Studi Kekuatan Sambungan Las Baja AISI 1045 dengan Berbagai Metode Posisi Pengelasan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

II. TIJAUAN PUSTAKA. manufaktur. Proses pengelasan (welding) merupakan salah satu teknik

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI. Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN), las adalah

Kekerasan Dan Tegangan Tarik Lasan Baja ST-37 Pada Posisi Vertikal Dan Horizontal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

PENGARUH POLA GERAKAN ELEKTRODE DAN POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKERASAN HASIL LAS PADA BAJA ST60

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

ANALISIS PENGARUH HASIL PENGELASAN BIMETAL BAJA S45C DAN STAINLESS STEELS 304 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi

PENGARUH BENTUK KAMPUH DAN JENIS ELEKTRODA PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN SAW

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

Laporan Praktik Pengelasan Lanjut. Membuat rigi-rigi las posisi 3G dan Pengisian Posisi 3G. Membuat rigi-rigi las posisi 4G dan Pengisian Posisi 4G

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB II KERANGKA TEORI

ANALISA PENGARUH PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKUATAN SAMBUNGAN LAS BAJA KARBON TINGGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

ANALISA MECHANICAL DAN METALLURGICAL PENGELASAN BAJA KARBON A36 DENGAN METODE SMAW

Analisa Kekuatan Sambungan Las SMAW Pada Material Baja ST 37

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

Persentasi Tugas Akhir

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

DASAR-DASAR PENGELASAN

Studi Penggunaan Jenis Elektroda Las Yang Berbeda Terhadap Sifat Mekanik Pengelasan SMAW Baja AISI 1045

STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

PENGARUH PERUBAHAN ARUS DAN KECEPATAN SERTA KELEMBAPAN FLUX TERHADAP HASIL IMPACT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PERENCANAAN PENGELASAN UPPER DRUM KAPASITAS 3500 KG/JAM DENGAN TEKANAN 33 KG/CM² TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

PENGARUH HEAT TREATMENT

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

PENGARUH VARIASI MEDIA PENDINGIN HASIL SAMBUNGAN LAS BAJA PADUAN TERHADAP NILAI KETANGGUHAN. Abstract

I. PENDAHULUAN. terjadinya oksidasi lebih lanjut (Amanto & Daryanto, 2006). Selain sifatnya

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

Transkripsi:

Studi Kekuatan Sambungan Las Baja AISI 1045 dengan Berbagai Metode Posisi Pengelasan 5 Tarkono, Sugiyanto, Andriyanto Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Lampung Jalan Profesor Sumantri Brojonegoro No.1, Gedongmeneng, Bandar Lampung 35145 E-mail: tarkono@unila.ac.id, tarkono_irfan@yahoo.com 10 Abstrak Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran, kendaraan rel dan lain sebagainya. Selain untuk pembuatan, proses pengelasan juga digunakan untuk reparasi atau perbaikan. Posisi 15 atau sikap pengelasan yaitu pengaturan posisi atau letak gerakan elektroda las. Posisi pengealasan yang digunakan biasanya tergantung dari letak kampuh-kampuh atau celah-celah benda kerja yang akan dilas. Studi yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan mutu pada setiap posisi pengelasan (down hand position, horizontal position, vertical position, over head position) pada 20 sambungan las butt weld joint, agar dapat memperbaiki kekuatan dari hasil sambungan lasnya. Baja yang digunakan yaitu baja karbon sedang (AISI 1045) dan empat posisi pegelasan yaitu down hand position, horizontal position, vertical position, dan over head position. Pengelasan dilakukan dengan las SMAW dengan menggunakan kampuh single V, single U dan single J serta lapisan las sebanyak 3 lapis (single V, single U dan single J) dan 4 lapis (single V dan single U). 25 Ukuran spesimen uji tarik sesuai standar ASTM E-8 tahun 2004. Dari data hasil pengujian diperoleh nilai rata-rata kekuatan tarik pada semua kampuh las dengan lapisan las sebanyak tiga lapis yang tertinggi yaitu pada pengelasan down hand position kemudian vertical position dan horizontal position dan rata-rata kekuatan tarik terendah yaitu pada pengelasan over head position. Kekuatan tarik dari pengelasan horizontal position dapat diperbaiki dengan memperbanyak lapisan las agar semua kampuh dapat terisi penuh. Sedangkan untuk memperbaiki nilai kekuatan tarik pada pengelasan over head position dapat mengguanakan kampuh las yang lebih luah serta memperbanyak lapisan las agar semua kampuh las terisi penuh. Kata kunci: posisi pengelasan, butt weld joint, baja AISI 1045 43

1. Pendahuluan Posisi atau sikap pengelasan merupakan fenomena yang menarik untuk dipelajari. Posisi pengelasan dapat mempengaruhi sifat dan kualitas dari hasil pengelasan. Posisi pengelasan yaitu pengaturan posisi atau letak gerakan elektroda las. Ada 4 (empat) posisi pengelasan pada las busur listrik yaitu posisi pengelasan di bawah tangan (down hand position), posisi pengelasan mendatar (horizontal position), posisi pengelasan tegak (vertical position) dan posisi pengelasan di atas kepala (over head position) [3], [8]. Ditinjau dari segi kemudahan melakukan pengelasan, dari keempat posisi pengelasan tersebut posisi pengelasan di bawah tanganlah yang paling mudah. Selain itu, posisi pengelasan di bawah tangan juga adalah posisi pengelasan dengan hasil las yang paling baik [1]. Namun posisi pengelasan di bawah tangan tidak selalu digunakan dalam proses pengelasan karena harus diperhatikan letak pekerjaan lasnya, misalnya dalam pengelasan kapal banyak menggunakan posisi pengelasan mendatar atau tegak, bahkan posisi pengelasan di atas kepala [7]. Posisi atau sikap pengelasan yaitu pengaturan posisi atau letak gerakan elektroda las. Posisi pengealasan yang digunakan biasanya tergantung dari letak kampuh-kampuh atau celah-celah benda kerja yang akan dilas. Posisi-posisi pengelasan terdiri dari posisi pengelasan di bawah tangan (down hand position), posisi pengelasan mendatar (horizontal position), posisi pengelasan tegak (vertical position), dan posisi pengelasan di atas kepala (over head position) [1]. Mengelas dengan posisi tegak merupakan pengelasan yang arahnya mengikuti arah garis tegak/vertikal. Seperti pada horizontal position pada vertical position, posisi benda kerja biasanya berdiri tegak atau agak miring sedikit searah dengan gerak elektroda las yaitu naik atau turun (gambar 1c). Misalnya pengelasan badan kapal laut arah vertikal. 4. Posisi pengelasan di atas kepala (over head position) Benda kerja terletak di atas kepala welder, sehingga pengelasan dilakukan di atas kepala operator atau welder. Posisi ini lebih sulit dibandingkan dengan posisi-posisi pengelasan yang lain. Posisi pengelasan ini dilakukan untuk pengelasan pada permukaan datar atau agak miring tetapi posisinya berada di atas kepala, yaitu letak elektroda berada di bawah benda kerja (gambar 1d). Misalnya pengelasan atap gudang bagian dalam. Posisi pengelasan di bawah tangan (down hand position) memungkinkan penetrasi dan cairan logam tidak keluar dari kampuh las serta kecepatan pengelasan yang lebih besar dibanding lainnya. Pada horizontal position, cairan logam cenderung jatuh ke bawah, oleh karena itu busur (arc) dibuat sependek mungkin. Demikian pula untuk vertical dan over head position. Penimbunan logam las pada pengelasan busur nyala terjadi akibat medan electromagnetic bukan akibat gravitasi, pengelasan tidak harus dilakukan pada down hand position ataupun horizontal position [1]. 1. Posisi pengelasan di bawah tangan (down hand position) Posisi pengelasan ini adalah posisi yang paling mudah dilakukan. Posisi ini dilakukan untuk pengelasan pada permukaan datar atau permukaan agak miring, yaitu letak elektroda berada di atas benda kerja (gambar 1a). 2. Posisi pengelasan mendatar (horizontal position) Mengelas dengan posisi mendatar merupakan pengelasan yang arahnya mengikuti arah garis mendatar/horizontal. Pada posisi pengelasan ini kemiringan dan arah ayunan elektroda harus diperhatikan, karena akan sangat mempengaruhi hasil pengelasan. Posisi benda kerja biasanya berdiri tegak atau agak miring sedikit dari arah elektroda las. Pengelasan posisi mendatar sering digunakan unutk pengelasan benda-benda yang berdiri tegak (gambar 1b). Misalnya pengelasan badan kapal laut arah horizontal. 3. Posisi pengelasan tegak (vertical position) 44

5 10 15 (a) Down hand position (b) position 20 25 35 (c) Vertical position (d) Over head position Gambar 1. Posisi pengelasan. 40 45 45

Penempatan benda kerja disesuaikan dengan permintaan, dalam hal ini adalah menyesuaikan posisi pengelasan. Contoh posisi-posisi pengelasan seperti gambar berikut: 5 10 (a) Fillet joint (T-joint). 15 20 1G 2G 3G 4G 25 (b) Butt joint. Gambar 2. Posisi-posisi pengelasan. 35 1G pipa 2G pipa 40 5G pipa 45 6G pipa Gambar 3. Posisi-posisi pengelasan untuk pengelasan pipa. 46

Posisi pengelasan 1G pipa, pada pengelasan pipa 1G ini, pipa diputar dan pengelasan tetap memposisikan elektroda di atas material (down hand position). 5 Pengelasan 2G pipa, pipa diam, juru las mengelas mengitari pipa atau sama seperti horizontal position. Pengelasan 5G pipa, pipa diam, juru las mengelas diawali dari bagian bawah terus 10 melingkar berhenti di pipa bagian atas pada sisi sebelahnya. Pada sisi lain dilakukan dengan cara yang sama yaitu diawali dari bawah terus melingkar dan berhenti di atas. pengelasan ini disebut dengan posisi pengelasan 5G up Hill 15 atau vertical position. Posisi pengelasan di atas kepala adalah posisi 6G. Pemasangan pipa dimiringkan 45 derajat terhadap sumbu horizontal. Pengelasan dilakukan dari pipa bagian bawah terus 20 melingkar ke arah kanan/kiri dan berhenti di atas. Dilanjutkan dengan pengelasan sebaliknya diawali dari bawah dan terus melingkar berhenti di bagian atas. Cara pengelasan seperti ini disebut 6G up hill atau 25 seperti over head position. Angka-angka pada posisi-posisi pengelasan tersebut di atas menunjukkan tingkatan-tingkatan posisi pengelasan. Angka yang semakin tinggi berarti menujukkan kwalifikasi yang tinggi pula. Posisi-posisi pengelasan di atas menunjukkan kwalifikasi juru las yang berhak mengelasnya. ika juru las memiliki sertifikat kwalifikasi 6G, maka juru las tersebut 35 diperbolehkan untuk mengelas semua posisi. Tetapi jika juru las tersebut memiliki sertifikat 4G plate, maka juru las tersebut tidak boleh menglas pipa posisi apapun, tetapi boleh mengelas posisi pengelasan 1F, 2F, 3F, 4F 40 maupun 1G, 2G, 3G dan 4G [4]. Seorang tukang las atau welder sebaiknya menghindari (bila mungkin) posisi menghadap ke atas atau pengelasan di atas kepala karena merupakan posisi yang paling 45 sulit, tetapi pengelasan di lapangan dapat memerlukan sembarang posisi pengelasan yang tergantung pada orientasi sambungan. Posisi pengelasan di lapangan harus diperhatikan dengan teliti. Pengelasan dilakukan dengan empat posisi yaitu down hand position (pengelasan di bawah tangan), horizontal position (pengelasan mendatar), vertical position (pengelasan tegak), dan over head position (pengelasan di 55 atas kepala). Serta menggunakan kampuh las single V, single U, dan single J dengan lapisan las sebanyak 3 lapis dan 4 lapis untuk memperbaiki nilai kekuatan tarik beberapa posisi pengelasan pada arah beban transversal 60 dan longitudinal. 2. Pembahasan 65 Setiap kampuh memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan kampuh single V yaitu pembuatan kampuh yang mudah dan mempunyai kekuatan yang cukup besar setelah kampuh terisi oleh logam las. 70 Kelebihan dari kampuh single U yaitu mempunyai kekuatan yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan kampuh single V, karena luas dari kampuh yang lebih luas. Tetapi pembuatan kampuh single U 75 lebih sulit. Sedangkam kampuh single J cocok untuk pengelasan horizontal position karena seluruh kampuh akan terisi penuh oleh logam las, tetapi untuk posisi pengelasan lainnya kekuatannya 80 agak kecil dibandingkan kekuatan kampuh single V dan U. 85 Arah pengelasan 90 Gambar 4. Hasil pengelasan down hand position. 47

5 10 Arah pengelasan (a) Sebelum terak dibersihkan (b) Setelah terak dibersihkan 15 Gambar 5. Hasil pengelasan vertical position. Arah pengelasan 20 (a) Sebelum terak dibersihkan. Peleburan tidak sempurna (b) Setelah terak dibersihkan. 25 Gambar 6. Hasil pengelasan horizontal position Peleburan tidak sempurna (a) Sebelum terak dibersihkan (b) Setelah terak dibersihkan 35 Gambar 7. Hasil pengelasan over head position 48

Jurnal Mechanical, Volume 1, Nomor 1,Maret 2010 Perbandingan kekuatan tarik dari empat posisi pengelasan dengan menggunakan kampuh single V 3 lapis. Down hand position mempunyai nilai kekuatan tarik yang paling 5 besar. Hal ini dapat disebabkan oleh pengisian logam las yang sempurna, yang mengisi penuh ruang yang ada pada kampuh. Nilai kekuatan tarik yang terkecil yaitu pada over head position. Hal ini disebabkan posisi pengelasan 10 yang sangat sulit dilakukan. Pada posisi ini, pada saat pengelasan, logam las tidak mengisi kampuh dengan sempurna karena sebagian logam las jatuh ke bawah lantai, serta terdapat rongga-rongga udara atau terjadi porositas dan 15 peleburan yang tidak sempurna. Pada horizontal position, nilai kekuatan tariknya lebih kecil dibandingkan down hand dan vertical position. Pada horizontal position, banyak logam las jatuh ke bagian bawah dari 20 kampuh las, sehingga bagian atas kampuh tidak terisi penuh. Hal ini yang menyebabkan kekuatan tarik horizontal position lebih kecil dari down hand dan vertical position. 35 40 Pada vertical position, nilai kekuatan tariknya lebih keci dari down hand position. Hal ini dapat disebabkan tidak sempurnanya peleburan logam las yang terjadi pada saat pengelasan dibandingkan dengan pengelasan down hand position. 380 3 320 290 260 2 200 480 4 420 390 360 3 0 385.82 324.41324.33 (a) Arah beban transversal. 482.56 352.45 447.05 429.5 419.77 Down Hand Vertical Down Hand Vertical 25 (a) Arah beban transversal. 45 (b) Arah beban longitudinal. Gambar 9. Perbandingan kekuatan tarik empat posisi pengelasan kampuh singel U 3 lapis. 480 4 420 390 360 3 0 479.78 444.37 422.98 419.83 Down Hand Vertical (b) Arah beban longitudinal. 55 Pada gambar 8, perbandingan kekuatan tarik dari empat posisi pengelasan dengan menggunakan kampuh single U 3 lapis. Sama seperti pengelasan yang menggunakan kampuh single V 3 lapis, down hand position mempunyai kekuatan tarik yang paling tinggi, dan over head position mempunyai kekuatan tarik yang paling kecil. Gambar 8. Perbandingan kekuatan tarik empat posisi pengelasan kampuh singel V 3 lapis. 49

Jurnal Mechanical, Volume 1, Nomor 1,Maret 2010 380 3 320 290 260 2 200 368.41 348.41 329.29 4.17 Down Hand Vertical 480 4 420 390 360 3 0 479.78 468.88469.81 Down Hand single V 3 lapis Horizonta l single V 4 lapis (a) Arah beban transversal. (b) Arah beban longitudinal. 480 4 420 390 360 3 0 478.21 439.49 426.89 417.13 Down Hand Vertical (b) Arah beban longitudinal. 5 Gambar 10. Perbandingan kekuatan tarik empat posisi pengelasan kampuh singel J 3 lapis. Sama seperti pengelasan yang 10 menggunakan kampuh single V 3 lapis dan single U 3 lapis, down hand position mempunyai kekuatan tarik yang paling tinggi, dan over head position mempunyai kekuatan tarik yang paling kecil. 15 380 3 320 290 260 2 200 375.6 370.62 367.52 Down Hand Positio n single V 3 lapis (a) Arah beban transversal. 20 Gambar 11. Perbandingan kekuatan tarik down hand position single V 3 lapis dengan horizontal position single V 4 lapis dan single U 4 lapis. 25 Untuk memperbaiki nilai kekuatan dari horizontal position butt weld joint agar hampir sama dengan kekuatan down hand position butt weld joint yang menggunakan kampuh single V 3 lapis yang dijadikan sebagai acuan, maka dilakukan percobaan dengan mengunakan kampuh single V 4 lapis dan single U 4 lapis dan didapatkan nilai kekuatan tarik horizontal position dengan kampuh single V 4 lapis dan single U 4 lapis ini hampir mendekati nilai 35 kekuatan tarik down hand position dengan kampuh single V 3 lapis. Gambar 11 merupakan grafik perbandingan kekuatan tarik down hand positon kampuh single V 3 lapis dengan 40 horizontal position single V 4 lapis dan single U 4 lapis. Dari gambar 11a dan 11b terlihat nilai kekuatan tarik masing-masing hanya berbeda tidak lebih dari 10 N/mm 2 baik pada arah beban transversal maupun longitudinal. 45 Pada posisi pengelasan mendatar atau horizontal position, semakin banyak lapisan las maka semakin kuat hasil lasannya. Tetapi, apabila lapisan las terlalu banyak maka hasil lasan akan terlihat jelek.

Jurnal Mechanical, Volume 1, Nomor 1,Maret 2010 380 3 320 290 260 2 200 4 445 440 435 4 425 420 415 410 354.09 343.22 324.56 323.95 Vertical single V 3 lapis single V 3 lapis single V 4 lapis (a) Arah beban transversal. 444.37 439.72 440.55 422.98 Vertical single V 3 lapis single V 3 lapis single V 4 lapis single U 4 lapis (b) Arah beban longitudinal. 5 Gambar12. Kekuatan tarik vertic position dan horizontal position single V 3 lapis dengan over head positionsingle V 4 lapis dan single U 4 lapis. Pengelasan pada over head position 10 adalah pengelasan yang sangat sulit dilakukan. Welder yang mempunyai mempunyai sertifikat A atau 6G yang dapat mengerjakan pengelasan over head position dengan baik. Nilai dari kekuatan pengelasan pada over head position 15 adalah yang paling kecil dibandingkan kekuatan ketiga posisi lainnya. Untuk memperbaiki nilai kekuatan dari pengelasan over head position dilakukan percobaan dengan mengunakan kampuh single V 4 lapis 20 dan single U 4 lapis. Nilai kekuatan tarik dari pengelasan over head position dengan menggunakan kampuh las single U 4 lapis mendekati nilai dari kekuatan tarik dari pengelasan vertical position dengan 25 menggunakan kampuh las single V 3 lapis, dengan selisih 4 sampai 9 N/mm 2. Nilai kekuatan tarik dari pengelasan over head position ini bahkan telah melewati nilai kekuatan dari horizontal position dengan menggunakan kampuh las single V 3 lapis. Hal ini dikarenakan pada over head position semua ruang kampuh lasnya terisi penuh oleh logam las, sedangkan pada horizontal position masih terdapat ruang kosong pada kampuh bagian 35 atas. Pada posisi pengelasan over head position, banyaknya lapisan las dan luas kampuh mempengaruhi kekuatan tarik hasil pengelasannya. Pada pengelasan arah beban 40 longitudinal, kekuatan tarik hasil pengelasan over head position dengan kampuh single V 4 lapis dan U 4 lapis hampir sama nilainya. Pada arah beban longitudinal luasnya kampuh las tidak terlalu mempengaruhi kekuatan tariknya 45 karena pengujian tarik tidak murni pada hasil pengelasan atu logam las, tetapi juga logam induk juga mempengaruhi kekuatan tariknya. Dari semua nilai kekuatan tarik posisi pengelasan, kekuatan tarik hasil pengelasan arah beban longitudinal lebih tinggi ±100 N/mm 2 dari kekuatan tarik hasil pengelasan arah beban transversal. Hal ini dikarenakan pada arah beban transversal, gaya tarik pada pengujian yang diberikan murni kepada logam 55 las. Sedangkan pada arah beban longitudinal, gaya tarik diberikan kepada logam las dan logam induk baja AISI 1045 yang mempunyai kekuatan tarik (2,40 N/mm 2 ) yang lebih besar dari kekuatan tarik logam las (± 380 60 N/mm 2 ). Struktur Mikro Pengujian struktur mikro initerlebih dahulu dilakukan polishing kemudian diikuti 65 dengan pengetsaan menggunakan larutan HNO 3 dan pembesaran 0 X. Hasil pengelasan didinginkan dengan cara normalizing (pendinginan dengan udara sekitar). Perlakuan normalizing ini tidak terlalu 70 merubah struktur mikro dari logam las hasil pengelasan. Hasil pengujian struktur mikro terdapat pada gambar 13. Pada gambar 13a, dapat terlihat struktur mikro pada weld metal atau daerah logam las 75 hasil pengelasan pada down hand position. Daerah atau gumpalan yang berwarna terang disebut daerah butir-butir ferrite yang bersifat lunak dan daerah yang berwarna gelap disebut daerah butir-butir pearlite yang bersifat keras 80 dan ulet. Pada struktur mikro tersebut juga terdapat bintik-bintik hitam yang merupakan void atau kotoran yang terbentuk pada saat 51

polishing. Pada gambar 13a, pearlit saling mengikat satu sama lain, ini dapat menyebabkan nilai kekuatan tarik dari hasil pengelasan down hand position bernilai tinggi 5 karena adanya ikatan struktur tersebut. Dari gambar sturktur mikro, pearlite lebih mendominasi dari struktur ferrite yang mengindikasikan daerah logam las bersifat keras dan ulet. Void yang ada hanya sedikit, hal 10 ini mengindikasikan pengelasan yang dilakukan sempurna. Logam las yang diindikasikan keras dan ulet berkaitan dengan kekuatan tarik dari pengelasan down hand position yang tinggi dan memiliki elongation 15 yang cukup besar. 20 25 35 40 45 (a) Down hand position. (b) Vertical position. (c) position. 55 52 (d) Over head position. Gambar 13. Struktur mikro weld metal hasil butt weld joint. 60 Pada gambar 13b merupakan gambar struktur mikro weld metal hasil pengelasan vertical position, terlihat bintik-bintik hitam atau yang disebut void hanya sedikit. Karena hal ini, pengelasan dapat dikatakan sempurna. 65 Pada gambar struktur mikro di atas, pearlite lebih banyak dibandingkan ferrite. Logam las hasil pengelasan vertical position bersifat keras dan ulet. Sama seperti struktur mikro hasil pengelasan down hand position, struktur 70 pearlit juga saling mengikat tetapi tidak terlalu rapat [5]. Berkaitan dengan struktur pearlit yang saling mengikat maka kekuatan dari hasil pengelasan ini cukup besar tetapi tidak sebesar pada hasil pengelasan down hand position. 75 Pada gambar 13c merupakan gambar struktur mikro dari weld metal hasil pengelasan pada horizontal position. Void yang terdapat pada struktur mikro logam las pengelasan horizontal position hanya sedikit. Pearlite yang 80 ada mengindikasikan logam las bersifat keras dan ulet. Pada struktur mikro di atas terlihat ferrite yang lebih besar dibandingkan ferrite yang terdapat pada vertical atau down hand position. Ferrite yang cukup banyak atau luas 85 dapat dipengaruhi oleh peleburan logam las yang kurang sempurna pada saat pengelasan. Peleburan yang kurang sempurna dapat terjadi karena pada saat pencairan logam las banyak cairan logam las yang turun atau jatuh ke 90 bagian bawah dari kampuh sehingga peleburan atau pencairan kurang baik. Peleburan yang kurang sempurna ini dapat mengakibatkan kekuatan dari hasil pengelasan horizontal position menjadi kecil, lebih kecil hasil 95 pengelasan down hand dan vertical position

yang peleburan atau pencairan logam lasnya sempurna. Pada gambar 13d, gambar struktur mikro weld metal pada pengelasan over head 5 position, terdapat void yang banyak yang disebabkan pengelasan yang kurang sempurna. Pengelasan yang kurang sempurna ini dikarenakan posisi pengelasan yang sangat sulit. Pada struktur mikro pengelasan over 10 head position, terdapat struktur pearlite yang mengindikasikan hasil lasan bersifat keras dan ulet. Tetapi struktur ferrite pada hasil pengelasan over head position lebih banyak atau lebih luas dibandingkan struktur ferrite 15 ketiga posisi lainnya. Hal ini menyebabkan kekuatan dan keuletan dari hasil pengelasan over head position lebih kecil daripada ketiga posisi lainnya. Pada pengelasan over head position, banyak cacat pengelasan yang terjadi 20 seperti porositas dan peleburan yang tidak sempurna. Porositas dapat terlihat dengan adanya void yang cukup banyak yang terlihat pada struktur mikro[2]. Struktur pearlit yang kurang 25 mengikat dan ferrite yang cukup banyak atau luas dapat dikarenakan peleburan yang kurang sempurna pada saat proses pengelasan berlangsung [5]. 3. Kesimpulan Hasil pengelasan down hand position dan vertical position sempurna karena kampuh terisi penuh dengan logam las. Hasil pengelasan horizontal position kurang 35 sempurna karena kampuh tidak terisi penuh dengan logam las, logam las jatuh ke bagian bawah dari kampuh sehingga bagian atas kampuh tidak terisi penuh. Hasil pengelasan over head position juga kurang sempurna 40 karena logam las banyak yang jatuh ke lantai, sehingga terjadi cacat seperti peleburan tidak sempurna. Posisi pengelasan di bawah tangan atau down hand position memiliki kekuatan tarik 45 dan elongation yang paling tinggi di antara semua posisi pengelasan baik arah beban transversal maupun longitudinal, dengan pengelasan memakai kampuh yang sama pada semua posisi pengelasan. Sedangkan over head position adalah posisi pengelasan yang mempunyai kekuatan tarik yang terendah. Daftar Pustaka [1] Bintoro, A. G., 2000, Dasar-dasar 55 Pekerjaan Las, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. [2] Dowling, Norman E., 1999, Mechanical Behavior of Materials, Penerbit Prentice- Hall, Edisi 2, New Jersey. 60 [3] Kenyon, W., 1985, Dasar-Dasar Pengelasan, Penerbit Erlangga, Jakarta. [4] Sonawan H., 2003, Pengelasan Logam, Penerbit Alfabeta, Bandung. [5] Suratman, R., 1994, Panduan Proses 65 Perlakuan Panas, Penerbit Lembaga Penelitian ITB, Bandung. [6] Timings, R.L., 1992, Engineering Materials, Penerbit Logman Group UK Limited, Volume 2, Malaysia. 70 [7] Weisman, C., Fundamental of Welding in Welding Handbook, American Welding Society, 7 th ed, Volume 1, Florida at: www.astm.org, diakses 19 Maret 2009. [8] Wiryosumarto, H., 1996, Teknologi 75 Pengelasan Logam, PT Pradnya Paramitha, Cetakan ke-7, Jakarta. 80 85 90 95 100 53