BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebaangsaan yang berkembang saat ini, diantaranya disorientasi dan belum

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: EVIEN NUR MAULIDA VIDIANA A

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bermasyarkat. Menurut Samani dan

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat diandalkan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memberikan contoh hal-hal yang baik dan positif. Penanaman karakter yang

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peradaban dunia. Menurut pasal 1 ayat (19) Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai

Penentuan Penerimaan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Dengan Menggunakan Fuzzy Multiple Atribute Descission Making

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan.

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter merupakan perwujudan amanat dari Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

MENUMBUHKAN KARAKTER PADA ANAK MELALUI TUTORIAL SIMULASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nilai karakter merupakan sebuah istilah yang semakin hari semakin

PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Paskibra di SMA Negeri 1 Sragen) NASKAH PUBLIKASI

PENGGAMBARAN KARAKTER KERJA KERAS PADA FILM MENEBUS IMPIAN (Analisis Isi untuk Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu Negara berkembang, merupakan Negara yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB 2 LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus, pemuda harus dibina dan dipersiapkan sebaik baiknya untuk

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ketertinggalan akademik, tetapi lengah dalam membangun karakter. Pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. tonggak majunya suatu negara. Diera globalisasi ini pendidikan semakin

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan saat ini masih dipercaya sebagai media yang ampuh dalam

Oleh: LITA AYU SOFIANA A

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sely Lamtiur, 2014 Model kantin kejujuran bagi pengembangan karakter jujur siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebaangsaan yang berkembang saat ini, diantaranya disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila, minimnya kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, ancaman disintegrasi bangsa, dan melemahnya kemandirian bangsa. Untuk itu diperlukan pembangunan karakterwarga negara, agar negara Indonesia menjadi tangguh. Karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan mesin yang mendorong bagaimana seseorang individu bertindak, bersikap, dan merespon sesuatu. Ciri ini pula yang diingat oleh orang lain tentang orang tersebut, sekaligus menentukan suka atau tidak sukanya mereka terhadap individu tersebut. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya (Samani dan Haryanto, 2011:41). 1

2 Karakter merupakan suatu hal yang penting, karena karakter berkaitan erat dengan kehidupan seseorang dalam bermasyarakat. Karakter yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat pada umumnya tidak pernah lepas dari proses pembelajaran dan proses pembentukan diri manusia itu sendiri. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter yang dikembangkan oleh pemerintah meliputi karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Syafri, 2012:xi-xiii). Dari sekian banyak karakter yang ada pada setiap orang salah satu karakter yang harus dimiliki oleh individu warga negara adalah karakter jujur. Karakter jujur atau kejujuran merupakan kesesuaian antara ucapan dengan kenyataan atau antara keadaan yang terlihat dengan keadaan yang tersembunyi. Jika seseorang mengucapkan perkataan sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya dan dibuktikan dengan perbuatannya, maka orang tersebut dikatakan memiliki karakter jujur. Orang yang bersikap sesuai dengan keyakinan yang terdapat dalam hatinya juga disebut orang jujur. Inilah pengertian karakter jujur secara umum. Kejujuran membuat integritas dalam hidup, karena apa yang ada di dalam dan di luar diri adalah cermin jiwa. Jujur berarti lurus hati, tidak berbohong misalnya dalam perkataan berkata apa adanya, tidak curang (dalam permainan atau ujian), dan senantiasa mengikuti peraturan yang berlaku (Elfindri, 2012:96). Jujur juga

3 dapat diartikan sebagai sebuah nilai merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, kata-kata dan/atau perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya (Kesuma dkk, 2011:16-17). Karakter jujur harus dimiliki oleh semua masyarakat, baik masyarakat dari golongan orang kaya, berkecukupan, dan miskin hendaknya selalu berperilaku jujur. Kejujuran akan memberikan ketenangan di dalam hati dan pikiran dan sebaliknya ketidakjujuran akan menimbulkan tekanan di dalam hati, biasanya suatu ketidakjujuran akan diikuti oleh ketidakjujuran lainnya. Karakter jujur pada masyarakat bukan hanya dalam perkataan semata, melainkan dalam perilaku dan tindakan. Salah satu bentuk karakter kejujuran pada masyarakat yaitu tidak berbohong, tidak curang, mengungkapkan apa adanya, tidak memanipulasi keadaan dan sebagainya. Namun yang ada cukup sulit menemukan orang jujur sekaran ini. Beban kehidupan mendorong orang untuk memilih dusta daripada jujur. Dengan berdusta bisa mempermudah jalan untuk mendapatkan berbagai keinginan dan tujuan. Sebaliknya, orang menganggap kejujuran sebagai kerugian yang sering berujung pada kegagalan. Seperti dilansir Sidonews.com, praktik perjokian mewarnai tes penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di lingkup Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM). Sebanyak enam orang yang diduga sebagai joki dalam ujian penerimaan CPNS Kementerikum dan HAM di Provinsi Sulawesi Selatan pelakunya berhasil diamankan oleh aparat kepolisian. Polrestabes Makassar akhirnya menetapkan keenam joki tersebut sebagai tersangka. Keenam orang tersangka tersebut adalah

4 Zulkaidah Nur Ahzan, Amri Usman, Muhi, Andi Rahma Marsuki, Anugerah, dan Rifka Awalya. Para joki tersebut mengaku terpaksa menjadi joki setelah diimingimingi mendapatkan Rp20.000.000,00 hingga Rp40.000.000,00 jika peserta CPNS yang digantikannya dinyatakan lulus. Kasus tersebut tentu menjadi bukti bahwa masih banyak orang yang tidak jujur. Fenomena yang terjadi terkait masalah ketidakkejujuran tentu menimbulkan kesengjangan antara apa yang seharusnya dengan realita yang ada. Adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa terjadi terkait masalah kejujuran pada masyarakat umum sangat menarik untuk diteliti, khususnya kejujuran pada masyarakat penerima bantuan langsung tunai. Kejujuran pada masyarakat penerima bantuan langsung tunai merupakan hal yang penting. Idealnya orang yang menerima bantuan langsung sementara masyarakat adalah orang benar-benar dikategorikan miskin dan harus memenuhi sembilan dari 14 kriteria yang telah ditentukan oleh pemerintah. Adapun 14 kriteria yang harus dimiliki untuk dapat memperoleh bantuan langsung sementara masyarakat yaitu: 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 meter persegi untuk masing-masing anggota keluarga, 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu, kayu berkualitas rendah, 3. Jenis dinding bangunan tempat tinggal terbuat dari bambu, rumbia, kayu berkualitas rendah, 4. Fasilitas jamban tidak ada, atau ada tetapi dimiliki secara bersama-sama dengan keluarga lain, 5. Sumber air untuk minum/memasak berasal dari sumur/mata air tak terlindung, air sungai, danau, atau air hujan, 6. Sumber penerangan di rumah bukan listrik, 7. Bahan bakar yang digunakan memasak berasal dari kayu bakar,

5 arang, atau minyak tanah, 8. Dalam seminggu tidak pernah mengonsumsi daging, susu, atau hanya sekali dalam seminggu, 9. Dalam setahun paling tidak hanya mampu membeli pakaian baru satu stel, 10. Makan dalam sehari hanya satu kali atau dua kali, 11. Tidak mampu membayar anggota keluarga berobat ke puskesmas atau poliklinik, 12. Pekerjaan utama kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan setengah hektare, buruh tani, kuli bangunan, tukang batu, tukang becak, pemulung, atau pekerja informal lainnya dengan pendapatan maksimal Rp600.000,00 setiap bulan, 13. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala rumah tangga bersangkutan tidak lebih dari SD, 14. Tidak memiliki harta dengan nilai Rp500.000,00 seperti misalnya tabungan, perhiasan emas, TV berwarna, ternak, sepeda motor (kredit atau nonkredit), kapal motor, tanah, atau barang modal lainnya (Widodo, 2010). Kriteria di atas seharusnya dipenuhi oleh seseorang untuk menerima bantuan langsung. Namun realitanya ada indikasi penerima bantuan langsung yang tidak memenuhi kriteria tersebut, atau ketika mereka mengajukan persyaratan untuk mendapatkan bantuan berlaku tidak jujur. Tidak sedikit para penerima bantuan langsung tunai yang dikategorikan berkecukupan, tetapi mendapat bantuan tersebut. Seperti dilansir Sidonews, bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) di kabupaten Jombang, Jawa Timur belum tepat sasaran karena warga yang berkecukupan justru mendapat BLSM, sebaliknya masyarakat miskin tidak mendapatkan kompensasi tersebut. Pada saat pembagian BLSM tampak sejumlah warga mengenakan perhiasan lengkap seperti kalung, dan gelang emas. Bahkan tak sedikit diantaranya yang datang dengan

6 mengendarai sepeda motor. Kenyataan tersebut jelas menggambarkan adanya ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Penerima bantuan langsung semestinya berkarakter jujur mengenai dirinya, sehingga mereka yang berkecukupan seharusnya tidak mendapatkan bantuan tersebut. Kesenjangan mengenai apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi terkait kejujuran pada masyarakat penerima bantuan langsung sementara masyarakat menarik untuk diteliti karena relevan dengan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Mata pelajaran PPKn merupakan mata pelajaran yang membina perkembangan moral anak didik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, agar dapat mencapai perkembangan secara optimal dan dapat mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari (Daryono dkk. 2011:1). PPKn merupakan wadah dalam membentuk karakter bangsa termasuk karakter kejujuran. Selain itu penelitian mengenai karakter kejujuran juga terkait dengan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Relevansi tersebut dapat dilihat dari visi, misi, maupun tujuannya. Visi Program Studi PPKn FKIP UMS di yaitu menjadi pusat pengembangan pendidikan dan pembelajaran bidang PPKn dan serta Ketatanegaraan untuk membentuk bangsa yang berkarakter kuat dan memiliki kesadaran berkonstitusi menuju masyarakat madani (Buku Panduan FKIP, 2013:138). Visi tersebut selanjutnya dirumuskan dalam misi PPKn FKIP UMS sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan pendidikan guru bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta Ketatanegaraan. 2. Memajukan ilmu pengetahuan teknologi dan seni serta meningkatkan sumber daya manusia yang berkarakter kuat sehingga mampu

7 memecahkan permasalahan bangsa dan memberikan pelayanan pendidikan menuju masyarakat madani. 3. Menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan generasi muda melalui program Pendidikan Kepramukaan (Buku Panduan FKIP, 2013:138). Sedangkan tujuan dari PPKn FKIP UMS yaitu: 1. Menghasilkan guru bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta Ketatanegaraan yang profesional, mampu mengembangkan pembelajaran inovatif dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. 2. Menghasilkan guru yang mampu menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk mendukung profesionalisme guru. 3. Menghasilkan guru berkarakter kuat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita nasional. 4. Menghasilkan guru yang memiliki kemampuan dalam membina generasi muda melalui Pendidikan Kepramukaan (Buku Panduan FKIP, 2013:138). Pada dasarnya PPKn bertujuan untuk membentuk moral bangsa sehingga memiliki karakter yang kuat. Kedudukan peneliti adalah sebagai mahasiswa PPKn FKIP UMS sehingga peneliti memiliki kewajiban berpartisipasi untuk membentuk karakter bangsa yang kuat sebagaimana tertuang pada visi, misi, dan tujuan program studi PPKn FKIP UMS tersebut. Fokus penelitian ini adalah mengenai karakter khususnya karakter jujur/ kejujuran, sehingga relevan dengan kedudukan peneliti sebagai mahasiswa program studi PPKn FKIP UMS. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul Implementasi Karakter Kejujuran (Studi Kasus pada Penerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat di Desa Kwasen Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan).

8 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan suatu permaslahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah profil penerima bantuan langsung sementara masyarakat di Desa Kwasen Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan? 2. Bagaimanakah implementasi karakter kejujuran pada penerima bantuan langsung sementara masyarakat di Desa Kwasen Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan? 3. Bagaimanakan kendala implementasi karakter kejujuran pada penerima bantuan langsung sementara masyarakat di Desa Kwasen Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan profil masyarakat penerima bantuan langsung sementara masyarakat di Desa Kwasen Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan. 2. Untuk mendeskripsikan implementasi karakter kejujuran pada penerima bantuan langsung sementara masyarakat di Desa Kwasen Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan.

9 3. Untuk mendeskripsikan kendala implementasi karakter kejujuran pada penerima bantuan langsung sementara masyarakat di Desa Kwasen Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat atau Kegunaan Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai karakter kejujuran pada masyarakat penerima bantuan langsung sementara masyarakat. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan penelitian berikut yang sejenis. 2. Manfaat atau Kegunaan Praktis a. Pemerintah. 1) Sebagai evaluasi dalam memberikan bantuan langsung, sehingga bantuan yang diberikan dapat tepat sasaran. 2) Agara lebih selektif dalam menentukan masyarakat yang berhak mendapatkan bantuan langsung. 3) Melaksanakan kebijakan secara profesional sesuai dengan ketentuan yang dijadikan dasar. b. Masyarakat. 1) Mengawasi program pemerintah, agar sesuai dengan ketentuan sehingga tepat sasaran.

10 2) Menyatakan yang sebenarnya apabila masyarakat penerima bantuan langsung tersebut tidak termasuk dalam kategori miskin. 3) Tidak memanipulasi keadaan untuk kepentingan diri sendiri, sekaligus merugikan orang lain. E. Daftar Istilah Untuk mempermudah para pembaca dalam memahami isi skripsi ini, peneliti perlu mencantumkan daftar istilah dari skripsi ini. Adapun daftar istilah skripsi ini sebagaimana uraian berikut. 1. Karakter, dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya (Samani dan Haryanto, 2011:41). Selain itu, karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan (Koesoema dalam Hamid dan Saebani, 2013:31). Jadi karakter merupakan ciri atau sifat yang khas tiap individu yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan dan membedakan dengan individu lain. 2. Kejujuran. Jujur sebagai sebuah nilai merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, kata-kata dan/atau perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu

11 orang lain untuk keuntungan dirinya (Kesuma dkk, 2011:16-17). Jujur juga merupakan perilaku yang ditandai dengan menyatakan apa adanya, konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan, berani karena benar, dapat dipercaya, dan tidak curang (Samani dan Hariyanto, 2011:51). Jadi jujur merupakan perilaku yang ditandai dengan menyatakan apa adanya, berkata benar dan menipu orang lain untuk keuntungan dirinya. Dengan demikian kejujuran merupakan perilaku yang menyatakan kebenaran, tidak berbohong dan tidak memanipulasi keadaan untuk kepentingan dirinya. 3. Masyarakat, merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas (Linton dalam Soekanto, 2006:22). Selain itu masyarakat juga merupakan orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Jadi, masyarakat merupakan sekelompok orang yang telah hidup bersama cukup lama dan menghasilkan kebudayaan. 4. Kemiskinan, diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut (Soekanto, 2007:320). Keimiskinan juga didefinisikan sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya (BAPPENAS dalam Badrudin, 2009). Jadi kemiskinan merupakan suatau keadaan yang tidak dapat dihindari seseorang dalam situasi

12 serba kekurangan dan tidak mampu memanfaatkan mental maupu fisik dalam kelompok tersebut. 5. Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), merupakan bantuan tunai langsung sementara untuk membantu mempertahankan daya beli Rumah Tangga miskin dan rentan agar terlindungi dari dampak kenaikan harga akibat penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM). BLSM disalurkan untuk membantu Rumah Tangga miskin dan rentan dalam memenuhi kebutuhan hidup Rumah Tangga, pembelian obat-obatan kesehatan, biaya pendidikan dan keperluan-keperluan lainnya (Tim Sosialisasi Penyesuaian Bahan Bakar Minyak, 2013:28). BLSM merupakan program bantuan tunai yang serupa dengan program yang sudah dilaksanakan pada kenaikan harga BBM sebelumnya, yaitu Subsidi Langsung Tunai (SLT) atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) 2005/2006 dan BLT 2008/2009. BLSM bertujuan membantu mempertahankan daya beli ruta miskin dan rentan dari dampak kenaikan harga berbagai komoditas akibat penyesuaian harga BBM (Hastuti dkk, 2013:1). Dengan demikian BLSM merupakan bantuan langsung berupa uang tunai yang dilaksanakan membantu mempertahankan daya beli Rumah Tangga miskin dan rentan agar terlindungi dari dampak kenaikan harga akibat penyesuaian harga BBM