BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. didukung dengan kondisi wilayah Indonesia yang memiliki daratan luas, tanah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang. Perbankan (UU Perbankan) disebutkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan modal sebagai salah satu sarana dalam pengembangan unit usaha oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang adalah di bidang ekonomi. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. satu perolehan dana yang dapat digunakan masyarakat adalah mengajukan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dan mengalami kemajuan yang cukup pesat adalah. bidang ekonomi. Dalam perekenomian salah satu bidang yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Sipil. Ada juga beberapa orang yang bekerja di perusahaan-perusahaan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya manusia

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai investasi, mengingat nilainya yang

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian yang dimuat secara sah mengikat para pihak sebagai Undang-undang.

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. ini hampir seluruh kegiatan ekonomi yang terjadi, berkaitan dengan bank. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana ( surplus of fund) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lack of fund). Dengan demikian perbankan akan bergerak dalam kegiatan perkreditan, dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1 Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan disebutkan bahwa: Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Penyaluran dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat termasuk pekerja merupakan suatu menifestasi dari asas adil dan merata serta memberikan kesempatan lebih banyak kepada pengusaha-pengusaha kecil dan golongan ekonomi lemah untuk memperluas dan meningkatkan usahanya serta meningkatkan taraf hidupnya. Dalam hubungan kredit, pihak pemberi kredit 1 Muhamad Djumhana, 1996, Hukum Perbankan Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, Hlm ix.

2 (kreditur) memberikan pinjaman kepada pihak penerima kredit (debitur) dengan harapan bahwa pinjaman tersebut dapat digunakan dengan sebaikbaiknya oleh debitur dan juga pada saat yang ditentukan pinjamannya itu harus dikembalikan kepada kreditur, sehingga dalam hal ini sangat berhubungan erat dengan jaminan. Dalam penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut dijelaskan Jaminan diperlukan karena kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya harus memperhatikan asas-asas pemberian kredit yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah/debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank, sehingga untuk memperoleh keyakinan tersebut sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, prospek usaha debitur dan agunan. Penilaian yang seksama tersebut dilakukan karena pemberian kredit oleh bank merupakan kegiatan usaha yang mengandung risiko tidak kembalinya dana kreditur dari debitur yang disalurkan dan akan mengakibatkan terjadinya kredit macet sehingga dapat mempengaruhi kesehatan dan kelangsungan usaha bank sehingga bank selaku kreditur memerlukan perlindungan hukum terhadap uang yang disalurkannya dalam bentuk kredit. Secara umum, Undang-Undang telah memberikan jaminan

3 perlindungan kepada kreditur sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 KUH Perdata, yaitu : Segala harta kekayaan debitur, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sekarang ada maupun yang akan ada di kemudian hari menjadi tanggungan/jaminan atas hutang-hutangnya. Jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1131 tersebut masih dirasakan terlalu umum dan belum sepenuhnya melindungi kreditur apabila debitur wanprestasi. Untuk mengatasi hal tersebut, serta untuk dapat memberikan rasa aman bagi kreditur (bank), maka kreditur dapat meminta benda tertentu dalam bentuk barang, baik bergerak maupun tidak bergerak, sebagai jaminan atas kredit yang diberikan. berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, pembebanan barang dimaksud sebagai jaminan atas kredit yang diberikan. Jaminan kredit merupakan arti penting Collateral sebagai salah satu sumber pemberian kredit dalam rangka pendistribusian dana nasabah yang terkumpul oleh Bank serta untuk menggerakan roda perekonomian. Salah satu bentuk Collateral yang sangat dipertimbangkan adalah Collateral dalam bentuk jaminan khusus di luar jaminan yang berlaku umum menurut Pasal 1131 KUHPerdata tersebut di atas, Selain jaminan yang ditunjuk oleh Undang-Undang, sebagai bagian asas konsesualitas dalam hukum perjanjian, Undang-Undang memungkinkan para pihak untuk melakukan perjanjian penjaminan yang bersifat khusus yang merupakan jaminan dalam bentuk penunjukan atau penyerahan barang tertentu secara khusus sebagai jaminan

4 atas pelunasan kewajiban/utang debitur kepada kreditur tertentu, yang hanya berlaku untuk kreditur tertentu tersebut, secara kebendaan 2. Jaminan kebendaan yang bersifat khusus diperlukan kreditur agar piutangnya terjamin karena jika debitur lalai memenuhi kewajibannya dan harta kekayaannya tidak mencukupi untuk melunasi semua utangnya terhadap beberapa kreditur maka beberapa kreditur hanya memiliki hak atau berkedudukan sebagai kreditur konkuren artinya semua kreditur mempunyai hak yang sama dan masing-masing memperoleh pembayaran yang proposional dengan besarnya piutang masing-masing sebagaimana diatur Pasal 1132 KUHPerdata, yaitu : Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu di bagibagi menurut besar-kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk di dahulukan. Dengan adanya Pasal 1132 KUHPerdata sudah tentu akan mengakibatkan bank sebagai kreditur tidak memperoleh kembali seluruh piutangnya. Kondisi ini akan merugikan bank sehingga bank dapat mengadakan perjanjian tambahan yang merupakan jaminan bersifat khusus disamping dengan adanya jaminan yang bersifat umum, maka jika ada perjanjian khusus kedudukan bank sebagai kreditur akan berubah menjadi kreditur preferen yaitu jika debitur lalai memenuhi kewajibannya, kreditur berhak langsung menjual barang-barang yang dijaminkan itu untuk melunasi utang-utangnya, tanpa perlu memperhatikan kreditur lainnya. 2 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2001, Jaminan Fidusia, RajaGrafindo, Jakarta, Hlm. 74.

5 Sehubungan dengan masalah jaminan/agunan di dalam dunia perbankan dewasa ini, telah berkembang pula pemberian kredit tanpa agunan. Pemberian kredit tanpa agunan ini digunakan untuk berbagai tujuan dan kegunaan. Tujuan dari kredit tanpa agunan ini selain utk kepentingan konsumsi juga digunakan untuk pengembangan dunia usaha dan kepentingan lainnya sesuai dengan keinginan debitur. Secara umum, pemberian kredit tanpa agunan ini diberikan dengan persyaratan-persyaratan formal tertentu dan tidak melibatkan barang jaminan fisik debitur. Pemberian kredit tanpa agunan ini tentunya harus diberikan dengan ketelitian dan kehati-hatian, oleh karena pemberian kredit tanpa agunan ini akan dapat menimbulkan masalah besar dikemudian hari berkaitan dengan pengembalian kreditnya. Mengenai pemberian kredit tanpa agunan, Pasal 8 dan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan mengatur mengenai hal-hal yang berkaitan di dalam pemberian kredit. Bank wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah/debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan kredit dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Kepercayaan atas kemampuan dan kesanggupan debitur inilah yang merupakan faktor yang penting dalam pasal ini. Agunan adalah unsur pendukung, bukan merupakan unsur utama dalam pemberian kredit 3. 3 Tjoitoedinugroho, 2004, Perbankan Masalah Perkreditan, Penghayatan, Analisis, dan Penuntun, Cetakan Keenam, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 44.

6 Bank Rakyat Indonesia, termasuk Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Yogyakarta Katamso, salah satu bank tertua dan terbesar di Indonesia selaku kreditur dalam meningkatkan kesejahteraan hidup dan motivasi kerja para pekerjanya juga memberikan kredit tanpa agunan ini berupa fasilitas pinjaman lunak tanpa jaminan kepada para pekerjanya dengan memotong gaji pekerjanya setiap bulan sebagai angsuran pembayaran atas kredit/pinjamannya yang dibayarkan selama kurun waktu tertentu berdasar perjanjian yang telah disepakati. Namun seiring berjalannya waktu, diantara para pekerja tersebut ada yang mengundurkan diri sebagai pekerja atau terkena pemutusan hubungan kerja sehingga menyebabkan angsuran yang seharusnya lancar menjadi macet. Memperhatikan hal-hal tersebut di atas penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti upaya penyelesaian kredit macet pada fasilitas pinjaman khusus pekerja tetap Bank Rakyat Indonesia di Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Yogyakarta Katamso. B. Rumusan Masalah Bagaimanakah upaya penyelesaian kredit macet pada fasilitas pinjaman khusus pekerja tetap Bank Rakyat Indonesia di Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Yogyakarta Katamso?

7 C. Keaslian Penelitian Penulisan tentang upaya penyelesaian kredit macet pada fasilitas pinjaman khusus pekerja tetap Bank Rakyat Indonesia di Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Yogyakarta Katamso dalam penelitian ini merupakan prioritas masalah yang akan diteliti. Menurut penulis, dari hasil penelusuran dan pengamatan kepustakaan yang penulis lakukan di lingkungan perpustakaan Universitas Gadja Mada sebenarnya penelitian tentang penyelesaian kredit macet telah relatif banyak diajukan oleh mahasiswa fakultas hukum tetapi khususnya upaya penyelesaian kredit macet pada fasilitas pinjaman khusu pekerja tetap Bank Rakyat Indonesia di Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Yogyakarta Katamso belum pernah diajukan atau diteliti sehingga penulis berkesimpulan bahwa penulisan karya ilmiah ini belum pernah dilakukan oleh siapapun sehingga keaslian penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. D. Faedah Penelitiaan 1. Untuk menambah Khasanah ilmu hukum khususnya dalam bidang hukum perjanjian dan ilmu pengetahuan pada umumnya. 2. Untuk dapat menjadi bahan masukan bagi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk Kantor Cabang Yogyakarta Katamso dalam penyelesaian kredit bagi pekerjanya. 3. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam rangka mendapatkan gelar Magister pada Program Magister Kenotariatan Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

8 E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya penyelesaian kredit macet pada fasilitas pinjaman khusus pekerja tetap Bank Rakyat Indonesia di Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Yogyakarta Katamso.