BAB IV NAVIGASI MAPALSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. begitu saji di terapkan di peta karena adanya variasi magnet bumi, yaitu yang disebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III NAVIGASI MAHASISWA PECINTA ALAM SUNAN AMPEL (MAPALSA) UIN SUNAN AMPEL DALAM MENENTUKAN ARAH KIBLAT

BAB I PENDAHULUAN. Swt. yang utama adalah mendirikan shalat. Perintah ini langsung diturunkan oleh

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON. A. Pengecekan Arah Kiblat Masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon

APA ITU NAVIGASI? TUJUAN BELAJAR NAVIGASI?

Bab 7. Peta Topografi 2012

BAB IV AKURASI METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO JAWA TIMUR

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta

PETA. Jenis Peta berdasarkan penggunaan, dapat dibedakan sebagai berikut.

BAB IV ANALISIS METODE BAYANG-BAYANG AZIMUTH TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID BAITUR ROHIM

CARA MEMBACA PETA TOPOGRAFI Oleh : Drs. Basuki Soen

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh tubuhnya ke arah Ka bah yang berada di Masjidil Haram, karena

BAB IV ANALISIS TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID AGUNG BANTEN. A. Analisis terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Banten

(Fenomena Matahari di Atas Ka bah) Pandapotan Harahap NIM: Abstrak

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

b. Merubah Sudut Kompas ( SK ) menjadi Sudut Peta ( SP )

SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya:

BAB IV ANALISIS TERHADAP AKURASI ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SUNAN AMPEL. A. Analisis Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Sunan Ampel

Menyikapi Fatwa Arah Kiblat. Written by Monday, 19 July :12

Contohnya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya menentukan arah Kiblat ketika hendak melaksanakan shalat. Bagi

KRIDA NAVIGASI DARAT N

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB ARAH KIBLAT DR. ING KHAFID DALAM PROGRAM MAWĀQIT 2001

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari lintasan benda-benda langit pada orbitnya masing-masing.

Studi Analisa Penentuan Arah Kiblat Masjid Raya Al-Mashun Medan

SEGITIGA BOLA DAN ARAH KIBLAT

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

PETA LAPANGAN Oleh : Drs, Basuki Soen

BAB V PENUTUP. menghadap ke bangunan Ka bah, shalatnya tidak sah. Sedangkan orang. perbedaan pendapat, adapun pendapat itu adalah :

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Paparan Data Masjid Ulul Albab (UIN) Maulana Malik Ibrahim

BAB III HASIL STUDI LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam ajaran Islam, menghadap arah Kiblat merupakan suatu

( S A P ) INTERPRETASI PETA TOFOGRAFI DAN FOTO UDARA

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG ARAH KIBLAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENINGKATAN PEMAHAMAN TAKMIR MASJID DI WILAYAH MALANG TERHADAP PENENTUAN AKURASI ARAH KIBLAT

STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON

SISTEM KOORDINAT GEOGRAFIK

BAB V PENUTUP. penulis akan menyimpulkan sebagai jawaban dari beberapa pokok-pokok

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

BAB IV AKURASI METODE ARAH KIBLAT MASJID-MASJID DI DESA SRUNI, KEC. JENGGAWAH, KAB. JEMBER JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

( S A P ) INTERPRETASI PETA TOFOGRAFI DAN FOTO UDARA

CONTOH PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT

BAB II LANDASAN TEORI. hukum menghadap kiblat dan cara menentukan arah kiblat sangat

METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT

KODE ETIK PENCINTA ALAM. Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT

BAB. I Kompas Geologi

BAB IV ANALISIS METODE DAN FAKTA ARAH KIBLAT MASJID DIKECAMATAN WRINGINANOM KABUPATEN GRESIK

IMPK (Ilmu Medan Peta dankompas) Oleh Komunitas Gunung Hutan Madawirna

BAB V PELAKSANAAN SELEBRASI SUJUD SYUKUR OLEH PEMAIN SEMEN PADANG FC (FOOTBALL CLUB)

BAB IV ANALISIS KEAKURASIAN ARAH KIBLAT MASJID SUNAN KALIJAGA KADILANGU DEMAK

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

SOAL UJIAN. NILAI I. PERSOALAN (BETUL-SALAH) 10 SOAL (LINGKARI HURUF (B) BILA BENAR dan HURUF (S) BILA DIANGGAP SALAH

Cara Mudah Penentuan Arah Kiblat

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN LINGKARAN JAM TANGAN ANALOG. A. Prinsip Penentuan Arah Kiblat dengan Menggunakan Lingkaran Jam

BAB IV UJI KOMPARASI DAN EVALUASI QIBLA LASER SEBAGAI ALAT PENENTU ARAH KIBLAT. A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Qibla Laser Setiap Saat Dengan

1. Gambaran permukaan bumi di atas suatu media gambar biasa disebut... a. atlas c. globe b. peta d. skala

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus

BAB I PENDAHULUAN. wajib benar benar menghadap Ka'bah itu ( 'ain Ka'bah) tetapi orang yang jauh

A. JUDUL. Oleh. Drs. H. Nabhan Maspoetra, MM

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Ada laki-laki, ada pula

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

BAB I PENDAHULUAN. mengahadap kiblat adalah salah satu syarat sah shalat. Kiblat yang

Adipandang YUDONO

BAB III AKURASI ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SUNAN AMPEL. A. Sejarah Masjid Agung Sunan Ampel

PERSOALAN (BETUL-SALAH)

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

3.4 PEMBUATAN. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

K O M P A S. Oleh : Drs. Basuki Soen.

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian penulis yang berjudul Perancangan Aplikasi. Mobile Phone, dapat diambil beberapa kesimpulan, bahwa :

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE

Jurnal Madaniyah, Volume 2 Edisi IX Agustus 2015 ISSN Mustofa Kamal, Laporan Penelitian Teknik Penentuan Arah Kiblat

PEDOMAN DAN PERHITUNGAN PENGUKURAN ARAH QIBLAT DI LAPANGAN

GEOGRAFI TEKNIK Untuk SMA Kelas XII Sistem KTSP 2013/2014

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN KE-1 KELOMPOK 4 PEMETAAN SEDERHANA

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

BAB II LANDASAN TEORI

PETA TOPOGRAFI. Oleh Ign. Sudarno

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan oleh setiap umat muslim. Melaksanakan shalat dengan menghadap ke

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENOLAKAN SERTIFIKASI ARAH KIBLAT DI MASJID BAITURRAHMAN SIMPANG LIMA SEMARANG

Transkripsi:

BAB IV NAVIGASI MAPALSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Menghitung Deklinasi Kompas Dalam melakukan navigasi memahami peta dan kompas sangatlah penting, dikarenakan penggunakan kompas tidaklah tinggal melakukan bidikan dan bisa begitu saji di terapkan di peta karena adanya variasi magnet bumi, yaitu yang disebut deklinasi, setiap daerah mempunyai perubahan deklinasi pada setiap thaunnya dengan satuan yang berbeda-beda. Perubahan deklinasi ini ada dua macam yaitu decrese ataupun increase, dapat dikatakan decrease apabila perubahan yang dialami berkurang pada setiap tahunnya, dan dapat dikatakan increase apabila perbahan yang dialami bertambah pada setiap tahunnya, dan yang bersangkutan tentang deklinasi ini sudah di jelaskan di peta topografi yang biasa digunakan oleh anggota Mapalsa. Selain itu tahun pembuatan peta juga akan berpengaruh pada tahun penggunaan, pengaruh tersebut dapat mempengaruhi akan besarnya sudut bidikan kompas saat akan di terapkan dipeta, pengaruh tersebut dikarenakan adanya deklinasi yaitu pergeseran magnet bumi, yang menyebabkan utara kompas tidak sama dengan utara yang ada dipeta, maka sudut kompas harus dikurangi sesuai dengan panduan deklinasi yang sudah ada pada peta, karena setiap daerah mempunyai deklinasi yang berbeda-beda, ada yang bertambah dan ada pula yang berkurang, seperti halnya peta 54

55 gunung Arjuno dengan tahun pembuatan 2000 dan digunakan sebagai pedoman di tahun 2015, maka sudut kompas harus di deklinasi sesuai dengan pedoman yang ada dipeta. Contoh informasi deklinasi yang ada di peta topografi gunung Arjuno: UP US UM Keterangan: UP adalah Utara Peta US adalah Utara Sebenarnya UM adalah Utara Magnetis Diketahui bahwa daerah peta mengalami decrease 1 setiap tahunnya jadi cara untuk menghitung deklinasi yang ada pada peta gunung Arjuno ini adalah: UP-UM = 34 Tahun penggunaan peta- tahun pembuatan peta= 2015-2000=15 Jumlah pengurangan tahun dikalikan dengan decrease jadi 15x1 =15 jadi untuk mengetahui jumlah deklinasi antara utara magnet ke utara peta maka jarak utara peta sampai utara magnet dikurangi (karena

56 decreas) dengan selisih tahun jadi 34-15-=19 jadi setiap bidikan kompas yang akan di terapkan pada peta harus di kurangi 19, misalkan dibikan kompas 30 º maka untuk penerapan yang ada di peta adalah 30 º - 19 = 29 º 41. Dengan begitu deklnasi kompas perlu dipahami oleh navigator, karena sangat berpengaruh pada perhitungan bidikan kompas dengan penerapannya di peta nantinya, apabila navigator tidak menggunakan deklinasi ini maka mustahil akan mendapatkan titik koordinat yang benar. Menurut pendapat penulis menghitung deklinasi keika melakukan pendakian gunung perlu dilakukan karena menghitung deklinasi sangat diperlukan untuk menentukan arah kiblat, dengan demikian apabila ditinjau menurut hukum islam berdasar madzhab Syafi i terdapat dua pendapat tentang masalah arah kiblat pertama, menghadap ke bangunan Ka bah ( ain al-ka bah), dan kedua, menghadap ke arah Ka bah (jihat al-ka bah). Sebagian madzhab Syafi i berpendapat bahwa orang yang dekat ataupun jauh dari Ka bah diwajibkan menghadap ain Ka bah (bangunan Ka bah) atau udaranya yang bersambung (lurus) dengannya. Akan tetapi bagi yang dekat diwajibkan untuk menghadap ain Ka bah atau udaranya itu dengan yakin, misalnya dengan cara melihat atau menyentuhnya dan lain sebagainya yang dapat memberikan suatu keyakinan. Sedangkan yang jauh dari Ka bah maka

57 hendaknya ia menghadap ain Ka bah secara dzan (dugaan kuat), bukan hanya sekedar menghadap ke arahnya, berdasarkan pendapat yang mu tamad (kuat). 1 Menurut Malikiyah dan Syafi iyah apabila terjadi kekeliruan dalam arah kiblat yang diketahui pada saat sedang salat maka salatnya harus dibatalkan dan diulangi lagi dengan menghadap ke arah kiblat yang diyakini kebenarannya. Demikian juga apabila kekeliruan itu baru diketahui setelah salat selesai dikerjakan. Salat tersebut harus diulangi kembali (I âdah). Mereka menganggap orang tersebut seperti seorang hakim yang telah memutus perkara yang ternyata bertentangan dengan nash. Maka, hakim tersebut harus meralat putusannya karena bertentangan dengan nash. B. Menentukan Titik Koordinat Keberadaan Selain pentingnya mengetahui titik koordinat sebagai perencanaan perjalanan ketika melakukan pendakian mengetahui titik koordinat keberadaan juga sangat penting dalam menentukan arah kiblat yang menggunakan navigasi, dengan itu untuk mengetahui koordinat keberadaan haruslah mengetahui titik koordinat posisi lintang dan bujur, karena mengetahui posisi lintang dan bujur termasuk langkah dalam menentukan arah kiblat. Langkah yang digunakan untuk menentukan titik koordinat keberadaan adalah dengan cara melakukan resection, yaitu menentukan kedudukan atau posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection 1 Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Empat Madzhab, (tt: Daarul Ulum Press, 1996), h. 42

58 membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik. Langkah-langkah resection adalah melakukan orientasi peta, mencari tanda medan yang mudah dikenali dilapangan dan di peta, minimal dua buah, dengan penggaris tarik garis lurus sumbu pada pusat tanda-tanda medan itu, membidik dengan kompas tanda-tanda medan itu dari posisi kita,sudut bidikan dari kompas itu disebut azimuth, memindahkan sudut bidikan menjadi back azimuth yang didapat kemudian diteraapkan ke peta, dan hitung sudut lurusnya, perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi di peta. Langkah selanjutnya menentukan keberadaan titik koordinat lintang dan bujur, degan cara menghitung antara lintang dan buju terdekat yang sudah ditentukan oleh peta, pada setiap karvaknya terdapat 37mm berbanding dengan 30 detik maka untuk mengetahui berapa satuan detik dari setiap milimeternya maka harus dilakukan perhitungan pembagian dari detik dibagi millimeter, jadi pembagiannya adalah 30/37 dan ditemukan 0,81 detik untuk setiap milimeternya, kemudian melakukan pengukuran dari lokasi yang sudah ditemukan di peta dengan titik bujur maupun lintang terdekat Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa menentukan titik koordinat posisi atau keberadaan sangat berguna dalam ilmu navigasi, yaitu sebagai perencanaan untuk melakukan perjalanan pendakian bisa juga bermanfaat untuk

59 mengevaluasi perjalanan yang sudah dilalui agar tetap pada jalur pendakian, dan juga bisa sebagai langkah awal untuk melakukan penentuan arah kiblat, karena arah kiblat merupakan syarat wajib dalam menjalankan ibadah shalat sedangkan penentuannya harus sesuai dengan keilmuan. Menurut madzhab Hanafi orang yang shalat tidak lepas dari dua keadaan, pertama, mampu untuk melakukan shalat dengan menghadap kiblat, kedua, melakukan shalat tetapi tidak mampu untuk menghadap kiblat. Jika ia mampu melakukannya, maka ia wajib shalat dengan menghadap kiblat. Jika ia termasuk orang yang dapat melihat Ka bah, maka kiblatnya adalah bangunan Ka bah ( ain alka bah) tersebut, yaitu dari arah mana saja ia melihatnya. Sehingga, seandainya ia melenceng dari bangunan Ka bah, tanpa menghadap pada salah satu bagian banguann Ka bah, maka shalatnya tidak sah. Hal ini berdasarkan firman Allah Swt: Artinya:...Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Ka bah (Q.S Al Baqarah/2 : 150) 2 Jika ia tidak melihat Ka bah, maka ia wajib menghadap ke arahnya ( jihat alka bah), yakni kepada dinding-dinding mihrab (tempat shalatnya) yang dibangun dengan tanda-tanda yang menunjuk pada arah Ka bah, bukan menghadap kepada 2 Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006

60 bangunan Ka bah. Dengan demikian, kiblatnya ada lah arah Ka bah bukan bangunan Ka bah. 3 C. Menentukan Arah Kiblat Dalam penentuan arah kiblat dengan menggunakan navigasi ini hanyalah digunakan ketika anggota mapalsa sedang melakukan pendakian, karena saat berada di gunung maupun di hutan tidaklah ditemukan Masjid atau Mushollah, maka dalam menentukan arah kiblat diperlukan metode untuk mengetahuinya, dan sedangkan penguasaan arah yang di gunakan anggota Mapalsa adalah navigasi, maka navigasi inilah yang di gunakan untuk menentukan arah kiblat, adapun langkahnya adalah menggunakan selisih antara koordinat bujur dan lintang ka bah dengan koordinat bujur dan lintang keberadaan atau posisi, setelah diketahui dilakukan perhitungan dengan rumus sudut pitagoras α = arc tan kemudian 360 dikurangi dengan hasil perhitungan yang menggunakan rumus sudut pitgoras tadi dan itulah sudut azimuth ka bah. Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan menggunakan rumus diatas, arah kiblat yang didapat ketika melakukan pendakian di gunung arjuno menghasilkan sudut bidik azimuth kearah ka bah dengan sudut bidikan 290.1107938º sedangkan pada literatur yang penulis dapatkan pada buku yang berjudul kontoversi 3 Ali Mustafa Yaqub, Kiblat Antara Bangunan dan Arah Ka bah, (Jakarta: Pustaka Darus- Sunnah, 2010), h. 18-19

61 arah kiblat 4 untuk arah kiblat didaerah Malang 294º 13 dengan rentang 293º 48 sampai dengan 294º 37 maka dari itu dapat disimpulkan bahwa akurasi navigasi dalam penentuan arah kiblat yang dilakukan Mapalsa masih kurang akurat. Oleh karena itu, dalam menentukan arah kiblat harus dilakukan dengan metode mengerahkan segala kemampuan (ilmu pengetahuan) semaksimal mungkin sebagaimana layaknya sebuah ijtihad. Atas dasar itu, Imam Syafi I dalam kitabnya al-risâlah memberikan contoh aktifitas ijtihad adalah menentukan arah kiblat. Akibatnya, pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, tetapi harus oleh ahlinya sehingga menghasilkan arah kiblat yang akurat yang dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan. 4 Nur Kholis Majid,2014, Kontroversi Arah Kiblat, (Surabaya : Uin Sunan Ampel Press)hal. lampiran daftar arah kiblat kabupaten/kota se-indonesia.