ABSTRAK. Kata kunci : bargaining position, vasektomi.

dokumen-dokumen yang mirip
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Jenawi, dan Kecamatan Karangpandan di Kabupaten Karanganyar. Pemilihan. menikah, dan sukarela dalam mengikuti penelitian.

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENGENAI PARTISIPASI DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA PADA KELUARGA MUDA DI KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, keilmuan, sosial, hukum, adatistiadat

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB I PENDAHULUAN jiwa dengan kenaikan 1,49% per tahun. 1 Upaya pemerintah untuk

HUBUNGAN SIKAP SUAMI TERHADAP GENDER DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI MENJADI AKSEPTOR KB DI RW II CANDISARI BANYUURIP KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2009¹

BAB I PENDAHULUAN. dapat diatasi. Permasalahan ini antara lain diwarnai jumlah yang besar

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia. dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004).

PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEDEN KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA LAKI LAKI USIA TAHUN DALAM MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA JONDANG KECAMATAN KEDUNG

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi kearah

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan. Peningkatan partisipasi pria dalam KB dan kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk. Masalah

BAB 5 PENUTUP. Determinan unmet..., Muhammad Isa, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan sumber daya alam yang tidak

FAKTOR DETERMINAN PARTISIPASI PRIA DALAM VASEKTOMI. Andik Setiyono, Siti Novianti RINGKASAN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi hasil pengolahan data penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI KB PRIA DI LINGKUNGAN XVIII KELURAHAN TERJUN MEDAN MARELAN

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA. Nur Ita Kusumastuti K Pendidikan Sosiologi Antropologi

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR SUNTIK DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT

I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

HUBUNGAN PERAN SUAMI DENGAN KETEPATAN WAKTU PENGGUNAAN KONTRASEPSI PASCASALIN PADA IBU MENYUSUI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

2015 PENYESUAIAN PERANAN IBU BEKERJA DALAM KEHIDUPAN KELUARGA

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. faktor risiko lain yang berperan terhadap kejadian kehamilan tidak diinginkan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERAN PEREMPUAN PADA SEKTOR DOMESTIK DAN PUBLIK DI KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. individual maupun bagi negara. Manfaat-manfaat tersebut antara lain; dengan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masalah kependudukan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi peningkatan penduduk sebesar satu triliun penduduk pada tahun 2030.

BAB I PENDAHULUAN. seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. cakupan pelayanan KB yang telah mencapai 60,3% pada tahun (Depkes RI,

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS PASANGAN USIA SUBUR PESERTA KB DI KELURAHAN AUR KUNING KECAMATAN AUR BIRUGO TIGO BALEH

BAB III METODE PENELITIAN. Di lingkup kelurahan Kecamatan Lowokwaru Kota Malang

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan laju pertumbuhan yang relative cukup tinggi. untuk menekan laju

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA KEMURANG WETAN KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN BREBES TAHUN

GENDER DAN KELUARGA MIGRAN DI INDONESIA 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peran wanita berbeda bagi setiap masyarakat (Hutajulu, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik sendiri dalam pelaksanaan pembangunan yang menuntut semua

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian pertumbuhan dan jumlah penduduk, memiliki peran terhadap

PARTISIPASI SUAMI DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI KAMPUNG JOGONEGARAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

ABSTRAK Program KB yang dilaksanakan oleh pemerintah saat ini juga disediakan bagi laki-laki, yang salah satunya yaitu vasektomi. Seorang laki-laki sebagai suami juga harus mempunyai tanggung jawab yang besar, sebab dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana masyarakat mengkonstruksikan tanggung jawab serta perilaku laki-laki lebih dominan daripada perempuan. Penelitian ini dilakukan dengan merumuskan tiga permasalahan yaitu : Pertama adalah Bagaimana bargaining position dalam keluarga pada suami peserta KB metode kontrasepsi vasektomi? Kedua adalah Bagaimana pola pengambilan keputusan dalam keluarga pada suami peserta KB metode kontrasepsi vasektomi? Dan ketiga adalah Adakah pengaruh antara bargaining position dalam keluarga terhadap pola pengambilan keputusan untuk bervasektomi? Teori yang digunakan adalah teori pengambilan keputusan oleh Levy, Blood, dan Wolfe, Roger dan White, bahwa ada lima variasi dalam pola pengambilan keputusan dalam keluarga. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif research. Dilakukan di Kota Balikpapan, dengan pertimbangan Balikpapan sebagai kota terpadat di provinsi Kalimantan Timur memiliki jumlah peserta KB yang pencapaian nya melampaui target Perkiraan Permintaan Masyarakat setiap tahunnya. Sampel ditarik dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling, yaitu Pasangan Usia Subur yang menggunakan metode kontrasepsi vasektomi di Kota Balikpapan. Dari penelitian ini ditemukan bahwa pertama, bargaining position istri dalam keluarga yang bervasektomi lebih kuat. Hal ini dilihat dalam pengambilan keputusan tentang masalah dalam keluarga. Serta dilihat dari pendidikan, penghasilan dan status ketenagakerjaan. Kedua, pola pengambilan keputusan bervasektomi dilakukan dengan dominasi penuh oleh istri. Hal ini disebabkan oleh bargaining position dalam keluarga menunjukkan kekuasaan pada istri dalam hal penentuan alat kontrasepsi. Ketiga, ada pengaruh yang signifikan antara bargaining position dalam keluarga terhadap pola pengambilan keputusan bervasektomi. Kata kunci : bargaining position, vasektomi.

I. PENDAHULUAN Selama ini metode kontrasepsi peserta aktif wanita masih menduduki posisi tertinggi setiap tahunnya (BKKBN tahun 2014). Trend tersebut terlihat sangat menonjol, terutama di Indonesia yang memiliki mayoritas masyarakat dengan kebudayaan patriarki. Di sebagian besar keluarga di Indonesia, suami sebagai kepala keluarga seringkali dalam posisi dominan termasuk dalam memutuskan istri yang menjadi peserta KB aktif. Dalam kenyataannya pria sebagai peserta KB aktif masih sangat sedikit persentasenya di Indonesia. Selama ini laki-laki hanya sebagai pendukung tanpa harus ikut berpartisipasi secara langsung dalam program KB (Ernayati, 2009). Partisipasi aktif pria menjadi penting dalam program keluarga berencana. Pria dianggap bertanggung jawab terhadap keluarga, termasuk dalam menentukan metode kontrasepsi program KB. Dalam hal ini vasektomi melibatkan keikutsertaan aktif dan nyata pria dalam pengambilan keputusan untuk menentukan metode kontrasepsi. Struktur kekuasaan di antara relasi suami istri dalam penentuan metode kontrasepsi mengalami pergeseran. Masyarakat mengkonstruksikan tanggung jawab serta perilaku laki-laki lebih dominan daripada perempuan. Penelitian ini ingin melihat bagaimana suatu keluarga dalam masalah-masalah didalam keluarga itu sendiri, khususnya disini adalah keluarga yang bervasektomi. Setelah melihat posisi tawar suami, begitu juga istri. Penelitian akan lebih mendalam melihat pola apa yang digunakan keluarga dalam pengambilan keputusan bervasektomi tersebut. Kemudian lebih lanjut lagi penelitian ini mengidentifikasi sejauh apa bargaining position suami maupun istri berpengaruh terhadap pola pengambilan keputusan bervasektomi. Blood & Wolfe (1960) mengemukakan bahwa aspek yang paling penting dalam struktur keluarga adalah posisi anggota keluarga karena adanya distribusi dan alokasi kekuasaan kemudian aspek pembagian kerja. Kekuasaan disini dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi orang lain atau keluarga.

Sedangkan pembagian kerja menunjukkan pada pola peranan yang ada dalam keluarga dimana suami dan istri melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Atas adanya dasar mengenai alokasi kekuasaan yang ada dalam keluarga itu, penelitian ini menggunakan teori dari Levy, Blood & Wolfe, Roger, White yang menyebutkan bahwa ada variasi pola dalam pengambilan keputusan dalam keluarga (oleh suami dan istri), antara lain: 1. Pengambilan keputusan oleh suami saja 2. Pengambilan keputusan oleh suami istri dimana dominasi istri lebih besar 3. Pengambilan keputusan oleh suami istri tidak ada dominasi kedua belah pihak (memiliki bargaining position yang setara) 4. Pengambilan keputusan oleh suami istri dimana dominasi suami lebih besar 5. Pengambilan keputusan oleh istri saja Berdasarkan penelitian mengenai pengambilan keputusan dalam keluarga yang banyak dilakukan pada studi terdahulu, ada tiga faktor yang diperkirakan dapat menumbangkan dominasi suami terhadap istri. Faktor tersebut adalah: faktor pendidikan, faktor status ketenagakerjaan, dan faktor penghasilan (Hariadi, 1988:8) II. METODOLOGI PENELITIAN Tipe penelitian ini adalah penelitian survai untuk maksud penjelasan atau explanatory reseach atau confirmatory yaitu suatu penelitian yang mencoba menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian dan disertai menguji hipotesis sebelumnya. Di dalamnya berfokus pada uraian deskriptif yang menjelaskan hubungan antar variabel-variabel (Singarimbun & Effendi, 1995:5). Variabelvariabel dalam penelitian ini antara lain: bargaining position dalam keluarga dan pola pengambilan keputusan. Penelitian ini akan menggunakan teknik penarikan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling). Penarikan sampel acak sederhana dalam penelitian ini akan menggunakan metode pengundian unsur-unsur penelitian dalam populasi. Semua unit penelitian akan disusun dalam data kerangka sampling yaitu 194 akseptor vasektomi, kemudian dari kerangka sampling ditarik sebagai sampel beberapa unsur atau satuan yang diteliti ialah 50 akseptor vasektomi sebagai sampel. Teknik penumpulan data di peroleh dengan melakukan wawancara. Wawancara di lakukan dengan cara memberikan

pertanyaan kepada responden yang telah di tentukan sebelumnya dengan menggunakan kuesioner sebagai instrument wawancara dan dipadukan dengan wawancara mendalam. Penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data. Hasil kuesioner tersebut akan terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Analisa data kuantitatif dilandaskan pada hasil kuesioner itu. Proses analisis data yang telah dilakukan ialah : 1. Analisis satu variabel (univariat) Di dalam menganalisis ini, bermaksud untuk menjelaskan kecenderungan posisi tawar dalam keluarga di setiap masalah-masalah yang ada yaitu : masalah pengasuhan anak, masalah pendidikan anak, masalah kesehatan, masalah posisi sosial, dan masalah keuangan, serta pola pengambilan keputusan bervasektomi itu sendiri. Analisis ini terlebih dahulu disusun pada tabel frekuensi yang disusun untuk semua variabel penelitian dan disusun secara tersendiri. Tabel ini memuat dua kolom yaitu jumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori. Tujuan dari analisis satu variabel adalah menjelaskan bargaining position yang ada dalam keluarga bervasketomi. 2. Analisis dua variabel (bivariate) Analisis dua variabel menggunakan tabel silang untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hubungan antar variabel (variabel X dan variabel Y). Didalam analisa ini, digunakan distribusi persentase pada selsel dalam tabel sebagai dasar untuk menyimpulkan hubungan antara variabelvariabel penelitiannya, termasuk kecenderungan yang tampak dalam tabel bivariate ini, penelitian ini melihat sejauhmana tingkat pendidikan, status ketenagakerjaan, besar penghasilan suami dan istri dalam mempengaruhi bargaining position, yang kemudian diuji kembali bagaimana bargaining position itu sendiri hubungannya dengan pola pengambilan keputusan, dan menguji signifikansi hubungan tersebut, dengan analisis menggunakan tes statistik chi Kuadrat atau chi square. III. ANALISIS DATA Pada keluarga yang bervasektomi ini, yang terjadi adalah diferensiasi peranan, alokasi kekuasaan dan alokasi ekonomi. Dalam diferensiasi peran antara suami dan istri terlihat jelas bahwa suami istri memiliki peran-peran tertentu. Dalam penelitian ini

peran istri terlihat jelas di masalah seperti pengasuhan anak, kesehatan dan ekonomi. Mengamati peranan perempuan dalam keluarga, salah satu indikatornya dapat dilihat dari jumlah masalah dalam keluarga yang menunjukkan posisi tawar yang lebih kuat. Berdasarkan hasil dilapangan untuk masalah-masalah yang lebih di kuasai oleh istri yaitu pada masalah pengasuhan anak, masalah kesehatan, dan keuangan. Ketiga masalah tersebut menjadi kekuasaan dan urusan istri karena perempuan sebagai istri dianggap lebih mengerti tentang masalah domestik atau masalah di dalam rumah tangga. Berdasarkan hasil analisis data yang ada di lapangan, diketahui bahwa bargaining position dalam keluarga yang bervasektomi yaitu berada pada bargaining position istri lebih kuat ketimbang suami. Data menunjukkan bahwa mayoritas responden istri memiliki bargaining position dalam keluarga secara umum lebih kuat dari suami dengan persentase 52%. Artinya bahwa posisi tawar yang dimiliki istri dalam diskusi-diskusi masalah keluarga memiliki tingkat yang lebih kuasa. Kemampuan relatif yang dimiliki istri untuk mempengaruhi suami memiliki nilai yang lebih kuat antara suami dan istri dalam keluarga. Dilihat dari masing-masing diskusi masalah dalam keluarga terdapat perbedaan kekuasaan di tiap-tiap masalah. Dalam masalah pengasuhan anak data menunjukkan bahwa bargaining position suami lemah daripada istri dengan persentase sebesar 52%. Kemudian dalam masalah pendidikan anak data menunjukkan bargaining position suami dan istri setara dengan persentase sebesar 46%. Masalah kesehatan lebih didominasi oleh istri dengan persentase 56%. Masalah posisi sosial menunjukkan bahwa suami istri sama atau tanpa dominasi dengan persentase 54%. Dan masalah keuangan menjadi kekuasaan istri dengan persentase sebesar 40%. Berdasarkan hasil penelitian ini mayoritas istri memang bukan sebagai pencari nafkah utama tapi, kebanyakan dari mereka memiliki pekerjaan ataupun usaha pribadi, seperti memiliki toko, warung makan, berjualan online, dan bahkan ada juga yang bekerja sebagai anggota POLRI, atau sebagai pegawai negeri. Dengan demikian tercermin bahwa posisi istri yang aktif di lingkungan sekitarnya. Disini istri bukan sebagai wanita yang pasif yang hanya menerima kekuasaan yang selalu diputuskan oleh suami. Tapi juga aktif untuk mendiskusikan masalah-masalah dalam

keluarga agar nilai kekuasaan tetap setara antara suami dan istri. Padahal menurut Arif Budiman wanita menjadi tergantung kepada laki-laki bukan saja secara ekonomis, tapi juga secara psikologis. Banyak wanita yang kemudian percaya bahwa perkawinan adalah tempat satu-satunya bagi mereka untuk menyelamatkan hidupnya, karena perkawinan dapat memecahkan masalah ketergantungan ekonomis dan psikologis mereka. Ini memang merupakan hasil yang wajar dari suatu keadaan sosial yang demikian (Budiman, 1985) Jadi, bagi wanita yang sadar akan kesetaraan gender, setelah menikah pun mereka tidak menjadi ketergantungan kepada laki-laki. Istri dan suami sama-sama saling melengkapi dalam keluarga. Bahkan mungkin jika posisi istri lebih tinggi justru suami yang menjadi ketergantungan pada istri. Sama halnya dengan istri pada keluarga yang bervasektomi ini yang memang mempunyai bargaining position yang lebih kuat. Berdasarkan hasil data di lapangan mengatakan bahwa mayoritas keluarga yang bervasektomi pengambilan keputusannya di dapat dari hasil dominasi penuh istri dengan persentase 30%. Hal tersebut mencerminkan bahwa dalam memutuskan untuk bervasektomi lebih kepada istri tidak mau melakukan program KB, kemudian dengan adanya vasektomi istri menyuruh untuk suami supaya mau melakukan kontrasepsi. Oleh karena suami tidak berdaya karena power yang dimiliki suami tidak lebih kuat dari istri maka hasilnya adalah suami bersedia disuruh vasektomi oleh istrinya. Beberapa responden juga memaparkan bahwa memilih vasektomi karena suami tidak mau istri merasakan efek samping dari alat kontrasepsi wanita. Hal ini dipilih berdasarkan pada rasa cinta kepada istri. Suami mengambil alih urusan kontrasepsi agar istri tidak merasakan sakit. Dengan catatan hal tersebut tentunya diputuskan berdasarkan diskusi dengan sang istri. Atas dasar kesadaran akan pentingnya program KB juga diakui oleh beberapa responden. Suami merasa KB tidak selalu menjadi urusan istri saja, laki-laki bisa mengambil alih jika memang memiliki kesadaran akan pentingnya menahan pertumbuhan penduduk melalui kelahiran. Hal ini dimungkinkan karena suami disini aktif dalam organisasi yang bertujuan untuk mensosialisasikan vasektomi itu sendiri. Data menunjukan bahwa beberapa responden adalah anggota dari perkumpulan suami yang bervasektomi di Balikpapan.

Ada sebesar 14% responden mengakui bahwa keputusan bervasektomi merupakan keinginan istri, yang telah disepakati oleh mereka. Keputusan bervasektomi diakui sebagai jalan terbaik agar istri tidak lagi mengurus urusan kontrasepsi. Kemudian urusan kontrasepsi menjadi dialihkan sebagai tanggung jawab suami. Yang terlihat disini adalah bukan suatu ketimpangan gender melainkan kesetaraan karena vasektomi dilakukan berdasarkan keinginan kedua belah pihak. Setelah diketahui data yang menunjukkan bahwa bargaining position dalam keluarga yang bervasektomi adalah lebih kuat istri daripada suami. Kemudian pola pengambilan keputusan responden juga adalah istri yang mendominasi dalam pengambilan keputusan bervasektomi. Artinya adalah mayoritas keluarga yang bervasektomi memiliki kecenderungan posisi tawar istri lebih mempengaruhi posisi suami, kecenderungan yang terjadi adalah bagi istri mereka telah menguasai salah satu pihak, dan diakui pula bahwa keputusan untuk bervasektomi adalah keputusan bersama dengan berdasar kepada diskusi yang dilakukan suami istri. Selanjutnya dilakukan uji chi square data menunjukan bahwa nilai chi square hitung lebih tinggi daripada nilai chi square tabel, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah : ada hubungan antara bargaining position dalam keluarga terhadap pola pengambilan keputusan untuk bervasektomi. Berdasarkan pada realitas sosial yang telah dilakukan dalam ruang bab 3 mengenai karakteristik responden seperti pekerjaan dan tingkat penghasilan dianggap berpengaruh terhadap bargaining position di dalam keluarga. Karena pekerjaan (termasuk apakah individu itu memiliki pekerjaan sampingan atau tidak), dan penghasilan. Dikatakan bahwa bargaining position mampu mempengaruhi pola pengambilan keputusan bervasektomi karena terlihat nyata bahwa istri dari suami peserta KB vasektomi ini kekuasaanya tidak lebih lemah daripada suami. Dalam suatu diskusi mereka memiliki bargaining position yang lebih kuat yang mampu mempengaruhi suami. Sehingga suami tidak berdaya atas dominasi sang istri sehingga mereka tidak menjadikan masalah untuk tidak bisa menghamili lagi karena jumlah anak yang ada dirasa sudah cukup dan mereka setuju untuk di sterilisasi. Jadi pola yang terbentuk dari pengaruh tersebut adalah keluarga dengan posisi tawar istri lebih kuat, pola pengambilan keputusan bervasektomi mereka istri memutuskan sendiri dan suami

istri memutuskan dengan dominasi istri. Karena diakui oleh beberapa responden bahwa ada istri-istri yang memang tidak ingin melakukan metode KB sehingga mencari jalan lain agar suaminya yang berkb yaitu dengan cara divasektomi. Yang terlihat nyata adalah disini suami dalam posisi sosialnya lebih rendah daripada istrinya. Teori yang mengatakan bahwa pengambilan keputusan dalam keluarga yang banyak dilakukan pada studi terdahulu, ada tiga faktor yang diperkirakan dapat menumbangkan dominasi terhadap istri. Faktor tersebut adalah : 1. Pendidikan 2. Penghasilan 3. Status ketenagakerjaan Dari tiga faktor diatas kemudian dibandingkan dengan hasil penelitian ini yang mengatakan bahwa istri dari suami yang bervasektomi memiliki pendidikan yang lebih dengan suaminya. Kemudian untuk mendapatkan penghasilan tambahan istri disini memiliki keahlian mencari income dalam usaha-usaha pribadi yang dibangun sendiri. Sedangkan dalam status ketenagakerjaan istri sebagian besar memang menunjukan posisi yang lebih tinggi daripada suami. Terlihat beberapa responden istri memiliki pekerjaan tetap yang posisinya cukup tinggi. IV. KESIMPULAN Hasil penelitian mengenai pengaruh bargaining position dalam keluarga terhadap pola pengambilan keputusan bervasektomi yang telah dilakukan di Kota Balikpapan menyimpulkan beberapa hal penting yang berkaitan dengan objek penelitian yakni pasangan usia subur yang menggunakan metode kontrasepsi vasektomi atau sterilisasi pria yang ditunjukkan dari posisi tawar suami dan istri dalam masalahmasalah keluarga dan pola pengambilan keputusan yang diambil saat memilih kontrasepsi vasektomi. Kesimpulannya antara lain : 1. Bargaining position dalam keluarga yang bervasektomi yaitu berada pada bargaining position istri lebih kuat daripada suami. Artinya bahwa posisi tawar yang dimiliki istri dalam diskusidiskusi masalah keluarga memiliki dominasi terhadap suaminya. Kemampuan relatif untuk mempengaruhi yang dimiliki istri memiliki nilai yang lebih tinggi dari suami dalam keluarga. 2. Berdasarkan hasil data di lapangan mengatakan bahwa mayoritas keluarga yang bervasektomi pengambilan keputusannya didapat dari dominasi istri

dengan persentase sebesar 30% hal tersebut mencerminkan bahwa dalam memutuskan untuk bervasektomi istri sama-sama yang menginginkan hal tersebut dilakukan, kemudian suami yang pada dasarnya memiliki posisi tawar di bawah istri menuruti keingininan istrinya untuk mau divasektomi. 3. Bargaining position mampu mempengaruhi pola pengambilan keputusan bervasektomi karena terlihat nyata bahwa istri dari suami peserta KB vasektomi ini kekuasaanya tidak lebih lemah daripada suami. Dalam suatu diskusi mereka memiliki bargaining position yang sama yang mampu mempengaruhi satu sama lain. Sehingga suami yang tidak berdaya dari posisi tawarnya mereka menerima dan bersedia divasektomi. Suami merasa tidak masalah untuk tidak bisa menghamili lagi karena jumlah anak yang ada dirasa sudah cukup dan mereka setuju untuk disterilisasi.

Daftar Pustaka Buku Budiman, Arief. 1985. Pembagian Seks Secara Seksual. Jakarta: PT. Gramedia Jakarta. Goode, William J. 1991. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara Jakarta. Ihromi, T.O. 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Ritzer, George, 2014. Teori Sosiologi Modern. Edisi Ketujuh. Diterjemahkan oleh Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana. Suyanto, Bagong, 2005. Metode Penelitian Sosial. Edisi Ketiga. Jakarta: Kencana. Skripsi Ernayanti, Nurul. 2009. Tindakan pria Peserta KB Aktif dalam Memilih Alat Kontrasepsi bagi Keluarga Benrencana (KB). Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret. Izza, Lailatul. Pola Pengambilan Keputusan Praktek KB pada Kalangan Keluarga TKW (Studi Bargaining Position Istri yang Berprofesi sebagai TKW di Dalam Keluarga di Desa Dalegan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik). Skripsi. Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga. Ruthanti, Wike Ayu. Vasektomi (Studi Deskriptif tentang makna dan Alasan Penggunaan Kontrasepsi bagi Suami sebagai Akseptor di Surabaya). Skripsi. Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga. Website Antaranews. Balikpapan Kewalahan Layani Permintaan Vasektomi. http:/m.antarakaltim.com/berita/5177/balikpapan-kewalahan-layani-permintaanvasektomi diakses pada 10 April 2015. Alat Kontrasepsi. Macam-macam Alat Kontrasepsi http://www.alatkontrasepsi.org/ diakses pada 11 Maret 2015 pukul 23.00 Kurniawan, Yahya. Mitos Seputar Vaektomi. http://yahyakurniawan.net/sharing/mitosseputar-vasektomi diakses pada 31 Maret 2015

Petrus, Tetis. Kuesioner. http://kuesionerpenelitian.blogspot.com/2009/05/kuesioner.html?m=1 diakses pada 10 April 2015 Satrio. Vasektomi Metode KB Permanen untuk Pria. http://www.seksualitas.net/vasektomi.htm#_ diakses pada 11 Maret 2015 Wikipedia. Kota Balikpapan. http://id.m.wikipedia.org/wiki/kota_balikpapan diakses pada 10 April 2015 Laporan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Data Laporan Hasil Pelayanan Kontrasepsi Agustus 2012