesungguhnya seorang perempuan itu sah 8 Abdurrahman al-jaziri, Kitabu al-fiqhu ala al-madhahibul al-arba, Juz IV, Libanon: Darl Kutub al-ilmiyah, 2003, hal. 287. 9 Wahbah Zuhali, op, cit, hal. 6958. 10 Abdurrahman al-jaziri, op, cit, hal. 132.

6 menjadi wakil dalam memerdekakan budak, maka sah pula seorang perempuan menjadi wakil dalam hal talak seperti talaknya seorang laki-laki. 11 Dengan adanya pendapat seperti ini maka seorang perempuan dianggap sah dalam menjadi wakil untuk menjatuhkan talak. Bertolak dari keterangan di atas, penulis mencoba menganalisa dan meneliti dalam bentuk skripsi tentang Pendapat Ibnu Qudamah Tentang Diperbolehkannya Seorang Perempuan Menjadi Wakil Talak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat penulis rumuskan beberapa pokok permasalahan yang akan dikaji dalam skripsi ini. Pokok-pokok permasalahan tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaanpertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana pendapat Ibnu Qudamah tentang diperbolehkannya seorang perempuan menjadi wakil talak? 2. Apa landasan hukum Ibnu Qudamah tentang diperbolehkannya seorang perempuan menjadi wakil talak? C. Tujuan Penelitian Tujuan penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk memahami pendapat Ibnu Qudamah tentang diperbolehkannya seorang perempuan menjadi wakil talak. 11 Abi Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Mahmud bin Qudamah, al-mughni. Juz VIII, Libanon: Darl kitab al-arabi, tt, hal. 246.

7 2. Untuk menjelaskan landasan hukum yang digunakan Ibnu Qudamah tentang diperbolehkannya seorang perempuan menjadi wakil talak. D. Telaah Pustaka Sebelum Membahas lebih lanjut mengenai Pendapat Ibnu Qudamah Tentang Diperbolehkannya Seorang Perempuan Menjadi Wakil Talak, penulis akan menelaah beberapa buku, kitab dan literatur lain yang berkaitan untuk dijadikan sebagai referensi, sumber, acuan, dan perbandingan dalam penulisan skripsi ini. Sehingga akan terlihat letak perbedaan antara skripsi ini dengan penelitian atau karya ilmiah yang ada. Beberapa hasil penelitian maupun karya ilmiah yang berhubungan dengan wakil talak dan juga menjadi bagian penting dalam penelitian ini, diantaranya adalah: 1. Nur Fathoni (2103207) dengan judul Larangan Ikrar Talak Oleh Kuasa Hukum Perempuan (Study Kasus Ikrar Talak Oleh Kuasa Hukum Perempuan Di PA Salatiga). Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang tahun 2009. Dalam skripsi ini seorang kuasa hukum perempuan tidak diperbolehkan untuk menjadi wakil dalam ikrar talak dikarenakan kurang cakapnya dalam melakukan perwakilan. 2. Ismail (2100159) dengan judul Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama (Studi Analisis Perkara Nomor 571/Pdt. G/2003/PA. SM Tentang Tidak Diterimanya Pemohon Cerai Talak Yang Mewakilkan Pada Kuasanya). Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang tahun 2004.

8 Dalam skripsi ini tidak diterimanya permohonan cerai talak yang diwakilkan kepada kuasa hukumnya dikarenakan hakim menggunakan dasar hukum pasal 130 HIR jo. pasal 82 ayat (1) dan (2) undang-undang Nomor 7 tahun1989 tentang Peradilan Agama. Sedangkan, pertimbangan hukum yang digunakan oleh majelis hakim dalam perkara ini adalah: bahwa hakim telah memerintahkan kuasa hukum pemohon untuk menghadirkan pemohon secara in person hingga tiga kali persidangan guna untuk upaya perdamaian, namun kuasa hukum pemohon tidak dapat menghadirkannya. Sehingga mejelis hakim menilai, bahwa pemohon materiil tidak bersungguh-sungguh dalam berperkara dan terkesan mengabaikan majelis hakim. 3. Nur Amaliyah (2199028) dengan judul Analisis Pendapat Ibnu Hazm Tentang Mewakilkan Talak. Fakultas Syari ah IAIN Walisongo Semarang tahun 2004. Dalam skripsi ini Ibnu Hazm berpendapat bahwa mewakilkan talak adalah tidak boleh dan tidak sah. karena tidak adannya nash yang menjelaskan tentang memperbolehkannya mewakilkan talak, maka tidak bisa seseorang merubah hukum Allah Adapun kaitannya dengan penelitian yang penulis bahas adalah samasama membahas tentang wakil talak, akan tetapi dari beberapa penelitian diatas menunjukan bahwa penelitian terdahulu tidak memperbolehkan seorang perempuan menjadi wakil talak. Berbeda dengan penelitian yang sedang penulis bahas saat ini yang memperbolehkan seorang perempuan menjadi wakil talak. Dalam hal ini penulis akan menganalisa pendapatnya

9 Ibnu Qudamah tentang diperbolehkannya seorang perempuan menjadi wakil talak. E. Metode Penulisan Agar dalam penulisan skripsi ini memenuhi kriteria sebagai karya ilmiah serta mengarah kepada obyek kajian dan sesuai dengan tujuan yang dimaksud, maka penulis menggunakan metode, antara lain : 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) 12. Jenis penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang wakil talak dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat di perpustakaan, seperti; bukubuku, majalah, jurnal, catatan, kisah-kisah sejarah dan lain-lainya. 13 2. Metode pendekatan Jenis pendekatan ini adalah pendekatan hukum normatif yaitu pendekatan hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. 14 Atau disebut juga penelitian hukum kepustakaan yaitu suatu penelitian kepustakaan dengan cara mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang terdapat di ruang kepustakaan untuk dikaji. Seperti buku- 12 Masyhuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian, Bandung: Refika Aditama, 2008, hlm.50. 13 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 1999, hlm. 28. 14 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: CV. Rajawali, 1985, hal. 15.

10 buku, majalah, Koran, naskah, catatan, dokumen, dan lain-lain. Disini penulis akan menganalisa dengan menggunakan pendekatan hukum normatif sebagai upaya untuk memberikan gagasan-gagasan baru dalam menyikapi permasalahan yang ada diatas. 3. Sumber data Sumber data 15 dalam penelitian ini sesuai dengan jenis penggolongannya ke dalam penelitian perpustakaan (library research), maka sudah dapat dipastikan bahwa data-data yang dibutuhkan adalah dokumen, yang berupa data-data yang diperoleh dari perpustakaan melalui penelusuran terhadap buku-buku literatur, baik yang bersifat primer ataupun yang bersifat sekunder. a. Data primer Sumber data primer adalah data otentik atau data langsung dari tangan pertama tentang masalah yang di ungkapkan. Secara sederhana data ini disebut juga data asli. 16 Sumber primer dalam penelitian ini adalah kitab Al-Mughni karangan Abi Muhammad Abdullah Bin Ahmad Bin Mahmud Bin Qudamah dan Fiqh al-islam wa Adillatuhu karangan Wahbah Zuhaili. b. Data sekunder Sumber data sekunder adalah data yang mengutip dari sumber lain sehingga tidak bersifat otentik karena sudah diperoleh dari sumber 15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, hlm.107. 16 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, cet II, hlm. 91.

11 kedua atau ketiga. 17 Sumber data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari kitab-kitab fiqih klasik maupun kontemporer, dan juga beberapa literatur dan sumber-sumber lain yang memiliki relevansi dengan topik yang sedang penulis bahas. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah seperti bukunya Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, kitab al-fiqhu ala al-madzahib al Arba ah karangan Abdurrahman al jaziri dan kitab Fiqh Sunnah. karangan Sayyid Sabiq. 4. Teknik Pengumpulan Data Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research) maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah secara dokumentatif. 18 Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dari berbagai sumber yang telah ditentukan, baik sumber primer maupun sumber sekunder, yaitu dengan cara menghimpun beberapa pendapat para ulama fiqih mengenai wakil talak. Hal ini peneliti lakukan dengan cara menelusuri literatur-literatur yang ada baik yang berbahasa Arab maupun terjemahan dalam bahasa Indonesia. 5. Teknik Analisis Data Berangkat dari studi yang bersifat literatur ini, maka sumber data skripsi disandarkan pada riset kepustakaan. Demikian pula untuk 17 Ibid. 18 Suharsimi Arikunto, op, cit, hlm 206.

12 Menghasilkan kesimpulan yang benar-benar valid, maka data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analitis. 19 Di sini penulis menganalisis pendapat ibnu qudamah tentang diperbolehkannya seorang perempuan menjadi wakil talak, dimana nantinya penulis akan mendapatkan beberapa penegasan dari pendapat para ulama fiqih tentang wakil talak perempuan, yang diharapkan bisa memunculkan sebuah gagasan baru terkait wakil talak perempuan. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ditampilkan sebagai upaya untuk memudahkan pembaca dalam menikmati alur pembahasan yang disajikan oleh penulis. Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu : Dalam bab satu ini penulis akan memaparkan tentang Pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, telaah pustaka, dan sistematika penulisan. Semua sub-sub bab tersebut dimaksud sebagai gambaran awal dari bahasan yang akan dikaji oleh penulis. Setelah itu dalam bab dua ini penulis akan memaparkan tentang Tinjauan umum Talak dan wakil talak, yang berisi tentang pengertian Talak, dasar hukum Talak, macam-macam Talak, syarat-syarat Talak, serta memuat juga tentang pengertian wakil talak dan syarat-syarat Wakil Talak. 19 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktek, Jakarta: Rineka Putra, 2002, hlm. 86

13 Setelah itu dalam bab tiga ini penulis akan memaparkan pendapat Ibnu Qudamah tentang diperbolehkannya seorang perempuan menjadi wakil talak. Bab ini berisi tiga sub yaitu biografi Ibnu Qudamah, pendapat Ibnu Qudamah tentang diperbolehkannya seorang perempuan menjadi wakil talak dan landasan hukum pendapat Ibnu Qudamah tentang diperbolehkan seorang perempuan menjadi wakil talak. Setelah itu dalam bab empat ini penulis akan memaparkan tentang analisis terhadap pendapat Ibnu Qudamah tentang diperbolehkannya seorang perempuan menjadi wakil talak dan analisis terhadap landasan hukum pendapat Ibnu Qudamah tentang diperbolehkan seorang perempuan menjadi wakil talak. Setelah itu dalam bab lima ini karena merupakan bab penutup, maka penulisis akan memaparkan kesimpulan dari pembahasan yang penulis sajikan di atas, saran-saran dan penutup.