BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur an. terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif telah dilakukan pada bulan

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS II DI SMA N 1 KARANGNONGKO KLATEN

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Non-equivalent Control Group Design. Kelompok Eksperimen. Kelompok Kontrol

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN. titik pericardium 6 terhadap morning sickness pada ibu hamil trimester I di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan salah satu penyakit berbahaya yang menjadi

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu tuntutan mutlak yang harus dijalani. Mahasiswa pada dasarnya akan

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. prostaglandin, bradykinin, dan adrenaline. Mediator-mediator inilah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat

Perbedaan Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan Kompres Hangat Dalam Menurunkan Dismenore Pada Remaja SMA Negeri 3 Padang

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK (MOZART) TERHADAP INTENSITAS NYERI HAID PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 PONTIANAK TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat ke-4 dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

BAB II TINJAUAN TEORI. caesarea juga dapat didefinisikan sebagai suatu hysterectomia untuk. melahirkan janin dari dalam rahim (Sofian, 2011)

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENORHEA) PADA MAHASISWI DI UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan

Clinical Science Session Pain

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. sementara di tahun 2011 terdapat korban. Korban luka ringan pada

PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS VIII DI SMPN 3 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

1) Menghubungkan bagian tubuh satu dengan lainnya.

FASE A YANG YANG DIBERI SURAKARTA HERMAWATI. S1 Keperawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 52 Jombang. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Jombang. dalam layanan pilihan utama masyarakat di Kabupaten Jombang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Erviana Septi Safitri 1), Sugi Purwanti 2)

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

Perbedaan Tindakan Pengurangan Nyeri Haid Antara Kompres Hangat dan Pijat Punggung

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

TERAPI WEWANGIAN MINYAK ESSENSIAL BUNGA MAWAR (ROSE) DENGAN CARA INHALASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DAN TERHADAP RASA NYERI

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010).

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

FIRMAN FARADISI J

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Denyut Jantung Itik Cihateup Fase Grower

BAB I PENDAHULUAN. senam aerobik yang sangat diminati ibu-ibu dan remaja putri baik di kota

PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI HAID (DISMENOREA) PADA SISWI SMK PERBANKAN SIMPANG HARU PADANG

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa reproduksi yang disebut menstruasi yaitu gambaran dari perdarahan

BAB I PENDAHULUAN. paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Tingkat Dismenorea Pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan Setelah Diberi Terapi Musik Klasik Mozart Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat dismenorea sebelum diberi terapi musik klasik Mozart sebesar 6,6, sedangkan rata-rata tingkat dismenorea setelah diberi terapi musik klasik Mozart sebesar 1,7. Rata-rata tingkat dismenorea setelah diberi terapi musik klasik Mozart menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat dismenorea sebelum terapi musik klasik Mozart, yaitu mengalami penurunan rata-rata sebesar 4,9. Selain itu, berdasarkan hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 dan lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan terdapat perbedaan tingkat dismenorea yang bermakna pada kelompok eksperimen sebelum dan setelah diberi terapi musik klasik Mozart. Penyebab dari dismenorea adalah adanya hiperkontraktilitas uterus yang disebabkan oleh prostaglandin. Darah menstruasi wanita mengandung prostaglandin yang dapat merangsang otot polos. Prostaglandin tersebut dihasilkan oleh endometrium. Prostaglandin dapat menimbulkan rasa nyeri ketika kadar progesteron dalam darah rendah (Wiknjosastro, 2009). Jika kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah maka selain dismenorea dapat juga dijumpai efek lainnya seperti mual, muntah, diare, 45

46 flushing respons involunter (tak terkontrol) dari sistem saraf yang memicu pelebaran pembuluh kapiler kulit, dapat berupa warna kemerahan atau sensasi panas (Anurogo, 2011). Selain itu faktor kejiwaan juga bisa menjadi penyebab munculnya dismenorea. Pada wanita-wanita yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat informasi yang jelas tentang proses menstruasi, dapat mudah timbul dismenorea (Wiknjosastro, 2009). Selain dari faktor hormonal dan kejiwaan, dismenorea juga dipengaruhi oleh faktor usia, terutama usia remaja. Proses kognitif pada usia remaja merupakan suatu puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi terjadi pada masa remaja yang ditunjukkan dengan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental seperti mudah tersinggung atau marah dan mudah sedih atau murung (Yusuf, 2010). Selain itu, jika dihubungkan dengan menstruasi yang dialami oleh remaja putri, usia dan jenis kelamin dapat mempengaruhi persepsi dan ekspresi seseorang terhadap nyeri (Zakiyah, 2015). Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa menarche responden paling banyak baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol adalah pada usia 12 tahun. Di samping itu, pada tabel 4.1 menunjukkan mayoritas usia responden kelompok eksperimen adalah usia 16 tahun, dan mayoritas kelompok kontrol berusia 15 tahun, dengan kata lain kelompok eksperimen mempunyai pengalaman yang lebih panjang dengan dismenorea daripada kelompok kontrol. Hal ini mengakibatkan responden pada kelompok

47 eksperimen lebih mampu mengatasi dan mampu melakukan koping saat merasakan dismenorea sehingga tingkat nyeri juga dapat lebih diantisipasi dan dikendalikan oleh responden pada kelompok eksprimen. Hal ini juga sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa usia seseorang menjadi salah satu faktor dominan yang mempengaruhi respon nyeri. Usia berhubungan erat dengan tingkat kematanagan berfikir seseorang. Semakin bertambahnya usia, tingkatan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seseorang juga semakin bertambah (Sulis, 2012). Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya. Apabila seseorang tidak pernah merasakan nyeri, maka perepsi pertama nyeri dapat mengganggu koping individu. Cara seseorang berespon terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian selama rentang kehidupannya. Apabila seseorang megalami nyeri tersebut dengan jenis yang sama dan berulang-ulang kemudian nyeri tersebut berhasil dihilangkan maka akan lebih mudah bagi individu untuk menginterpretasikan sensasi nyeri tersebut (Potter dan Perry, 2007). Terdapat beberapa cara yang dilakukan wanita dalam mengatasi dismenorea. Beberapa wanita mengatasi dismenorea dengan mengonsumsi obat. Namun karena sifat obat-obat tersebut hanya menghilangkan rasa nyeri, maka penderita dismenorea akan mengalami ketergantungan obat dalam jangka panjang. Di sisi lain ada beberapa wanita yang mengatasi dismenorea dengan tindakan non-farmakologis, seperti istirahat cukup, pijatan dengan aroma terapi dan mendengarkan musik (Anurogo, 2011).

48 Terapi musik adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua orang karena tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasikan alunan musik (Rejeki, 2010). Terapi musik dapat mengatasi stres pada bayi dan anak-anak setelah diputarkan musik yang menenangkan dan lembut pada mereka, setidaknya selama 20-30 menit, tetapi lebih lama lebih baik. Jenis musik yang paling dianjurkan untuk digunakan terapi adalah musik atau lagu dengan tempo sekitar 60 ketukan per menit yang bersifat rileks seperti musik klasik. Di antara jenis musik-musik klasik yang paling sering digunakan sebagai acuan terapi musik klasik adalah musik klasik Mozart (Aizid, 2011). Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi (sistem limbik). Bagian terpenting dari sistem limbik adalah hipotalamus (Pusat Riset Terapi Musik dan Gelombang Otak, 2011). Hipotalamus mengontrol kerja dari kelenjar hipofisis. Hipotalamus dapat berkomunikasi dengan kelenjar hipofisis dengan dua cara, yaitu salah satunya dengan mengeluarkan hormon releasing hormone dan inhibiting hormone. Releasing hormone merangsang kelenjar hipofisis mensekresikan hormon tertentu. Inhibiting hormone menekan kelenjar hipofisis sehingga tidak mensekresikan hormon tertentu. Di bawah pengarahan releasing hormone dan inhibiting hormone yang dikirimkan oleh pembuluh portal khusus dari hipotalamus tersebut, hipofisis anterior menghasilkan suatu kumpulan hormon. Salah satu hormon yang dihasilkan adalah hormon endorfin. Hormon ini

49 merupakan opiat alamiah otak, penghambat persepsi rasa sakit (Ferdinand, 2009). Hormon endorfin adalah senyawa yang mirip dengan morfin, disamping dapat meningkatkan suasana hati, hormon tersebut juga membantu memperlambat proses penuaan dan mempercepat penyembuhan diri sendiri. Jika hormon ini dilepaskan dalam jumlah cukup, efeknya tidak hanya pada otak, tetapi sampai ke seluruh tubuh. Dampak positif inilah yang dimanfaatkan dalam terapi musik (Haruyama, 2011). Menurut Mucci (2006), mendengarkan musik yang menenangkan serta menghanyutkan perasaan, bisa mengalihkan perhatian seseorang dari rasa sakit. Sebagai pengganti bahan-bahan kimia, musik merupakan obat yang mampu membuat seseorang rileks. Di samping melepaskan emosi, musik juga memberikan keuntungan lain yang benar-benar bersifat fisik. Frekuensi atau kecepatan getaran nada merupakan sumber yang meredakan rasa sakit. Selain itu terapi musik juga dapat mempengaruhi kondisi tubuh, antara lain menurunkan tekanan darah, memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak serta menurunkan hormon-hormon yang berhubungan dengan stres (Aizid, 2011). Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa tingkat dismenorea pada kelompok eksperimen pada siswi kelas X SMA Negeri 5 Surakarta setelah diberi terapi musik klasik Mozart mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tingkat dismenorea sebelum diberi terapi musik klasik Mozart. Hasil tersebut membuktikan bahwa dengan adanya intervensi atau perlakuan berupa

50 pemberian terapi musik klasik Mozart dapat membantu meringankan tingkat dismenorea. B. Tingkat Dismenorea Pada Kelompok Kontrol Saat Pretest dan Posttest Tanpa Diberi Terapi Musik Klasik Mozart Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pretest sebesar 5,5, sedangkan nilai rata-rata posttest sebesar 5,7. Rata-rata tingkat dismenorea pada saat posttest lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pretest, dan mengalami sedikit peningkatan rata-rata sebesar 0,2. Selain itu, berdasarkan uji paired sample t-test diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,651 di mana nilai signifikansi tersebut lebih dari 0,05 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat dismenorea pada kelompok kontrol saat pretest dan posttest tanpa diberi terapi musik klasik Mozart. Melzack dan Wall pada tahun 1959 menjelaskan teori gerbang kendali nyeri yang menyatakan terdapat semacam pintu gerbang yang dapat memfasilitasi atau memperlambat transmisi sinyal nyeri. Secara umum dapat dijelaskan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat dua macam transmitter impuls nyeri. Reseptor berdiameter kecil (serabut delta A dan C) berfungsi untuk mentransmisikan nyeri yang sifatnya keras dan reseptor ini biasanya berupa ujung saraf bebas yang terdapat pada seluruh permukaan kulit dan pada struktur lebih dalam seperti tendon, fasia, tulang serta organ interna. Sementara transmitter yang berdiameter besar (serabut beta A) memiliki reseptor yang terdapat pada permukaan tubuh dan berfungsi sebagai inhibitor, yaitu

51 mentransmisikan sensasi lain seperti getaran, sentuhan, sensasi hangat atau dingin. Pada saat terdapat rangsangan, kedua serabut tersebut akan membawa rangsangaan ke dalam kornu dorsalis yang terdapat pada medula spinalis posterior, di medula spinalis inilah terjadi reaksi antara dua serabut berdiameter besar dan kecil di suatu area yang disebut substansia gelatinosa. Di substansia gelatinosa ini nanti akan ditentukan apakah sensasi nyeri yang diterima medula spinalis akan diteruskan ke otak atau dihambat. Apabila tidak terdapat stimulus atau impuls yang adekuat dari serabut beta A sebagai inhibitor, maka impuls nyeri akan dibawa ke otak yang akhirnya menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ketika impuls nyeri dihantarkan ke otak inilah yang dinamakan pintu gerbang terbuka. Sebaliknya apabila terdapat impuls yang ditransmisikan oleh serabut beta A karena adanya suatu penanganan terhadap nyeri tersebut, impuls ini akan menghambat impuls dari serabut delta A dan C sehingga sensasi yang dihantarkan oleh serabutt delta A dan C akan berkurang atau bahkan tidak dihantarkan ke otak sehingga tubuh tidak merasakan sensasi nyeri. Kondisi ini disebut pintu gerbang tertutup. Salah satu hormon yang merangsang kerja dari serabut beta A tersebut adalah hormon endorfin (Zakiyah, 2015). Oleh karena itu pada kelompok kontrol saat pretest maupun posttest tetap mengalami nyeri dismenorea, bahkan ada yang mengalami peningkatan tingkat nyeri dismenorea saat posttest, karena dalam kelompok kontrol ini tidak dilakukan intervensi berupa pemberian terapi musik klasik Mozart sehingga

52 tidak bisa dihasilkan hormon endorfin yang berfungsi untuk menurunkan atau menghambat sensasi nyeri dismenorea tersebut. Selain itu pada tabel 4.1 menunjukkan mayoritas kelompok kontrol berusia 15 tahun, sedangkan mayoritas usia kelompok eksperimen adalah usia 16 tahun, dengan kata lain kelompok kontrol mempunyai waktu atau pengalaman yang lebih singkat terhadap kejadian dismenorea dibandingkan dengan kelompok eksperimen, mengingat bahwa sebagian besar usia menarche pada kedua kelompok adalah sama yaitu usia 12 tahun. Hal ini mengakibatkan responden pada kelompok kontrol mempunyai pengalaman yang lebih singkat terhadap dismenorea, ditambah lagi mekanisme koping yang terbatas dalam menghadapi dismenorea sehingga pengukuran tingkat dismenorea pada kelompok kontrol cenderung tidak menurun bahkan meningkat tanpa dilakukan intervensi apapupun termasuk terapi musik klasik Mozart. Menurut Anurogo (2011) masih banyak wanita yang biasa mengalami dismenorea menganggap bahwa dismenorea merupakan rasa sakit biasa yang akan hilang dengan sendirinya. Pernyataan tersebut tidak tepat, karena seseorang yang mengalami dismenorea jika tidak dilakukan penanganan sama sekali, rasa nyeri tersebut akan tetap dirasakan bahkan bisa semakin bertambah. Kenyataan di lapangan juga menunjukkan bahwa banyak sekali wanita yang mengalami dismenorea merasa terganggu dalam melakukan aktivitas seharihari. Oleh karena itu, sangat perlu adanya penanganan yang tepat terhadap dismenorea yang dirasakan agar tidak lagi mengganggu aktivitas dan konsentrasi mereka.

53 C. Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Tingkat Dismenorea Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat dismenorea pada kelompok eksperimen sebesar 1,7, sedangkan rata-rata tingkat dismenorea pada kelompok kontrol sebesar 5,7. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat dismenorea pada kelompok eksperimen lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tingkat dismenorea pada kelompok kontrol. Selain itu berdasarkan uji Mann-Whitney diperoleh nilai signifikansi (p) sebesar 0,000 dimana nilai signifikansi tersebut kurang dari 0,05 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat dismenorea yang bermakna antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sehingga membuktikkan terdapat pengaruh terapi musik klasik Mozart terhadap tingkat dismenorea. Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa tingkat dismenorea pada kelompok eksperimen pada sisiwi kelas X SMA Negeri 5 Surakarta setelah diberi terapi musik klasik Mozart mengalami penurunan dibandingkan sebelum diberi terapi musik klasik Mozart. Adanya intervensi berupa terapi musik klasik Mozart dapat membantu meringankan tingkat dismenorea responden, sehingga dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh terapi musik klasik Mozart terhadap tingkat dismenorea. Di sisi lain, responden pada kelompok kontrol tetap merasakan dismenorea, bahkan ada yang mengalami peningkatan tingkat dismenorea, karena dalam kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi berupa pemberian terapi musik klasik Mozart sehingga tidak ada upaya yang cukup untuk meringankan tingkat dismenorea pada responden di kelompok kontrol.

54 Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Gallager dkk (2006) dan Dunbar (2012). Gallager dkk (2006) dalam risetnya menemukan bahwa musik klasik (Beethoven dan Vivaldi) yang merupakan turunan dari musik klasik Mozart terbukti signifikan dalam menurunkan tingkat nyeri pada pasien kanker. Adapun Dunbar (2012) juga menemukan bahwa musik klasik (Copeland, Vivaldi, Ravels, Tchaikovsky dan Barbers) terbukti efektif dalam menurunkan tingkat nyeri iskemia. Menurut Gallager (2011) terapi musik klasik efektif dalam menurunkan rasa nyeri. Terapi musik klasik juga dipandang sebagai terapi alternatif yang murah dan mudah diaplikasikan serta tidak memiliki efek samping. Selain itu hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Dera Oktavia tentang Pengaruh Terapi Musik Klasik (Mozart) Terhadap Tingkat Nyeri Haid Pada Remaja Putri di SMAN 1 Pontianak pada tahun 2015. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terapi musik klasik (Mozart) berpengaruh terhadap penurunan tingkat nyeri haid pada remaja putri di SMAN 1 Pontianak. Rata-rata skala nyeri haid sebelum diberikan terapi musik klasik (Mozart) yaitu 6,00, sedangkan rata-rata skala nyeri haid setelah diberi terapi musik klasik menjadi 3,21. Berdasarkan data tersebut terlihat terjadi penurunan rata-rata skala nyeri haid pada responden. Pada data tersebut juga dibahas bahwa yang mempengaruhi penurunan skala nyeri haid tersebut adalah sifat terapi musik klasik yang memiliki nada lembut, nada yang memberikan stimulasi gelombang alfa dan membuat pendengar menjadi tenang dan rileks sehingga dapat mengurangi persepsi nyeri.