BAB II KERANGKA TEORETIK. A. Pengertian Manajemen Dakwah Wisata Religi. Untuk mengetahui pengertian Manajemen Dakwah Wisata Religi perlu diurai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam. Agama yang menjamin terwujudnya kebahagiaan dan

BAB V PEMBAHASAN. bahasan ekosistem. Penelitian dilaksanakan pada kelas VII-A MTs Darul Ulum

PEDOMAN KERJA BERBASIS STRUKTUR ORGANISASI

BAB IV ANALISIS SIARAN MIMBAR AGAMA ISLAM TVRI STASIUN PUSAT JAKARTA. A. Analisis Materi Siaran Mimbar Agama Islam TVRI Stasiun Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah mempunyai sebuah pengertian sebagai suatu ajakan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

BAB II PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MUSTAH{IQ. pemberdayaan melalui berbagai program yang berdampak positif (mas}lahat)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peran Tata Kelola Mentoring Sebagai Bentuk Dakwah Islamiyah Dalam Membina Kualitas Baca Al-Quran (BAQ) Mahasiswa Universitas Islam Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah merupakan suatu yang penting dalam Islam, segala usaha untuk

Pengertian : Adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.

Para Hadirin yang saya hormati, Pemimpin adalah orang yang diberi wewenang untuk mengelola organisasi dalam rangka mencapai tujuan tertentu, dan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti mengadakan hubungan interaksi dengan orang lain, serta dalam

MAKALAH UNSUR UNSUR DAKWAH DAN HUBUNGAN ILMU DAKWAH DENGAN PSIKOLOGI. Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas. Mata Kuliah : ilmu dakwah

MANAJEMEN DALAM KOPERASI

BAB I. mengandung nilai-nilai rahmatan lil alamin, artinya ajarannya bersifat universal,

MAKALAH MANAJEMEN BISNIS SYARI AH

ASPEK MANAJEMEN & ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah Islamiyah merupakan suatu kegiatan yang bersifat menyeru,

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd. Disusun Oleh : Sahri Ramadani

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem elektronis di era globalisasi saat ini. Peralihan ke sistem elektronis ini

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. andil pada perubahan sistem dan tata nilai dalam masyarakat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasawarsa ini perkembangan organisasi, semakin pesat, baik

BAB I PENDAHULUAN. menjauhkan diri dari segala hal yang dilarang oleh agama Islam.

KISI-KISI SOAL SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2012/ Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

MENGENAL ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa

IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengetahuan dan sikap yang benar. Berawal dari hadirnya Baginda

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sesama manusia, yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama samawi terakhir. Berdasarkan tinjauan historis, ia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu, maupun sebagai anggota

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi kerja pada manusia serta menurunkan Islam untuk membuka mata

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian,

DAKWAH MULTIMEDIA PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya. Haji

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi akan menggerakkan dan menjalankan tujuan yang

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN DAKWAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEBERAGAMAAN SANTRI PONDOK PESANTREN SALAFIYYAH AL MUNAWIR GEMAH PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. R. Soetarno, Psikologi Sosial, (Kanisius: Yogyakarta), 1993, hlm. 16.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BABIV ANALISIS STRATEGI SISTEM PENGAWASAN PADA BMT BUANA KARTIKA KABUPATEN DEMAK. A. Model Sistem Pengawasan Sumber Daya Insanipada BMT Buana Kartika

Dasar-dasar Manajeman dan Organisasi

BAB III PEMBAHASAN. biaya dalam arti cost dan biaya dalam arti expense. Biaya atau cost adalah

Dr. Marzuki, M.Ag. Dosen PKn dan Hukum FIS UNY DAFTAR ISI PRAKATA PENULIS

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

BAB I KONSEP DASAR MANAJEMEN BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Salah satu tujuan dilaksanakannya

BAB I PENDAHULUAN. menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat. Dalam mengajak umat

KETERKAITAN ANTAR PENELITIAN MANAJEMEN DENGAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN ILMU MANAJEMEN. OLEH : RITHA F. DALIMUNTHE, SE, MsI

Sumber Ajaran Islam. Informatika. DR. Rais Hidayat.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri yang merupakan motivasi pendiriannya yang harus dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang Islami dalam aspek sumber. (wawancara dengan dr. Ismanto tenaga medis di RSI Pati, 17 Maret 2014).

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan

PENGANTAR MANAJEMEN USAHA KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

BAB III METODE PENELITIAN

A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan petunjuk-petunjuk, keterangan-keterangan dan konsep-konsep, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis dan lingkungan pada organisasi

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha -usaha para

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TERMINOLOGIS KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

ANGGARAN DASAR MAJELIS TA LIM TELKOMSEL BAB I NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN DAN LAMBANG. Pasal 1 N a m a. Pasal 2 Waktu Diresmikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perencanaan, pengorganisasian, pemberian dorongan dan pengawasan melalui telaah

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

MANAJEMEN LINGKUNGAN BERBASIS SEKOLAH DI TINGKAT SD

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis penelitian mengenai konsep tujuan pendidikan Islam

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Sumber Ajaran Islam

BAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. shallallahu alaihi wa sallam, melalui wahyu Allah dan merupakan Nabi terakhir

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. Saw. yang mengandung petunjuk bagi manusia, Alquran diturunkan untuk menjadi

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN OBYEK DAYA TARIK WISATA MASJID AGUNG JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. 2 Sebuah

BAB I PENDAHULUAN. tulisan ditemukan sekalipun, berbicara tetap lebih banyak digunakan.

POKOK BAHASAN PENGENDALIAN. Sub Pokok Bahasan Pengendalian yang Efektif Perencanaan System Pengendalian

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENYELENGGARAAN BIMBINGAN MANASIK HAJI DI KEMENAG KABUPATEN SEMARANG DAN DI KBIH NU AL-NAHDHIYYAH SEMARANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 13 Tahun Dalam undang-undang ini disebutkan

BAB III TINJAUAN UMUM. 3.1 Sejarah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat

1 Mahmud Yunus, Pedoman Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1980), hal. 127.

PERANAN MENTORING AL ISLAM DALAM PENDISIPLINAN SHOLAT MAHASISWI UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. arti luas yaitu sebagai Aset utama dalam organisasi yang harus dikelola dengan

BAB I PENDAHULUAN. industri pada pertengahan abad ke-19. Manajemen lahir sebagai tuntutan

Transkripsi:

21 BAB II KERANGKA TEORETIK A. Pengertian Manajemen Dakwah Wisata Religi Untuk mengetahui pengertian Manajemen Dakwah Wisata Religi perlu diurai satu persatu pengertian dari tiap kata tersebut dalam pengertiannya masing-masing. 1. Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter, manajemen mengacu pada proses mengkoordinasikan dan mengintegrasikan kegiatan kerja secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Pengertian efisien menurut Robbins dan Coulter adalah mendapatkan output yang maksimal dari jumlah input yang minimal. Sedangkan, pengertian efisien menurut Robbins dan Coulter adalah menyelesaikan aktifitas yang membuat organisasi mencapai tujuannya. 1 2. Pengertian Dakwah Ditinjau dari segi etimologi atau asal kata (bahasa) dakwah berasal dari bahasa arab, yang berarti panggilan, ajakan atau seruan. Sedangakan menurut terminologi dakwah adalah merupakan suatu usaha mepertahankan, melestarikan dan menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah SWT, dengan menjalankan syari atnya sehingga mereka dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. 2 1 Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, Manajemen (Jakarta: PT INDEKS Kelompok Gramedia, 2005), 7. 2 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: al-ikhlas, tt.), 20.

22 Dalam pengertian integralistik dakwah merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh pengembang dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk kepada ajaran Allah SWT, dengan cara bertahap menuju kepribadian yang Islami. 3 Sedangakan ditinjau dari segi terminologi, banyak sekali definisi tentang dakwah yang dikemukakan oleh para cendekiawan Muslim antara lain: a. Ahmad Ghalwasy dalam Munir dan Ilahi mengatakan bahwa, ilmu dakwah adalah ilmu yang dipakai untuk mengetahui berbagai seni menyampaikan isi kandungan ajaran Islam, baik itu akidah, syari at, maupun akhlak. 4 b. Latif (2007:11) mengatakan, bahwa dakwah adalah setiap usaha aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT, sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlak Islamiyah. Betapapun definisi-definisi diatas terlihat dengan redaksi yang berbeda, namun dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah merupakan aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik. Lebih dari itu, istilah dakwah mencakup pengertian antara lain: 5 a. Dakwah adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam. 3 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: al-ikhlas, tt.), 20. 4 Munir, M. dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2006), 20. 5 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: al-ikhlas, tt.), 21.

23 b. Dakwah adalah suatu proses penyampaian ajaran Islam yang dilakukan secara sadar dan sengaja. c. Dakwah adalah suatu aktivitas yang pelaksananya dapat dilakukan dengan berbagai cara atau metode. Yang mana usaha-usaha tersebut dilakukan tidak lain adalah dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni hidup bahagia di dunia dan akhirat. 3. Pengertian Manajemen Dakwah Peter F. Drucker, bapak ilmu manajemen menyatakan, lembaga tanpa manajemen hanya akan menjadi gerombolan orang banyak, dan tidak dapat disebut lembaga. 6 Demikian pula lembaga dakwah jika ingin profesional dan berkembang luas, haruslah menerapkan prinsip-prinsip manajemen dalam lembaganya. Manajemen dakwah adalah segala proses pemanfaatan sumber daya dakwah berupa: manusia, uang, barang, mesin, metode, dan pasar untuk mencapai tujuan dakwah yakni dilaksanakannya ajaran Islam oleh sebanyak-banyaknya umat manusia. 7 Dalam cakupan pengertian tersebut tempat wisata, masjid, situs-situs menarik yang banyak dikunjungi orang adalah sumber daya yang dapat dimanfaatkan dalam berdakwah. 4. Pengertian Wisata Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomer 10 tahun 2009, Bab I pasal 1 ayat 1 menyebutkan, Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk 6 Peter F. Drucker, Pengantar Manajemen, terj. Rochmulyati Hamzah (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1982), 5. 7 Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), 35

24 tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. 8 5. Pengertian Wisata Religi 9 Alam raya dan seisinya ini adalah ayat-ayat Allah yang tidak tertulis atau biasa kita sebut dengan ayat-ayat kauniyyah. Ayat artinya tanda, tanda itu artinya rambu-rambu, sedangkan rambu-rambu berfungsi sebagai petunjuk, seperti ramburambu lalulintas yang merupakan petunjuk jalan. Karenanya banyak ayat-ayat al- Qur an, yang mengandung kata-kata, Berjalanlah dimuka bumi, dan lihatlah... Ayat-ayat tersebut bermakna kita diperintahkan melihat ayat-ayat kauniyyah tersebut agar menjadi petunjuk dalam kehidupan. Maka sebenarnya melihat-lihat alam semesta dan seisinya untuk mendapatkan petunjuk dari Allah itu adalah ibadah. Kita bisa memaknainya sebagai Wisata Religi, sedang Prof. Dr. M. Quraish Shihab menyebutnya sebagai Wisata Ibadah. Muhammad Jamaluddin al-qasimi (1866-1914) dalam Quraish Shihab (1998) menjelaskan tentang perintah Allah dalam al-qur an mengenai Wisata Religi sebagai berikut: Saya telah menemukan sekian banyak pakar yang berpendapat bahwa kitab suci memerintahkan manusia agar mengorbankan sebagian dari (masa) hidupnya untuk melakukan wisata dan perjalanan, agar ia dapat menemukan peninggalan-peninggalan lama, mengetahui kabar berita umat terdahulu, agar semua itu dapat menjadi pelajaran dan ibrah, yang dengannya dapat diketuk dengan keras otak-otak yang beku. 10 Penjelasan tersebut menekankan bahwa wisata yang menghasilkan pelajaran bagi yang menjalaninya adalah merupakan ibadah yang diperintahkan oleh agama. 8 Undang-Undang Republik Indonesia, Nomer 10 tahun 2009, pasal 1 ayat 1. 9 Quraish Shihab, Haji Bersama M. Quraish Shihab, (Bandung: Mizan, 1998), 19. 10 Quraish Shihab, Haji Bersama M. Quraish Shihab, (Bandung: Mizan, 1998), 21.

25 Bahkan disebutkan hendaklah ada pengorbanan dari sebagian hidup manusia untuk beribadah dengan cara berwisata, ini menunjukkan nilai penting dari suatu ibadah wisata religi tersebut. 6. Pengertian Manajemen Dakwah Wisata Religi Istilah manajemen memiliki persamaan arti dalam bahasa Arab dengan istilah al-idarah yang artinya kantor, atau dengan istilah tadbir dalam berbagai bentuk derivasinya yang berarti: penertiban, pengaturan, pengurusan, perencanaan dan persiapan. Tadbir secara terminologi memiliki arti sebagai alat untuk merealisasikan tujuan umum. 11 Menurut Prof. Dr. Ismail Nawawi, apa yang dirumuskan oleh ilmu-ilmu manajemen dewasa ini sebenarnya telah dipraktekan semenjak jaman Nabi Muhammad dan para sahabatnya, hanya karena perbedaan istilah dan politik ilmu pengetahuan yang menyebabkan tidak sepopuler ilmu manajemen tersebut. 12 Dengan demikian penggunaan teori sebagaimana ilmu manajemen secara umum dalam manajemen dakwah adalah hal yang bisa diterima. Berdasarkan hal tersebut dalam penelitian ini menggunakan teori manajeman sebagaimana terdapat dalam ilmu manajemen secara umum. B. Kerangka Kerja Manajemen Dakwah Wisata Religi Menurut Robbins dan Coulter terdapat empat jenis fungsi management adalah sebagai berikut : 13 11 Ismail Nawawi, Manajemen Zakat dan Wakaf (Jakarta: VIV Press, 2013), 3. 12 Ibid, 5. 13 Stephen P. Robbins dan Mary Coulter, Manajemen (Jakarta: PT INDEKS Kelompok Gramedia, 2005), 7.

26 1. Perencanaan (planning) adalah mencakup proses merumuskan sasaran, menetapkan suatu strategi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan menyusun rencana guna mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatankegiatan. 2. Mengorganisasikan (organizing) mencakup proses menentukan tugas mana yang harus dikerjakan, siapa yang mengerjakan, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa dan pada tingkat mana pengambilan keputusan diambil. 3. Kepemimpinan (leading) mencakup proses memotivasi karyawan, mengarahkan, menyeleksi saluran komunikasi yang paling efektif dan memecahkan suatu masalah. 4. Pengawasan (controlling) mencakup kegiatan memantau aktivitas-aktivitas yang ada untuk memastikan bahwa semua mencapai apa yang telah direncanakan dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang signifikan. Zaini Muchtarom dalam bukunya, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, juga menguraikan langkah-langkah yang sama sebagai proses manajemen dakwah, meliputi: perencanaan ( planing), pengorganisasian ( organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling) 14 Empat fungsi manajemen di atas perlu dijabarkan tahapan-tahapan lebih detail agar dapat menjadi kerangka teori yang menjadi pisau analisis dalam penelitian ini. Berurutan dimulai dari tahapan dasar membuat perencanaan. 14 Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), 46

27 1. Kerangka Kerja Perencanaan Perencanaan adalah proses dasar manajemen dinama diputuskan tujuan cara mewujudkan tujuan suatu kegiatan atau organisasi. Perencanaan memegang peranan yang lebih besar dibandingkan fungsi-fungsi manajemen yang lain karena sebenarnya fungsi-fungsi manajemen yang lain hanyalah melaksanakan keputusankeputusan dari perencanaan. 15 Menurut Hani Handoko tahapan-tahapan dasar untuk membuat suatu penencanaan adalah sebagai berikut: 16 a. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. Pada tahap ini memperjelas mengapa dan untuk apa organisasi dibentuk. Tahap ini memperjelas tujuan organisasi secara umum dan jangka panjang. Pada tahap ini ditentukan misi dan visi organisasi, mencakup pernyataan-pernyataan falsafah maksud dan tujuan organisasi yang dipengaruhi nilai-nilai budaya yang berkembang di organisasi. 17 b. Merumuskan keadaan saat ini. Suatu perencanaan disusun atas data yang lengkap mengenai sumber daya sumber daya apa saja yang tersedia, yang dimiliki organisasi. Pada tahap ini terlebih dahulu lembaga mengembangkan profilenya saat ini, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan lembaga saat ini. Pada tahap ini harus dilakukan analisis internal lembaga meliputi perincian kuantitas dan kualitas sumber daya-sumber daya milik lembaga yang tersedia. 18 Sumber daya Sumber daya lembaga yang patut dietakan 15 Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2011), 77. 16 Ibid, 79. 17 Ibid, 94. 18 Ibid, 95.

28 diantaranya meliputi sumber daya manusia (SDM), harta, dana atau aset yang dimiliki lembaga serta jaringan kemitraan yang dimiliki lembaga. c. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan ini meliputi faktor internal dan eksternal organisasi. Dari pendataan keadaan saat ini di atas dilakukan analisa identifikasi mana-mana yang bisa menjadi sumber daya penunjang dan yang potensi dimiliki di internal organisasi. Selain sumber daya penunjang juga perlu membaca faktor-faktor apa saja yang memungkinkan memunculkan hambatan dan ancaman bagi kelangsungan organisasi. Pada tahap ini dilakukan analisa lingkungan eksternal perusahaan seperti lingkungan ekonomi, teknologi, sosial-budaya, dan politik, dimana keadaan-keadaan eksternal tersebut dapat secara tidak langsung mempengaruhi organisasi. Pada tahap ini analisa lebih dikhususkan lagi terhadap faktor ekternal yang berpotensi besar berpengaruh secara langsung terhadap organisasi seperti: para penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja, dan lembaga-lembaga keuangan, dan lain sebagainya. 19 Selain analisis eksternal organisasi tahap selanjutnya dalam indentifikasi segala kemudahan dan hambatan adalah menganalisa internal organisasi. Caranya adalah dengan membandingkan profile organisasi di atas dengan kekuatan dan kelemahan eksternal tersebut. Tujuan dari analisa ini adalah agar diketahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan- 19 Ibid, 95.

29 kelemahan strategis yang dimiliki organisasi dibandingkan dengan kondisi eksternal. Sebagai contoh akan diketahui kekuatan atau kelemahan strategis dalam bidang: saluran distribusi, lokasi, teknologi, dan struktur organisasi. 20 d. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan. Langkah selanjutnya mencakup identifikasi, penilaian dan pemilihan berbagai alternatif strategi. Setelah tujuan jangka panjang dan alternatif strategi dipilih dan dtetapkan, tahap selanjutnya adalah menjabarkannya kedalam sasaran-sasaran jangka pendek dan strategi-strategi operasional tahunan. 21 Pada tahap ini dimunculkan alternatif-alternatif apa saja yang memungkinkan untuk dijadikan program-program organisasi untuk mencapai tujuan. 2. Kerangka Kerja Pelaksanaan Tahapan berikutnya adalah pengarahan dan pengembangan organisasi. Menurut Hani Handoko pengarahan dan pengembangan organisasi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 22 a. Motivasi. Yakni upaya penggerakan SDM untuk menjalankan programprogram yang telah direncanakan. b. Komunikasi dalam Organisasi. 20 Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2011), 97. 21 Ibid, 98. 22 Ibid, 252.

30 Yaitu berbagai cara penyampaian pesan baik dari atas ke bawah maupun bawah ke atas. c. Kepemimpinan. Seni mempengaruhi orang lain yang dijalankan atasan kepada bawahannya dalam sebuah organisasi. 3. Kerangka Kerja Control dan Evaluasi Terakhir tahapan pengawasan dan evaluasi. Pengawasan dapat didifinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik. Yakni berupa upaya-upaya agar semua kegiatan berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Ini memiliki arti bahwa pengawasan berhubungan erat dengan perencanaan, artinya segala apa yang direncanakan itulah apa yang menjadi bahan pengawasan. 23 Organisasi perlu melakukan pengawasan dan evaluasi untuk menilai bahwa program-program yang telah direncanakan telah berjalan sebagaimana mestinya dan segera diperbaiki apabila terdapat kesalahan atau penyimpangan. 24 Tahapantahapan dalam pengawasan adalah sebagai berikut: a. Penetapan Standar Pelaksanaan (Perencanaan) 25 Tahap pertama pengawasan adalah menetapkan standar pelaksanaan. Ada tiga bentuk standar yakni, pertama standar fisik yang meliputi kuantitas dan kualitas hal-hal yang bisa nampak secara fisik seperti jumlah pengunjung, dan sebagainya. Kedua standar moneter 23 Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2011), 359. 24 Ibid, 375. 25 Ibid, 363.

31 mencakup biaya, tenaga kerja, pendapatan dan sebagainya. Yang ketiga, standar waktu meliputi kecepatan dan batas waktu penyelesaian suatu kegiatan. b. Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan 26 Standar akan sia-sia dibuat jika tidak disertai cara mengukurnya. Pada tahap ini perlu ditentukan cara pengukuran pelaksanaan kegiatan yang mudah dan murah, agar bisa terlaksana oleh para karyawan. Maka perlu ditentukan pertama, berapa kali sebuah pelaksanaan kegiatan harus diukur. Kedua dalam bentuk apa pengukuran dilakukan, laporan tertulis, inspeksi visual, atau lewat telepon. Ketiga, siapa saja yang terlibat dalam proses pengukuran ini harus jelas kewenangan dan tanggungjawabnya. c. Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan Nyata 27 Setelah ditentukan caranya sekarang tinggal pelaksanaannya yang harus tekun dan telaten, karena harus dilakukan berulang-ulang. Ada beberapa cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan diantaranya: pengamatan (observasi), laporan -laporan baik lisan maupun tertulis, metode-metode otomatis (seperti CCTV misalnya) inspeksi pengujian (tes), atau dengan pengambilan sampel. d. Pembandingan Pelaksanaan Kegiatan dengan Standar dan Penganalisaan Penyimpangan-Penyimpangan. 28 26 Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2011), 364. 27 Ibid 28 Ibid, 365.

32 Tahap ini adalah tahap paling kritis dalam sistem pengawasan. Meskipun tahap ini tahap paling mudah untuk dilakukan karena tinggal membandingkan saja, tetapi tahap ini bisa menjadi sangat kompleks ketika harus ditentukan apakah telah terjadi penyimpangan ataukah tidak. Pada tahap ini penting dilakukan analisa secara mendalam untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan, karena ini akan menjadi dasar keputusan kebijakan selanjutnya. e. Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Perlu 29 Jika hasil analisa ditemukan penyimpangan yang perlu diambil tindakan koreksi, maka tindakan koreksi bisa meliputi: pertama, mengubah standar semula. Kedua, mengubah pengukuran pelaksanaan, misalnya inspeksi yang terlalu sering frekuensinya atau terlalu jarang bisa ditingkatkan, atau mungkin merubah caranya. Ketiga, merubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasi adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terlalu ketat atau terlalu longgar. Seluruh proses manajemen dakwah tersebut di atas mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan berjalan terus menerus sebagai sebuah siklus empat mata rantai yang berkesinambungan, hingga tercapai apa yang menjadi tujuan lembaga dakwah tersebut. Siklus tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut ini: 30 29 Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 2011), 365. 30 Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996), 48

33 Pengorgani sasian Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan Gambar 2.1 PROSES MANAJEMEN BERKELANJUTAN