BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di atas batas kewajaran. Pada umumnya bahan pencemar udara adalah berupa gas-gas beracun (hampir 90 %) dan partikel-partikel zat padat. Gas-gas beracun ini berasal dari pembakaran bahan bakar kendaraan, dari industri dan dari rumah tangga. Selain gas-gas beracun di atas, pembakaran bahan bakar kendaraan juga menghasilkan partikel-partikel karbon dan timah hitam yang beterbangan mencemari udara. (1,2) Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dan lain-lain yang mengandung senyawa berbahaya, salah satunya adalah gas karbon monoksida (CO). (2) Gas CO adalah suatu komponen yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak mudah larut dalam air, beracun dan berbahaya yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu diatas -192ºC. Zat gas CO ini akan mengganggu pengikatan oksigen pada darah karena CO lebih mudah terikat oleh darah dibandingkan dengan oksigen dan gas-gas lainnya. Pada kasus darah yang tercemar CO dalam kadar 70% hingga 80% dapat menyebabkan kematian pada orang. (5,6) Gas CO yang dihasilkan dari asap kendaraan, asap dapur dan rokok terhisap oleh manusia melalui proses pernafasan, kemudian gas CO tersebut akan ikut dalam aliran darah termasuk aliran darah jantung. (5) Bila 1
di dalam darah terdapat gas CO, maka hemoglobin akan lebih banyak terikat dengan CO, karena daya ikat CO dengan hemoglobin 200-250 kali lebih kuat dari daya ikat oksigen dengan hemoglobin. Bila terdapat kadar CO yang berlebihan dalam darah, maka pada akhirnya kadar oksigen dalam darah akan turun dengan drastis. Pada tubuh yang kekurangan oksigen dapat menimbulkan terjadinya hipoksia. Akibatnya jaringan tubuh juga akan kekurangan oksigen. Bila hipoksia menyerang otak, maka akan menimbulkan gangguan susunan syaraf pusat yang disebut ensefalopati. Apabila mengenai jantung dan darah disebut gangguan kardiovaskuler. (9,10) Selain itu, gas CO juga dihasilkan dari asap rokok yang bisa mengakibatkan indoor air pollution. (7) Hingga saat ini lebih dari 7.000 zat kimia telah diketahui terkandung dalam asap rokok. Asap rokok sangat berbahaya, terutama bagi perokok pasif. (8) Lebih dari 150 juta penduduk Indonesia terpapar asap rokok orang lain dirumah, di perkantoran, di tempat-tempat umum dan kendaraan umum. Sebanyak 71% rumah tangga mempunyai pengeluaran untuk merokok, dan lebih dari 87% merokok di dalam rumah ketika sedang berada bersama anggota keluarganya. Data Susenas tahun 2001 juga menunjukan sebanyak 43 juta anak Indonesia usia 0-14 tahun yang sama dengan 70% populasi kelompok umur tersebut terpapar asap rokok di dalam rumah. (30) Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi gas polutan diatas adalah dengan menggunakan tanaman anti polutan. Sansevieria atau yang lebih dikenal dengan Lidah Mertua adalah tanaman anti polutan dan juga penangkal radiasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Sanseveira mampu menyerap 107 jenis racun. Termasuk racun-racun yang terkandung dalam polusi udara (CO), racun rokok (nikotin), bahkan radiasi nuklir. Sebab, sansivera mengandung bahan aktif pregnane glikosid yang berfungsi untuk mereduksi polutan menjadi asam organik, gula dan asam amino yang tidak berbahaya lagi bagi manusia. (11) 2
Begitu pula dengan tanaman Aloevera yang juga merupakan tanaman anti polutan. Tanaman lidah buaya ini sangat banyak mengandung nutrisi antara lain Lignin yang mempunyai kemampuan penyerap yang sangat tinggi sehingga memudahkan peresapan gel kedalam kulit atau mukosa. Saponin, mempunyai kemampuan membersihkan dan bersifat anti septic, serta bahan pencuci yang baik dan komplek juga biasa membunuh kuman. Mukopoyisakarida, memberikan efek imonomodulasi. Asam amino yaitu bahan untuk pertumbuhan dan perbaiakan serta berbagai sumber energi. Selain itu dapat di jadikan sebagai tanaman obat karena mengandung Polifenol, sebagai pencegah dan mengobati kanker. Anthraguinone, sebagai bahan laksatif, penghilang rasa sakit, sebagai anti bakteri, dan anti biotic, dan masih banyak lagi kandungan nutrisi yang bermanfaat di dalamnya. (12,13) Tanaman Sansevieria dan Aloevera dipilih karena kedua jenis tanaman ini mudah didapat, selain itu dari segi harga lebih ekonomis dan dapat hidup pada kondisi yang sedikit air dan sedikit matahari. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin megetahui perbedaan efektifitas tanaman sansevieria dan aloe vera dalam menurunkan kadar CO udara dalam ruangan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah Apakah ada perbedaan efektifitas tanaman sansevieria dan aloevera terhadap penurunan kadar CO udara dalam ruangan. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan efektifitas tanaman sansivera dan aloevera terhadap penurunan kadar CO di udara dalam ruangan. 2. Tujuan Khusus a. Mengukur kadar CO pada kelompok kontrol. 3
b. Mengukur kadar CO udara dalam ruangan yang telah diberi tanaman sansevieria. c. Mengukur kadar CO udara dalam ruangan yang telah diberi tanaman aloe vera. d. Menganalisis perbedaan kadar CO udara antara ruang dengan tanaman sansivera dan tanaman aloe vera. D. Manfaat 1. Manfaat Teoritik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang kesehatan terutama mengenai bahaya gas Karbonmonoksida di bumi, sehingga masyarakat dapat waspada terhadap keadaan lingkungan yang tercemar. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat diterapkan langsung oleh masyarakat untuk mengurangi pencemaran udara terutama gas Karbon monoksida. E. Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan penelitian bidang ilmu kesehatan masyarakat dengan menitikberatkan pada bidang kesehatan lingkungan, khususnya pencemaran udara. F. Keaslian Penelitian Tabel. 1.1. Originalitas (Keaslian Penelitian) Nama No. (Tahun) 1. Putri Wodhowati (2008) Judul Analisa Kemampuan Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria Sp) dan Kembang Sepatu (Hibiscus Rosa Sinensis) dalam Penurunan konsentrasi Gas CO Variabel bebas Desain study Variabel terikat Eksperimental Variabel Bebas : Tanaman Lidah Mertua dan Kembang Sepatu. -Variabel Terikat : Konsentrasi Gas CO Hasil Tanaman lidah mertua dengan tinggi 100 cm memiliki kemampuan terbesar dalam penurunan konsentrasi gas CO dibandingkan tanaman kembang sepatu yaitu sebesar 84.18%. 4
2. Nanny Kusminingrum (2008) Potensi Tanaman dalam Menyerap CO2 dan CO untuk Mengurangi Dampak Pemanasan Global Eksperiment -Variabel bebas : Tanaman. -Variabel terikat : CO2 dan CO Reduksi CO terbesar untuk tanaman Ganitri sebesar 81.53 % (0.587 ppm) ; jenis perdu yaitu Iriansis sebesar 88.61 % (0.638 ppm) ; c) jenis semak yaitu: Philodendron sebesar 92.22 % ( 0.664 ppm); serta tanaman gabungan, yaitu Galinggem + Kriminil Merah dengan perbandingan 2 : 1 sebesar 79.22 % (0.244 ppm). 3 Noviria Hendrasarie (2007) Kajian Efektifitas Tanaman ( Pohon Tanjung dan Mahoni) dalam Menyerap Pb di Udara Eksperiment Variabel bebas :.Efektifitas Tanaman -Variabel terikat : Pb di udara Dari total prosentase penyerapan secara keseluruhan prosentase penyerapan yang terbesar ada pada tumbuhan Tanjung III (sore) sebesar 88,25 %. Berdasarkan tabel 1.1 Perbedaan penelitian ini dengan yang sebelumnya adalah dari jenis tanaman yang digunakan yaitu sansevieria dan aloe vera serta polutan yang dianalisis yaitu karbon monoksida ( CO ) udara dalam ruangan. 5