BAB I PENDAHULUAN. suatu negara, karena angka harapan hidup merupakan salah satu indikator

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. mulus sehingga tidak menimbulkan ketidakmampuan atau dapat terjadi sangat nyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi usia lanjut dini yaitu berkisar antara tahun, dan lansia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduknya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

Lentera Vol. 14 No.2 Maret

BAB IV PENUTUP. Unit Budi Luhur Yogyakarta. Dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. upaya memperbaiki taraf hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelompok usia lain dan diperkirakan pada tahun 2015 populasi lanjut usia di

BAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari personal hygiene merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB 1 PENDAHULUAN. era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia (lanjut usia)

BAB I PENDAHULUAN. angka harapan hidup semakin tinggi, sehingga kebutuhan ini mendesak yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB 1 PENDAHULUAN. Dimensi kemanusiaan yang saling terkait yaitu aspek biologis, psikologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan profesional kesehatan lain, serta perawat dan komunitas. Proses interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

Tabel 1. Jumlah Penduduk Lansia (60+) Di Provinsi Jambi,

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. ini biasanya disebut lansia dan rata- rata berusia 50 tahun keatas. Di

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup penduduk suatu negara menyebabkan jumlah penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun (Depkes, 2014). Lansia sangat berhubungan dengan angka harapan hidup suatu negara, karena angka harapan hidup merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan negara tersebut (Depkes, 2014). Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevalusai kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya (BPS, 2014). Untuk meningkatkan angka harapan negara tersebut, pemerintah banyak melaksanakan program untuk menjamin kesejahteran dan kesehatan lansia (Kemenkes, 2013). Pada masa ini populasi lansia di seluruh dunia di perkirakan ada 605 juta, dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan tahun 2025 akan mencapai 2,0 milyar (WHO, 2014). Sedangkan di Indonesia pada saat ini terdapat 28,8 juta penduduk lansia di Indonesia, hasil prediksi menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77 persen dari total penduduk dan menjadi 11,34 persen pada tahun 2020 Depkes (2014). Sedangkan untuk wilayah Yogyakarta, merupakan populasi lansia tertinggi yaitu 13,04 persen dengan demikian, peningkatan jumlah penduduk lanjut usia menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan (Kemenkes, 2013) 1

2 World Health Organization (WHO) (2014) menyatakan lansia adalah seseorang yang sudah berusia 65 tahun yang menunjukan proses penuaan secara nyata dan berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera. UU no. 23 tahun 1992 pasal 19 menjelaskan: Manusia lansia adalah seseorang yang karena usianya, mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan,termasuk kesehatanya. Proses penuaan atau menjadi lansia juga dijelaskan dalam Alqura an dalam Surat Ar-Rum ayat 54. Artinya : Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS. Ar-Rum [30] : 54) Seperti yang dijelaskan di atas lansia mengalami sejumlah berbagai penurunan dan keterbatasan dalam melakukan aktifitas, sehingga mempengaruhi kualitas hidup lansia tersebut. Pramono (2010) berpendapat bahwa kualitas hidup dapat memberikan kesempatan untuk dapat hidup lebih nyaman, mempertahankan keadaan fisiologis dan sejalan dengan keseimbangan psikologis, di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Larasati, (2011) Cohen& Lazarus menuturkan kualitas hidup adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan seorang individu yang dapat dinilai dari kehidupan mereka. Keunggulan individu tersebut biasanya dilihat dari tujuan hidupnya, kontrol pribadinya, hubungan interpersonal, perkembangan pribadi, intelektual dan kondisi materi kualitas hidup lansia yang baik juga dapat meningkatkan kesehatan lansia

3 dan meningkatkan potensi umur panjang dan bisa memiliki kehidupan yang berkualitas di hari tua. Berdasarkan Brooker (2009) skala kualitas hidup adalah ukuran faktor-faktor yang memungkinkan individu untuk berhasil mengatasi setiap aspek kehidupan dan tantangan yang dijumpai. Penelitian yang dilakukan Pradono, et al (2012) faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu usia, seseorang yang berumur lebih dari 64 tahun, akan beresiko sakit dan mengalami stress. Sedangakan penelitian yang dilakukan oleh Yani (2010),orang yang memiliki penyakit kronik kualitas hidupnya akan lebih rendah di bandingkan dengan seseorang yang memiliki penyakit akut. Seiring berjalannya waktu karena lansia merupakan populasi yang terabaikan, lansia bisa mengalami penurun kualitas hidup yang bisa menurunkan kesehatan mereka, salah satu bagian kualitas hidup yaitu fungsi sosial seseorang (Sadli, 2011). Dalam penelitian yang dilakukan Sanjaya dan Rusdi (2012) lansia dengan interaksi sosial yang lebih sedikit dapat mempengaruhi tingkat kesepian mereka yang menyebabkan penurun kesehatan. Selain itu penelitian oleh Yuliati, et al (2014) menyampaikan bahwa lansia dengan melakukan kontak sosial dapat meningkatkan status kesehatan lansia tersebut. Salah satu cara menghindari kesepian adalah dengan bimbingan keterampilan. Melalui bimbingan keterampilan lansia bisa mengasah kreatifitas tersebut dan membuat seorang lansia tertawa, menghilangkan amarah, bersosilisasi agar lansia terhidar dari kesepian, dan lebih teliti dalam

4 banyak hal sehingga menyebabkan kesehatan dan kualitas hidup lansia meningkat, dengan meningkatnya kualitas hidup pada lansia maka beriringan juga dengan peningkatan kesehatan pada lansia itu sendiri (Zaenudin, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis di PSTW Budi Luhur. Adanya bimbingan keterampilan di PSTW bukan untuk kegiatan produksi meskipun hasil dari karya para lansia nantinya akan di jual atau di hargai. Dari hasil itu, nantinya akan di adakan makan-makan bersama sesama lansia yg mengikuti bimbingan keterampilan. Dan juga bimbingan keterampilan ini bertujuan untuk mengasah dan kemampuan atau kreatifitas para lansia. Yang akhirnya, akan meningkatkan lagi kemampuan sosial dan kemandirian para lansia. Sadli (2011) mengemukakan kemandirian pada usia lanjut merupakan sesuatu yang sangat di dambakan lanjut usia, maka dari ini penulis ingin mengetahui kualitas hidup lansia dengan melihat apakah ada perbedaan antara lansia yang mengikuti bimbingan keterampilan dengan lansia yang tidak mengikuti bimbingan keterampilan. Selain itu penelitian ini juga sebagai salah satu cara meningkatkan kualitas hidup lansia, karena merupakan salah satu poin dari tujuh prioritas pembangunan kesehatan Bantul 2011-2015 no 5 yang berisi Perbaikan status gizi masyarakat dan peningkatan kualitas hidup Lansia. Dari survei pendahuluan yang di lakukan penulis ke banyakan dari lansia yang tidak mengikuti bimbingan keterampilan lebih banyak

5 menghabiskan waktu untuk berdiam diri di kamar dan tidur, dari itu penulis menarik kesimpulan bahwa bimbingan keterampilan dapat mengisi waktu luang lansia dan dapat menghibur lansia sehingga bimbingan keterampilan mempengaruhi lansia dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan total lansia yang ada di PSTW sebanyak 85 lansia terdiri dari, 31 lansia laki-laki dan 54 lansia perempuan. Dari seluruh jumlah lansia yang ada di PSTW diambil seluruh jumlah lansia untuk menjadi responden penulis yaitu, 25 lansia akan mengikuti bimbingan keterampilan dan 25 lansia lainnya tidak mengikuti bimbingan keterampilan. Bimbingan keterampilan yang ada di PSTW diantaranya membuat keset,membuat sapu dari cemara, membuat sapu dari sabut kelapa, sulak, menjahit baju dan manik-manik. Penelitian ini diharapkan dapat membantu secara tidak langsung atau sebagai masukan pemerintah Bantul untuk meningkatkan Angka Harapan Hidup, dengan cara menggunakan penelitian ini sebagai literatur. Disini peneliti akan mencari tau perbedaan kualitas hidup antara lansia yang mengikuti bimbingan keterampilan dengan yang tidak mengikuti bimbingan keterampilan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penulis yang telah di paparkan Adakah perbedaan kualitas hidup pada lansia yang mengikuti bimbingan keterampilan dengan yang tidak mengikuti bimbingan keterampilan di PSTW Budi Luhur, Kasihan, Bantul.

6 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui perbedaan kualitas hidup lansia yang mengikuti bimbingan keterampilan dan yang tidak mengikuti bimbingan keterampilan di PSTW Budi Luhur, Kasihan, Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui jenis kualitas hidup lansia yang mengikuti bimbingan keterampilan dan yang tidak mengikuti bimbingan keterampilan di PSTW Budi Luhur, Kasihan, Bantul. b. Mengetahui kualitas hidup pada lansia yang mengikuti bimbingan keterampilan di PSTW Budi Luhur, Kasihan, Bantul. c. Mengetahui kualitas hidup pada lansia yang tidak mengikuti bimbingan keterampilan di PSTW Budi Luhur, Kasihan, Bantul. D. Manfaat Penelitian 1. Lansia Mengetahui manfaat serta meningkatkan keinginan lansia untuk mengikuti bimbingan keterampilan dalam meningkatkan kualitas hidup. 2. Pemerintah Sebagai referensi Dinkes Bantul untuk membantu mencanangkan salah satu program Prioritas Pembangunan Kesehatan Bantul 2011-2015 no 5 yang berisi

7 Perbaikan status gizi masyarakat dan peningkatan kualitas hidup Lansia. 3. Institusi Dapat menjadi bahan bacaan ilmiah,kerangka perbandingan ilmu keperawatan, serta menjadi informasi bagi mereka yang mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai Kualitas Hidup Lansia dan Bimbingan Keterampilan. 4. Ilmu Keperawatan Untuk menambah refensi dalam bidang ilmu keperawatan dan meningkatkan peran Profesi Keperawatan Gerontik. E. Keaslian Penelitian / Penelitian Terkait Sepanjang pengetahuan penulis sampai saat ini belum ada penelitian yang meneliti tentang judul ini. Berikut penelitian yang berkaitan dengan perbedaan kualitas hidup pada lansia yang mengikuti bimbingan keterampilan dengan yang tidak mengikuti bimbingan keterampilan di PSTW, Budi Luhur, Bantul : 1. Perbandingan Kualitas Hidup Lanjut Usia Yang Tinggal Di Panti Jompo Dengan Yang Tinggal Di Rumah Di Kabupaten Tapanuli Selatan Bulan Desember 2013, oleh Siti Fatimah Siregar. Pada penelitian ini di teliti tentang perbedaan kualitas hidup lansia (domain fisik, domain psikologi, domain sosial dan domain lingkungan) yang tinggal di panti jompo dengan yang tinggal di rumah. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah meneliti tentang kualitas hidup pada lansia.

8 2. Perbedaan Tingkat Kualitas Hidup Pada Wanita Lansia Di Komunitas Dan Panti oleh Setyoadi dkk Tahun 2012. Pada penelitian ini berisi tentang perbedaan tingkat kualitas hidup pada wanita lansia di komunitas dan panti. Penelitian ini memiliki perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu tempat diaksanakannya penelitian. Perbedaan tempat itu adalah penelitian dilakukan di komunitas bukan hanya di panti jompo. 3. Perbandingan Kualitas Hidup Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Dengan Lansia Di Keluarga oleh Iqbal Prasetya Putra, Agrina, Gamya Tri Utami tahun 2014, hasil penelitian kualitas hidup menunjukkan lansia yang tinggal di PSTW mempunyai kualitas hidup yang lebih baik daripada lansia di keluarga, persamaan variabel penelitian terdapat pada kualitas hidup lansia di PSTW. 4. Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia, oleh Amalia Yuliati, Ni'mal Baroya, Mury Ririanty, tahun 2014, Jember. Hasil Penelitian Tidak terdapat perbedaan kualitas hidup lansia di komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia (p=0,100). Persamaan penelitian terdapat pada variabel kualitas hidup. Perbedaan penelitian terdapat pada variabel bimbingan keterampilan.