BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pelaksanaan Syirkah Antara Pemilik Kapal Dengan Nelayan Di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN RESIKO SENGKETA PADA KEMITRAAN TERNAK AYAM DI DESA NONGKOSAWIT KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

DAFTAR TABEL. 1. Sebaran jumlah koperasi di Pulau Sumatera berdasarkan provinsi, tahun

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISA DATA. Daar Al-Fikri, 1989), h Pundi Akara, 2006), h Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuha, (Damaskus:

BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN SISTEM MUD{A>RABAH MUSYA>RAKAH PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA SURABAYA

BAB IV ANALISIS PRAKTIK BAGI HASIL HIBAH SAPI DI DESA MOJOMALANG KECAMATAN PARENGAN KABUPATEN TUBAN

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun landasan teori yang akan diuraikan adalah teori-teori yang

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai nelayan. Masyarakat nelayan memiliki tradisi yang berbeda. setempat sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari.

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. 1. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian. Kabupaten Kapuas merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURĀBAḤAH DALAM BENTUK PERJANJIAN PIUTANG MURĀBAḤAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BAGI HASIL USAHA WARUNG KOPI DI DESA PABEAN KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV CV BINTANG ELMI VISION LAMONGAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang implementasi shirkah yang

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

BAB II Landasan Teori

PERLAKUAN AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGELOLAAN REKSA DANA MELATI US DOLLAR

PEMBIAYAAN MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA TANAH TEGALAN YANG DI KELOLA KELOMPOK TANI DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO

BAB III LANDASAN TEORI. suku bangsa, sejak dahulu sampai sekarang 1. Sebelum kita membahas apa itu

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur semua aspek kehidupan manusia, baik aqidah, ibadah, akhlak. membeda-bedakan antara muslim dan non muslim.

Perbankan Syariah. Transaksi Musyarakah. Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

BAB III KONSEP EKONOMI ISLAM TENTANG BAGI HASIL. profit sharing. Profit dalam kaus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara

AKAD-AKAD DI DALAM PASAR MODAL SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK AKAD JUAL BELI IKAN NELAYAN (STUDI KASUS DI DESA PANGKALAN KECAMATAN SLUKE KABUPATEN REMBANG)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA PENGAMBILAN SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (DEPOSITO) SEBELUM JATUH TEMPO DI BMT SYIRKAH

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil pembahasan penelitian bab sebelumnya, maka peneliti dapat. menyimpulkan :

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP SURABAYA. A. Analisis Berdasarkan Hukum Islam Terhadap Kontrak, Prosedur, Realisasi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH. perbolehkan penggunaanya, Jelas, mempunyai tujuan dan maksud, yang

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Model Pembiayaan Akad Mudharabah Di BMT HARUM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMESANAN PRODUK PAKET AQIQAH DI MITRA AQIQAH MANDIRI KATERING JAMBANGAN SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP INVESTASI HIGH YIELD INVESTMENT PROGRAM (HYIP) DENGAN SISTEM ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan penghasilan. Setiap usaha tidak dapat dilakukan sendiri tanpa

Pengertian Akad Mudharabah Jenis Akad Mudharabah Dasar Syariah Prinsip Pembagian Hasil Usaha Perlakuan Akuntansi (PSAK 105) Ilustrasi Kasus Akad

mud}a>rabah dalam usaha peternakan sapi. Yang mana Taufiq sebagai

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Akad Jual-beli Galian Tanah di Desa Randuharjo Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Helmi Karim, Op Cit, Hlm. 29

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan. Dalam hal ini perlunya interaksi antara sesama. Di samping. hidup. Dalam ekonomi dikenal dengan istilah bekerja.

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis terhadap Akad bisnis Advertising dengan pendapatan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara bahasa syirkah berasal dari bahasa arab, yaitu: Artinya: Bersekutu, berserikat.

Prinsip Syariah pada Pasar Keuangan October Bagaimana cara mengembangkan pasar?

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB IV PRAKTIK JUAL BELI INTAN DENGAN PERANTARA DI PASAR INTAN MARTAPURA KABUPATEN BANJAR

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG METODE BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH. No.12, yang dimaksud pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah:

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA IKLAN PERSEROAN TERBATAS RADIO SWARA PONOROGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PROLIMAN DALAM PENGAIRAN SAWAH DI DESA BEGED KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TENTANG AKAD QIRAD}{ DI GERAI DINAR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi syariah yang berlandaskan nilai Al-Qur an dan Al-Hadis. ditugaskan oleh Allah SWT untuk mengelola bumi secara amanah.

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI LELANG ONLINE DI BALELANG.COM. menyetujui segala ketentuan-ketentuan yang Balelang.

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB V PENUTUP. Sabalah. Di kelurahan ini sangat banyak terdapat masyarakat yang menggantungkan

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia menerima dan memberikan

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

BAB IV STOCK INDEX FUTURE TRADING DI CENTRAL CAPITAL FUTURES DALAM PERSPEKTIF MADZHAB SYAFI I

BAB IV. Surabaya ini termasuk pada bab ija>rah karena merupakan akad yang objeknya. Menurut bapak A. Djohan Hidayat selaku PJS Penyelia Umum & SDM,

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pelaksanaan Syirkah Antara Pemilik Kapal Dengan Nelayan Di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan dilapangan seperti yang telah di paparkan pada BAB III merujuk pada BAB II sebagai landasan teori, bahwa praktek syirkah antara pemilik kapal dan nelayan di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur, adalah akad dilakukan secara lisan antara pemodal dan nelayan, mereka berserikat dalam pembuatan kapal untuk mencari ikan tetapi dengan modal yang tidak sama, dalam pembuatan satu buah kapal biayanya mencapai Rp.300.000.000 tergantung bahan yang digunakan. Pemodal hanya berkontribusi modal saja dan tidak berkontribusi tenaga yaitu sebesar Rp.220.000.000 karna pemodal berkontribusi dana lebih besar maka disebut dengan pemilik kapal dan sisanya nahkoda berkontribusi Rp.80.000.000 dan juga sebagai pengelola kapal, dan nelayan (ABK) hanya berkontribusi tenaga saja. Dalam sekali melaut, nahkoda dan nelayan bisanya sampai tuju hingga sepuluh hari. Ikan hasil tangkapan dijual setiap hari, biasanya ada nelayan lain yang membelinya untuk dijual ke pasar namun terkadang juga mereka menjualnya ke pelelangan ikan terdekat. Namun hasil tangkapan ikan terakhir apabila hendak pulang harus di jual kepada pemilik kapal dengan harga lebih rendah dari pasaran. Kerja sama seperti tersebut di atas dalam Islam disebut dengan Syirkah al-mudharabah, yaitu kontrak kerja sama antara pemilik modal dan seorang pekerja untuk mengelola uang dari peilik modal dalam perdagangan dan usaha tertentu yang keuntunganya dibagi sesuai kesepakatan. pemilik kapal berkontribusi modal saja, nahkoda berkontribusi modal dan kerja dan nelayan hanya berkontribusi tenaga saja. Syirkah al

54 Mudharabah dapat dikatakan sah apabila memenuhi rukun dan syarat syirkah, rukun dan syarat syirkah yang pokok ada tiga yaitu : 1. akad (ijab kabul) disebut juga sighat. Akad yang dilakukan antara pemilik kapal dan nelayan dilakukan secara lisan, yaitu dengan cara musyawarah agar kedua belah pihak menemui kesepakatan dalam perjanjian. Dalam Islam, akad seperti itu tetap sah selagi maksud dan tujuanya tersampaikan dan dapat di mengerti oleh kedua belah pihak. 2. Dua atau lebih pihak yang berakad (aqidani), syaratnya harus memiliki kecakapan (ahliyah) melakukan tasharuf (pengelolaan harta). Pihak yang berkontrak disyaratkan bahwa mitra harus kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan. Dalam hal ini baik pemilk kapal, nahkoda dan nelayan sama-sama sudah dewasa dan cakap hukum. 3. Objek akad, disebut juga ma qud alayhi, yang mencakup pekerjaan dan modal. Objek kontrak (dana dan kerja) harus uang tunai, emas, perak atau yang bernilai sama. Dalam hal ini modal antara pemilik kapal dan nelayan berbentuk tunai yaitu pemilik kapal sebesar Rp.220.000.000 dan nahkoda Rp.80.000.0000. Hukum syirkah mudharabah adalah jaiz (boleh), dalam syirkah ini kewenangan melakukan tasharuf (usaha) hanyalah menjadi hak pengelola (mudharib atau amil). Pemodal tidak berhak turut capur dalam tasharuf, namun demikian pengelola terikat dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh pemodal. Menurut pendapat Uama Hanabilah bila dalam syirkah mudharabah ada persyaratan-persyaratan maka syirkah mudharabah tersebut menjadi rusak (fasid). Sedangakan menurut Abu Hanifah dan Ahmad Ibn Hambal, syirkah mudharabah tersebut sah.

55 Jadi pelaksanaan syirkah yang terjadi di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur belum sesuai dengan Hukum Islam, karena pemilik kapal mensyaratkan agar hasil dari pengkapan ikan terakhir agar dijual kepadanya dengan harga yang lebih rendah dari pasaran. Hal tersebut tentu saja merugikan pihak nahkoda dan nelayan. B. Analisis Tinjauan Hukum Islam Tentang Pembagian Keuntungan dan Kerugian antara Pemilik Kapal dan Nelayan di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan dilapangan seperti yang telah di paparkan pada BAB III merujuk pada BAB II sebagai landasan teori, bahwa pembagian keuntungan dan kerugian antara pemilik kapal dan nelayan yang terjadi di akelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur, yaitu dengan sistem sepojok, begitu masyarakat sering menyebutnya. Sistem pembagian sepojok adalah kerja sama penanaman modal dalam pembuatan kapal antara nahkoda dan juragan, mereka berserikat mengumpulkan uang modal untuk membuat sebuah kapal namun dengan modal yang tidak sama. Dalam pembuatan satu buah kapal umumnya memerlukan dana 300 juta rupiah, Nahkoda berkontribusi tenaga dan juga modal tetapi hanya sebagian, yaitu hanya Rp.80.000.000 saja, sisanya dari pemodal yaitu juragan (pemilik kapal). Pemilik kapal hanya berkontribusi modal saja, sedangkan nahkoda berkontribusi modal dan juga tenaga yaitu sebagai pengelola modal. Dalam mengelola modal dalam hal ini yaitu mencari ikan dilaut tentu saja nahkoda tidak sendirian, dalam satu kali melaut biasanya sebuah kapal terdiri dari 1 orang nahkoda dan 5 orang anak buah kapal (ABK). Dalam mencari ikan dilaut tentu saja hasil yang didapat tidak menentu, tergantung musim dan keadaan alam. Misalnya dalam satu kali melaut hasil tangkapan ikan berjumlah Rp.50.000.000, dipotong untuk bahan bakar kapal Rp.5.000.000 perbekalan Rp.5.000.000, apabila terjadi kerusakan kapal atau jaring maka

56 dipotong biaya perbaikan, namun jika tidak ada kerusakan maka tidak. jadi sisanya Rp.40.000.000 kemudian dibagi dua antara pemilik kapal 50% dan ABK 50%. Maka hasil yang diperoleh ABK (nelayan dan nahkoda) yaitu Rp.20.000.000 dibagi enam (karna jumlah ABK 6 orang termasuk nahkoda) masing masing mendapat bagian kurang lebih Rp.3.333.000. namun nahkoda mendapat tambahan bagian dari pemilik kapal sejumlah bagian yg dia dapatkan dari pembagian bersama ABK yaitu Rp.3.333.000 dari penanaman modal saat membuat kapal dengan juragan (pemilik kapal). Jadi nahkoda mendapat dua bagian Rp.6.666.000 yaitu dari hasil melaut dan juga dari hasil percampuran modal dalam pembuatan kapal. Sistem pembagian seperti ini yang mereka namakan dengan sistem sepojok. Agama tidak memberikan suatu ketentuan yang pasti tentang kadar keuntungan yang akan dimiliki oleh masingmasing pihak yang melakukan perjanjian mudharabah. Prosentase keuntungan yang akan dibagi antara pemilik modal dan pelaksana usaha bisa dibagi rata atau tidak dibagi rata. Hal ini dipulangkan kepada kesepakatan yang telah mereka buat sebelumnya. Salah satu prinsip penting yang diajarkan oleh Islam dalam lapangan muamalah ini adalah bahwa pembagiaan itu dipulangakan kepada kesepakatan yang penuh kerelaan serta tidak merugikan dan dirugikan oleh pihak manapun. 1 Apabila terjadi kerusakan kapal dan kerugian, maka biayanya mereka tanggung bersama, yaitu diambil dari hasil mereka melaut seblum dibagikan kepada pemilik kapal, nahkoda dan nelayan. Syariat memberikan izin untuk meningkatkan laba atas kontrak kontribusi masing-masing pihak dalam aset bisnis ini. Meskipun demikian, syarat mengharuskan agar kerugian dibagi secara proposional berdasarkan besarnya kontribusi terhadap modal. Sebagian ulama berpendapat bahwa keuntungan dan kerugian mesti menurut perbandingan modal. Apabila seorang 1 Helmi Karim, Fiqih Muamalah, cetakan pertama, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm 16

57 yang bermodal Rp 100.000 dan yang lainya 50.000. maka yang pertama mesti mendapat 2/3 dari jumlah keuntungan, dan yang kedua mendapat1/3 nya. Begitu juga kerugian, mesti menurut perbandingan modal masing-masing. Akan tetapi, sebagian ulama berpendapat tidak mesti sama menurut perbandingan modal, boleh berlebih-berkurang menurut perjanjian antara keduanya waktu mendirikan perusahaan (perserikatan). 2 Berdasarkan uraian di atas dapat di fahami bahwa pembagian keuntungan dan kerugian antara pemilik kapal, nahkoda dan nelayan adalah belum sesuai dengan hukum Islam, karna dalam melakukan kegiatan mencari ikan dilaut terkadang hasil yag diperoleh tidak sesuai dengan resiko yang dihadapi, apabila pembagian keuntungannya 50% 50% dan pemilik kapal tidak melakukan kontribusi kerja sedangkan resiko tetap di tanggung bersama. meskipun Agama tidak memberikan suatu ketentuan yang pasti tentang kadar keuntungan yang akan dimiliki oleh masing-masing pihak yang melakukan perjanjian syirkah mudharabah. Salah satu prinsip penting yang diajarkan oleh Islam dalam lapangan muamalah ini adalah bahwa pembagiaan itu dipulangakan kepada kesepakatan yang penuh kerelaan serta tidak merugikan dan dirugikan oleh pihak manapun. 2 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Cetakan ke 26, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 1996, hlm 298