BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. pengganti dan penerus yang mendahuluinya, dan sebagai pewaris-pewaris di muka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan negara. Pendididkan memiliki peranan yang sangat penting pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Pasal 1 Ayat (2) Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013.

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia haruslah dilakukan dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1). Tujuan pendidikan merupakan menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sediri memotivasi kita lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab penuh dalam menjalankan amanat pendidikan. Pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan Tujuan Pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1).

2 Dalam pembelajaran juga diperlukan acuan untuk merancang suatu rencana pembelajaran yang disebut dengan kurikulum. Pada kurikulum terdapat suatu aturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajran, agar dalam proses pembelajaran tercapai dengan baik. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. (Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas). Kurikulum yang digunakan saat ini masih menggunakan kurikulum 2013 atau sering disebut kurtilas. Pada kurikulum tahun 2013 terletak pada standar proses yaitu yang semula terfokus pada eksplorasi,elaborasi dan konfirmasi, pada kurikulum 2013 dilengkapi dengan pendekatan scientific atau mengamati (observing), menanya (questioning), mengeksplorasi (eksploring), mengasosiasi (associating), dan mengkomunikasikan (communicating). Disinilah letak perubahan paradigma dari pendekatan Teacher Center menjadi Student Center, karena peserta didik betul-betul dituntut untuk beraktivitas dari mulai mengamati, menanya, mencoba, menalar sampai mengkomunikasikan. Sehingga proses belajar tidak hanya terjadi diruang kelas saja, tetapi juga dilingkungan sekolah, alam dan masyarakat agar aktivitas peserta didik lebih luas. Tujuan dari kurikulum 2013 yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemapuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, benegara, dan peradaban dunia. Kebijakan perubahan kurikulum, pada saat ini yang diperlukan adalah kurikulum pendidikan yang berbasis karakter, dalam arti kurikulum itu sendiri memiliki karakter dan sekaligus diorientasikan bagi pembentukan karakter peserta didik. Perbaikan kurikulum merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum itu sendiri, bahwa suatu kurikulum yang berlaku harus secara terus-menerus dilakukan peningkatan dengan mengadopsi kebutuhan yang berkembang dalam masyarakat dan kebutuhan peserta didik. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi.

Untuk mencapai tujuan nasional, pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Namun fakta dilapangan belum menunjukan hasil yang memuaskan. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan dalam proses, dan cara-cara memecahkan masalah. Kenyataan dilapangan, siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupa nyata atau pengalaman siswa yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Sehingga, sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dan bagaimana pengetahuan itu akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru. bahwa: Bruner dalam Trianto Ibnu Al-Thabany (2014, hlm. 8) mengemukakan Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Suatu konsekuensi logis, karena dengan adanya berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret pula memecahkan masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik. 3 Pembelajaran yang ideal merupakan interaksi yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar dalam rangka menumbuh kembangkan potensinya, mental intelektual, emosional, fisik yang meliputi ranah kognitif, afektif, psikomotor. Proses ini menunjukan adanya peristiwa yang memungkinkan terjadinya aktivitas, motivasi siswa dalam mewujudkan tujuan yang ingin dicapai dan guru perlu membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, memahami nilai dan sarana mengeksplorasi kemampuannya. Dalam proses pembelajaran diperlukan peran guru sebagai pengelola yang bertanggung jawab merencanakan program pembelajaran berdasarkan pedoman yang berlaku, menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai siswa, melaksanakan kegiatan pembelajaran sekaligus mengorganisasikan sumber-sumber belajar yang memungkinkan tercapainya tujuan secara efektif dan efisien. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada

4 pemahaman. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang di sampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak efektif, sehingga siswa menjadi bosan dan kurang minat dalam pelajaran dan akhirnya siswa kurang termotivasi dan rasa percaya diri yang dimiliki siswa juga berkurang serta mengalami kesulitan dalam kemampuan dan berdampak pada hasil belajar siswa itu sendiri. Kegiatan belajarmengajar diperlukan guru yang kreatif, yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh siswa. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Perubahanperubahan orientasi perkembangan tuntutan zaman, menghendaki perubahan strategi, dan model, menuntut adanya perubahan sistem pembelajaran. Disesuaikan dengan tuntutan kurikulum 2013, sesuai dengan peraturan No. 18 1A pedoman umum pembelajaran yang mengatur tentang model pembelajaran yang digunakan pada kurikulum 2013, yaitu: (1) Project Based Learning; (2) Problem Based Learning; (3) Discovery Learning; (4) Inquiry Learning. Subjek penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas IV SDN 161 Sukapura Bandung Tahun Ajaran 2017/2018. Diketahui bahwa salah satu subtema dari tema Indahnya Kebersamaan yang sulit dipahami oleh siswa adalah subtema Keberagaman Budaya Bangsaku. Dari wawancara tersebut diperoleh data hasil belajar yang ditunjukan siswa pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku masih tergolong rendah, seperti rendahnya pemahaman materi yang disampaikan oleh guru, rendahnya kemampuan siswa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru, walaupun ada yang menjawab pertanyaan jawabannya seringkali kurang tepat, siswa tidak berani mengemukakan pendapatnya, rasa percaya diri siswa juga tergolong rendah. Kondisi siswa di lapangan pasif tidak aktif dalam melakukan pembelajaran, karena pembelajaran masih berpusat kepada guru sehingga siswa sulit menerima materi pembelajaran dan tidak menuangkan pemikirannya terhadap apa yang sedang dipelajari. Dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang

5 yang terdiri dari laki-laki 18 orang dan 14 orang perempuan dengan latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Selain rasa percaya diri rendah, hasil belajar siswa pun sangat rendah, hal ini terlihat dari jumlah siswa 25 orang sebanyak (65% siswa) mendapatkan nilai dibawah standar KKM, dan jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak (35% siswa) dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dengan bobot nilai 75. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75 yang telah ditentukan oleh sekolah. Setiap siswa dikatakan lulus apabila mencapai nilai 75, dengan KKM telah dicapai oleh 75% dari jumlah keseluruhan siswa dalam satu kelas. Berdasarkan pembahasan di atas, rendahnya rasa percaya diri dan hasil belajar siswa yang terjadi di kelas IV SDN 161 Sukapura disebabkan karena faktor dari guru dan siswanya sendiri. Pada pembelajaran tersebut guru menggunakan model ceramah, yaitu sebuah model mengajar dengan cara menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa, yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Jelaslah bahwa dalam pembelajaran tersebut tidak terlihat adanya aktifitas siswa, karena siswa hanya duduk terdiam mendengarkan apa yang dibicarakan oleh guru. Sehingga siswa kurang aktif dan hasil belajar pun kurang maksimal. Kurangnya motivasi guru dalam belajar juga merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Selain itu, kebanyakan tenaga pendidik zaman sekarang tidak mengajak siswa dalam memecahkan masalah sendiri. Dalam proses pembelajaran guru yang lebih mendominasi dibandingkan dengan siswa. Sehingga menyebabkan rasa percaya diri siswa dan kemampuan siswa dalam berpikir kritis siswa pun menjadi sangat rendah. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasi permasalah ini yaitu model pembelajaran Problem Based Learning. Melalui model Problem Based Learning ini siswa dapat belajar lebih aktif dan menarik dalam belajar. Kegiatan belajar-mengajar diperlukan guru yang kreatif, yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh siswa maka dari itu penulis memilih model pembelajaran Problem Based Learning. Problem Based Learning kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsipprinsip melalui proses mentalnya sendiri. Proses mental yang dimaksud adalah

mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang inovatif yang berpusat pada siswa dan menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana siswa diberikan peluang bekerja secara otonom menkontrusi belajar. Model ini menggunakan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model Problem Based Learning menurut Kurniasih dan Sani (2014, h.75) mengatakan bahwa: Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real word). Menurut Barrow dalam buku Uum Murfiah (Huda, 2015 h. 271) menyatakan bahwa Model Problem Based Learning menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Menurut Bar dan Tagg dalam buku Uum Murfiah (Huda, 2015 h. 217) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma pengajaran menuju paradigma pembelajaran. Keunggulan atau kelebihan dari model Problem Based Learning (Imas dan Sani, 2016 h. 48) adalah: pertama mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif siswa, kedua dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah para siswa dengan sendirinya, ketiga meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, keempat membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi serba baru, kelima dapat mendorong siswa mempunyai inisiatif belajar secara mandiri, keenam mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan. 6

7 Dari berbagai pendapat yang telah disebutkan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu model pelajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Proses pembelajaran dengan model ini, guru hanya dapat bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, alogaritma dan semacamnya. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning ini tidak hanya digunakan pada penelitian yang peneliti di lapangan, tetapi dilihat dari hasil penelitian terdahulu yang di ambil dari skripsi Evi Nurul Khuswatun tahun 2013 yang berjudul Pendekatan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Bilangan Pecahan. Penelitian ini berkaitan pada tiga hal yang menjadi jawaban dari rumusan masalah, yaitu perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan peningkatan pemahaman konsep siswa. Pendekatan Problem Based Learning terbukti dapat meningkatkan konsep siswa kelas IV SDN Inpres Cikahuripan Lembang Kabupaten Bandung Barat pada materi bilangan pecahan dan operasi hitung campuran. Aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran pun menunjukkan peningkatan. Hasil angket menunjukkan bahwa siswa memiliki tanggapan yang baik terhadap pembelajaran dan menurut jurnal siswa mereka mengungkapkan pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning cukup berkesan. Selain itu, seperti yang terdapat dalam skripsi Desti Yuliana (2015, h. 40) mahasiswa Universitas Pasundan Bandung melakukan penelitian dengan judul skripsi penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan rasa percaya diri dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Asmi pada subtema wujud benda dan cirinya. Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN Asmi dengan jumlah 37 orang siswa. Masalah yang dihadapi peneliti adalah rasa percaya diri rendah dan hasil belajar yang belum sesuai dengan KKM. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Dari analisa penelitian diperoleh kesimpulan setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning rasa percaya diri dan hasil belajar siswa

8 dalam subtema wujud benda dan cirinya dapat tercapai sesuai KKM pada siklus II. Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis mengkaji lebih dalam tentang pembelajaran Problem Based Learning terkait dengan upaya meningkatkan rasa percaya diri dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 161 Sukapura Tahun Ajaran 2017/2018 dan melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri dan Hasil Belajar Siswa Pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat diideentifikasi sebagai berikut: 1. Sebagian besar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diharapkan, hal tersebut karena siswa tidak diajak belajar penemuan melalui pengamatan/penyelidikan langsung atas objek materi pembelajaran. 2. Pembelajaran tidak interaktif, hal ini disebabkan karena siswa tidak didorong untuk secara langsung berinteraksi dengan objek yang dipelajari dan berinteraksi deengan teman sebayanya untuk mendiskusikan hasil penyelidikannya. 3. Pembelajaran Student Center Learning (SCL), tidak berlangsung sebagaimana seharusnya. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran, sementara siswa pasif. Hal ini dikarenakan guru menggunakan metode ceramah saja, siswa hanya mencatat dan mengisi latihan soal. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan maka penulis merumuskan masalah utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan rasa percaya diri dan hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 161 Sukapura dalam subtema Keberagaman Budaya Bangsaku?

9 2. Pertanyaan Penelitian Mengingat rumusan utama sebagaimana telah diutarakan di atas masih terlalu luas sehingga belum secara spesifik menunjukkan batas-batas mana yang harus diteliti, maka rumusan masalah utama tersebut kemudian dirinci dalam bentuk pertanyaan- pertanyaan peneliti sebagai berikut: a. Bagaimanakah rasa percaya diri dan hasil belajar siswa pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku sebelum siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning? b. Bagaimana respon siswa selama siswa mengikuti pembelajaran pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku dengan menggunakan model Problem Based Learning? c. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama siswa mengikuti pembelajaran pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku dengan menggunakan model Problem Based Learning? d. Bagaimana dokumen pembelajaran yang dipersiapkan guru pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning? e. Bagaimana aktivitas guru selama guru melaksanakan pembelajaran pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku dengan menggunakan model Problem Based Learning? f. Bagaimana hasil belajar dan rasa percaya diri siswa sesudah siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning? D. Tujuan Penelitian 1. Secara Umum Untuk meningkatkan rasa Percaya diri dan hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 161 Sukapura pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku dengan model Problem Based Learning. 2. Secara Khusus Merumuskan masalah melalui pertanyaan peneliti: a. Untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan penggunaan model Problem Based Learning pada subtema Keberagaman Budaya

10 Bangsaku agar rasa percaya diri dan hasil belajar siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 161 Sukapura meningkat. b. Untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 161 Sukapura dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku. c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 161 Sukapura dengan model pembelajaran Problem Based Learning pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Agar meningkatkan rasa percaya diri dan hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 161 Sukapura dengan subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada model pembelajaran Problem Based Learning. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: a. Bagi Guru Manfaat penelitian bagi guru: 1) Agar guru memiliki gambaran menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning dalam pembelajaran subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kelas IV Sekolah Dasar Negeri 161 Sukapura. 2) Agar guru mampu menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran subtema Keberagaman Budaya Bangsaku kelas IV Sekolah Dasar Negeri 161 Sukapura. 3) Agar guru dapat menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sesuai dengan karakteristik siswa sehingga materi pelajaran dapat disampaikan dengan baik.

11 b. Bagi Siswa Manfaat penelitian bagi siswa adalah sebagai berikut: 1) Agar rasa percaya diri siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 161 Sukapura dalam pembelajaran subtema Keberagaman Budaya Bangsaku meningkat setelah menggunakan model Problem Based Learning. 2) Agar hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 161 Sukapura dalam pembelajaran subtema Keberagaman Budaya Bangsaku meningkat setelah menggunakan model Problem Based Learning. c. Bagi Sekolah Manfaat penelitian bagi siswa adalah sebagai berikut: 1) Agar dapat memberikan masukan baru mengenai cara belajar menggunakan model Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah yang mengakibatkan lulusan sekolah semakin berkualitas, sehingga kepercayaan masyarakat pada sekolah semakin positif. d. Bagi Peneliti Manfaat penelitian bagi peneliti adalah sebagai berikut: 1) Agar menambah wawasan tentang penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning. 2) Agar setelah pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas. 3) Bahan referensi bagi peneliti yang lain tatkala akan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku. F. Definisi Operasional Adapun beberapa istilah sesuai judul penelitian yang perlu dijelaskan agar tidak terjadi salah penafsiran, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang

12 menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real word). Menurut Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014, h. 75) 2. Percaya Diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. 3. Hasil Belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2009, h. 22) Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. G. Sistematika Skripsi Skripsi ini dikelompokkan menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penyampaian sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan 2. Bab II Kajian Teori 3. Bab III Metode Penelitian 4. Bab IV Penelitian dan Pembahasan 5. Bab V Kesimpulan dan Saran