Jakarta: PT Prakarsa Target Maxima Graha Pena Lt. 17 R.1709 Jl. A. Yani 88, Surabaya Tel. (031) / Fax.

dokumen-dokumen yang mirip
REVALUASI AKTIVA TETAP

MUTUAL AGREEMENT PROCEDURE (MAP) ( Bagian II )

Pengabdian Masyarakat 2016 BAGIAN 3 PELATIHAN PENYUSUNAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN WAJIB PAJAK BADAN PADA KOPERASI DI KOTA BANDUNG

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak. SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi. Tahun Pajak 2014 PJ.091/KUP/S/006/

MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak?

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

SURAT SETORAN PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SSP. 25 April STIE Widya Praja Tanah Grogot

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan)

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN KETENTUAN MENGENAI SANKSI PERPAJAKAN DI INDONESIA

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-32/PJ/2009 TANGGAL : 25 MEI 2009

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

I. PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? (Oleh : Johannes Aritonang -Widyaiswara Madya pada BDK Pontianak)

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NPWP dan Pengukuhan PKP

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG

Y. PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI FORMULIR TAHUN PAJAK

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2009 TENTANG

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Surat Ketetapan Pajak. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

Keputusan Dirjen Pajak KEP-537/PJ./2000 tgl 29 Desember 2000

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

FAKTUR PAJAK. Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak : 10

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya. telah diatur dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-241/PJ./2002, Tgl

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 04/PJ/2017 TENTANG

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

DAFTAR FORMULIR SPT MASA PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 DAN BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ.

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar

1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PROGRAM STUDI AKUNTANSI

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MANAJEMEN PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bisa ditarik apa yang telah dibahas dan dianalisis oleh penulis dalam skripsi ini

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PETUNJUK UMUM

PER - 32/PJ/2010 PELAKSANAAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PEN

Transkripsi:

Edisi Maret I www.pajak.asia Editorial Salam jumpa Pembaca, Momen yang di tunggutunggu akhirnya tiba. Dengan kerendahan hati, Target Consulting Group (TCG) menerbitkan SPTaxNews. Ajang berbagi informasi dalam format newsletter ini akan hadir secara berkala (dwi mingguan) di tangan Anda, yang telah terdaftar sebagai Membership kami. Dalam edisi perdana ini, tedapat beberapa pokok bahasan penting yang akan kami ketengahkan. Pertama informasi tentang seluruh aktivitas bisnis TCG. Kedua, pembahasan tentang Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 43/PMK.03/ Tentang Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Ditanggung Pemerintah (DTP) atas Penghasilan Pekerja Pada Kategori Usaha Tertentu. Ketiga, tentang pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT) yang menjadi hak Wajib Pajak. Dalam setiap edisi berikutnya, akan disajikan artikel utama, resume peraturan pajak terbaru, kurs mata uang asing, berita seputar perpajakan dan hal lainnya yang berkaitan. Ke depannya kami yakin, dengan dukungan Anda, SPTaxNews akan melaju lebih cepat lagi. Selamat membaca, dan sampai jumpa pada edisi berikutnya. Salam, Redaksi Suluh Prima Target Consulting Group arget Consulting Group (TCG) T adalah suatu group perusahaan konsultan yang bergerak di bidang keuangan, perpajakan, dokumentasi & filling, dan hukum yang dibentuk untuk dapat menjadi One Stop Consulting Services yang melayani klien di dalam berbagai bidang layanan yang dibutuhkan. Perusahaan yang tergabung dalam TCG adalah perusahaan yang terafiliasi dengan TCG dan juga perusahaan lain yang tidak terafiliasi namun memilih untuk bergabung untuk dapat saling bersinergi dan memberikan manfaat satu sama lain. TCG memiliki basis operasi di beberapa kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Surabaya, Medan dan Batam. Di Jakarta, perusahaan yang tergabung dalam TCG saat ini adalah PT Suluh Prima Target yang bergerak di bidang jasa pelatihan dan konsultasi perpajakan, Kantor Akuntan Publik Basyirudin dan Wildan (KAP BW) yang melengkapi pelayanan TCG di bidang keuangan, akuntansi dan teknologi informasi, dan Kawa Law Office (KAWA) yang bergerak bidang jasa konsultasi dan litigasi hukum. Masih di Jakarta, untuk lebih memantapkan langkah bisnisnya, bidang pengembangan produk software perpajakan dan teknologi informasi juga dirambah oleh TCG melalui PT Target Digital Solusindo (TDS). Sedangkan di bidang penyediaan jasa manajemen kearsipan dan kepustakaan dengan bantuan teknologi dan manajemen informasi, PT Target Indofilling (TIF) menjadi garda terdepan TCG. Di kota Surabaya dan Batam, TCG diwakili oleh PT Prakarsa Target Maksima dan PT Target Solusi Perkasa yang bergerak di bidang jasa pelatihan dan konsultasi perpajakan. * * * * Daftar Isi: PPh 21 DTP: Apa dan Bagaimana? (Bagian 1)...... hal. 2 Perbaiki SPT Yuk!.........hal. 4 Resume Peraturan Pajak Baru..hal. 9 Jadwal Training SPT (Maret )..hal. 8 Jakarta: PT Suluh Prima Target Tanjung Mas Raya Blok B1 No.4 Tanjung Barat, Jak-Sel Tel. (021)780 3254/7112 2992 Fax. (021) 781 8456 Tim Redaksi Surabaya: PT Prakarsa Target Maxima Graha Pena Lt. 17 R.1709 Jl. A. Yani 88, Surabaya Tel. (031) 829 3464 / 827 1099 Fax. (031) 829 1091 Batam: PT Target Solusi Perkasa First City Complex Blok B3 No.3 Batam Center Kep-Riau Tel. (0778) 466 995 Fax (0778) 466 995 Medan: PT Suluh Prima Target Jl. Dr Mansur No.152 A Medan 20131 Tel. (061) 821 4127 Fax (061) 821 4219 Wildan Permana, Tugiman Binsarjono, Abdul Rohim, Sugeng Kurniawan, Tomy Ardiansyah, Luki Martianawati, Fajriah Hidayati, Satrio Wicaksono.

Halaman 2 PPh Pasal 21 DTP: Apa dan Bagaimana? (Bagian 1) Ketentuan pemberian insentif PPh Pasal 21 itu hanya bagi karyawan yang berpenghasilan kotor mulai Rpl,3 juta sampai dengan Rp5 juta per bulan. Karyawan yang dalam satu bulan berpenghasilan Rp5 juta ke atas tidak menerima insentif karena dianggap telah menikmati fasilitas penurunan jenjang tarif PPh orang pribadi seiring dengan berlakunya PPh baru. D iterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 43/PMK.03/ tentang Pelaksanaan Pemberian Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditangung Pemerintah (PPh Pasal 21 DTP) atas Penghasilan Pekerja Pada Pemberi Kerja yang Berusaha Pada Kategori Tertentu, langsung menjadi sorotan media, baik cetak maupun elektronik. Mereka berlomba menyajikan informasi tersebut. Salah satunya seperti cuplikan artikel berita di atas (Harian Bisnis Indonesia, Kamis 5 Maret ). Artikel berita tersebut langsung dikonsumsi oleh masyarakat luas. Informasi tersebut pun bergulir cepat dari mulut ke mulut. Layaknya domino effect, mulai dari teman, keluarga, kolega, sampai rekan bisnis yang peduli dengan pajak ramai membicarakannya. Rantai informasi pun semakin panjang. Kondisi tersebut tentu akan membawa efek tersendiri. Pada rantai penerima informasi terakhir, masyarakat yang tidak menerima informasi secara langsung, cenderung hanya mengetahui cuplikancuplikannya saja. Mereka khususnya masyarakat/wajib Pajak yang awam mengira bahwa substansi PMK Nomor 43/PMK.03/ juga memberikan insentif PPh Pasal 21 DTP bagi penghasilannya. Padahal dalam konteks ini, pemerintah memliki aturan main tersendiri. Kategori Usaha Tertentu dan Jumlah Penghasilan Yang Berhak DTP Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 43/PMK.03/ memang mengatur tentang pelaksanaan pemberian PPh Pasal 21 DTP bagi penghasilan yang diterima oleh pekerja/karyawan. Namun yang harus digarisbawahi adalah insentif berupa PPh Pasal 21 DTP tadi hanya diberikan atas penghasilan pekerja pada kategori usaha tertentu yang sudah ditetapkan. Redaksional Pasal 2 PMK Nomor 43/PMK.03/ secara eksplisit menyebutkan klausul pemberi kerja yang berusaha pada kategori tertentu. Kategori usaha tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut adalah kategori: (1) usaha pertanian termasuk perkebunan dan peternakan, perburuan dan kehutanan, (2) usaha perikanan, dan (3) usaha industri pengolahan. Jadi jelas, insentif PPh Pasal 21 DTP sebagaimana tertuang dalam PMK Nomor 43/PMK.03/, hanya diberikan pada kategori usaha tertentu, tidak ke seluruh sektor usaha. Pasal 1 PMK Nomor 43/PMK.03/ menyebutkan bahwa penghasilan yang berhak menerima insentif adalah penghasilan yang jumlah brutonya di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan jumlah dalam 1 (satu) bulannya tidak lebih dari Rp 5 Juta. Ini artinya pekerja yang bekerja di sektor-sektor yang telah ditentukan, yang berpenghasilan kotor mulai dari Rp1,3 Juta sampai dengan Rp5 Juta sebulan berhak menikmati insentif PPh 21 Pasal DTP. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 dan 2 PMK Nomor 43/PMK.03/ tersebut, tentunya dapat dijelaskan bahwa, insentif PPh Pasal 21 DTP dapat diberikan apabila kedua persyaratan kumulatif dipenuhi. Pertama, insentif tersebut hanya dapat dinikmati oleh para pekerja di sektor usaha pertanian termasuk perkebunan dan peternakan, perburuan, dan kehutanan, serta usaha perikanan dan kategori usaha pengolahan. Kedua, jumlah penghasilan bruto adalah mulai dari Rp1,3 Juta sampai dengan Rp5 Juta

Halaman 3 sebulannya. Untuk penghasilan di bawah Rp1,3 juta tidak mendapat insentif, karena memang tidak terutang PPh. Waktu Pelaksanaan Insentif Ketentuan yang tercantum dalam Pasal 6 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-22/PJ/ sebagai petunjuk pelaksanaan PMK Nomor 43/PMK.03/, tentunya wajib dipahami dan dilaksanakan oleh pemberi kerja yang masuk dalam kategori usaha tertentu. Hal ini penting, sebab pemberian insentif PPh Pasal 21 DTP tidak dilakukan secara kontinyu, melainkan memiliki batas waktu. Dalam Pasal 6 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-22/PJ/ tentang Pelaksanaan Pemberian PPh Pasal 21 DTP atas Penghasilan Pekerja Pada Pemberi Kerja Yang Berusaha Pada Kategori Usaha Tertentu, disebutkan bahwa pemberian insentif PPh Pasal 21 DTP mulai berlaku untuk PPh Pasal 21 terutang pada rentang Masa Pajak Februari sampai dengan November. Langkah pemerintah menetapkan jangka waktu pemberian insentif PPh pasal 21 DTP kiranya berdasar pada prediksi bahwa krisis global yang terjadi saat ini yang dapat menurunkan kegiatan perekonomian nasional khususnya bagi sektor usaha yang intensitas ekspornya tinggi akan berakhir pada akhir tahun. Jadi stimulus fiskal ini dapat membantu dunia usaha dan mendorong peningkatan daya beli pekerja di saat krisis. Kewajiban dan Konsekuensi Pemberi Kerja Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pekerja di sektor tertentu dengan jumlah penghasilan yang telah ditetapkan, mulai Masa Pajak Februari sampai dengan November berhak atas insentif PPh Pasal 21 DTP. Hal ini tentunya akan berimbas pada kewajiban tambahan yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh pemberi kerja. Sesuai dengan Pasal 6 Peraturan Dirjen Pajak Nomor 22/PJ/, PPh Pasal 21 DTP wajib dibayarkan secara tunai kepada pekerja, saat pemberi kerja memberikan penghasilan. Jumlahnya adalah sebesar jumlah PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan masing-masing pekerja. Kemudian walaupun pada kondisi biasa pihak pemberi kerja memberlakukan dua opsi pemotongan PPh Pasal 21, yaitu (1) memberikan tunjangan atau (2) menangung PPh Pasal 21 terutang, PPh Pasal 21 tersebut tersebut tetap harus diberikan kepada masing-masing pekerjanya. Nantinya, pemberi kerja wajib menyampaikan realisasi pembayaran PPh Pasal 21 DTP kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar dengan menggunakan formulir khusus. Kemudian dalam pengadministrasiannya, pemberi kerja tetap harus membuat Surat setoran Pajak (SSP) yang dibubuhi cap PPh PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH EKS PMK NOMOR 43/ PMK.03/. Formulir dan SSP tersebut nantinya dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21 Masa Pajak yang sama. Apabila pemberi kerja melakukan kesalahan/ketidakbenaran dalam melaksanakan pemotongan dan pengadministrasian PPh Pasal 21 DTP yang dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21, konsekuensinya pemerintah berhak menagih kembali PPh Pasal 21 DTP tersebut sesuai Pasal 5 PMK Nomor 43/PMK.03/. Hak Pekerja Walaupun atas penghasilan para pekerja di sektor tertentu diberikan insentif berupa PPh Pasal 21 DTP, namun hak pekerja untuk memperoleh bukti pemotongan tidak hilang. Para pekerja berhak meminta bukti potong PPh Pasal 21 DTP, sebagai bukti otentik untuk dapat memperoleh hak selanjutnya, yaitu mengkreditkan PPh Pasal 21 DTP tersebut dengan PPh terutang atas seluruh penghasilan yang dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun. Ketentuan mengenai kewajiban pemberi kerja untuk tetap membuat dan memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 DTP tertuang dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Dirjen Pajak Nomor 22/PJ/ tentang tentang Pelaksanaan Pemberian PPh Pasal 21 DTP atas Penghasilan Pekerja Pada Pemberi Kerja Yang Berusaha Pada Kategori Usaha Tertentu. ****

Halaman 4 Perbaiki SPT Yuk! alah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) baik Orang S Pribadi maupun Badan yang telah ber-npwp adalah menyampaikan/melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat di mana WP tersebut terdaftar. Namun adakalanya, setelah SPT disampaikan, WP baru menyadari ada kekeliruan dalam SPT yang disampaikan sebelumnya. Kalau sudah begini, WP dapat menggunakan haknya dengan mengajukan pembetulan SPT kepada Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak. Undang-undang perpajakan yang berlaku di Indonesia, menjamin hak WP untuk melakukan pembetulan melalui Pasal 8 UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP Baru). Di mana disebutkan bahwa WP dengan kemauan sendiri dapat melakukan pembetulan terhadap SPT yang telah disampaikannya (SPT asli) kepada Dirjen Pajak, dengan cara menyampaikan permohonan tertulis. Jangka Waktu Pembetulan Dalam Pasal 8 ayat (1) UU Nomor 16 Tahun 2000 (UU KUP Lama), pembetulan SPT hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu 2 (dua) tahun setelah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak, dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan pemeriksaan. Yang menarik dalam mekanisme pembetulan SPT pada UU KUP Baru adalah pembetulan dapat dilakukan kapan saja, tidak terbentur dengan jangka waktu 2 (dua) tahun. Namun klausul dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan masih tetap ada. Hal ini tentunya menjelaskan bahwa, pembetulan SPT sesuai UU KUP Baru dapat kapan saja dilakukan, sepanjang belum dilakukan tindakan pemeriksaan. Yang dimaksud dengan mulai melakukan tindakan pemeriksaan adalah pada saat Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak (SP3) disampaikan kepada WP, atau disampaikan kepada WP melalui wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa. Jadi dengan kata lain, selama SP3 belum diterbitkan, disampaikan oleh KPP, dan diterima oleh WP, maka pembetulan SPT sah-sah saja dilakukan. Yang mesti diperhatikan oleh WP adalah khusus untuk SPT Pembetulan yang menyatakan rugi atau lebih bayar (LB), sesuai UU KUP Baru, pembetulan SPT tetap harus disampaikan dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan. Dalam UU KUP Baru, daluwarsa penetapan adalah 5 (lima) tahun setelah berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak (Penjelasan Pasal 8 ayat (1a) UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP). Jangka waktu ini lebih singkat dari daluwarsa penetapan sesuai UU KUP Lama yaitu 10 (sepuluh) tahun. Konsekuensi Pembetulan Sebelum melakukan pembetulan SPT, ada baiknya WP memahami konsekuensi apa yang harus ditanggungnya kelak. Sebab sebagaimana telah diketahui, pembetulan SPT sangat lekat dengan pengenaan sanksi. Baik sanksi administrasi berupa bunga, denda, ataupun kenaikan, yang berimplikasi kepada kantong WP. Oleh karenanya WP dituntut untuk memahami aturan main yang disebutkan dalam UU KUP Baru sebelum melakukan pembetulan. Konsekuensi bagi WP yang melakukan pembetulan SPT Tahunan sesuai UU KUP Baru

Halaman 5 adalah, pertama apabila nantinya pembetulan mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar (pajak yang terutang menurut SPT Pembetulan lebih besar dari pajak terutang menurut SPT Tahunan asli), maka WP akan dikenai sanksi administrasi bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah yang kurang dibayar tersebut, yang dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Untuk SPT Masa, konsekuensi pembetulan terhadapnya di mana mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar (pajak yang terutang menurut SPT Pembetulan lebih besar dari pajak terutang menurut SPT Asli), maka nantinya WP akan dikenai sanksi administrasi bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah yang kurang dibayar tersebut, yang dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. P e m e r i k s a a n T e l a h Dilakukan Sebagaimana disinggung seb e lum nya, wa laupun jangka waktu 2 (dua) tahun u n t u k m e n g a j u k a n pembetulan ditiadakan dalam UU KUP Baru, dan hanya berlaku bagi pembetulan SPT yang menyatakan rugi atau lebih bayar (LB), namun klausul dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan masih tetap ada dalam UU KUP Baru. Lalu bagaimana jika Dirjen Pajak telah mulai melakukan pemeriksaan terhadap WP yang bersangkutan? Apakah WP masih dapat melakukan pembetulan SPT-nya? Terdapat dua opsi jawaban atas pertanyaanpertanyaan tersebut di atas. Opsi pertama, apabila Dirjen Pajak telah mulai melakukan pemeriksaan, dalam arti SP3 telah diterbitkan, disampaikan oleh KPP, dan diterima oleh WP yang bersangkutan, sepanjang belum diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), maka WP masih dapat mengungkapkan ketidakbenaran yang termuat dalam SPT-nya dalam laporan t e r s e n d i r i. N a m u n p e n g u n g k a p a n ketidakbenaran dalam SPT-nya tersebut hanya boleh dilakukan sepanjang jumlah pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil, rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih besar atau kecil, jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil, dan modal menjadi lebih besar atau lebih kecil. Konsekuensi yang ditanggung oleh WP pada kondisi sebagaimana disejelaskan di atas adalah dikenakannya sanksi kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari pajak Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT tersebut. Sanksi tersebut beserta pokok pajak yang kurang dibayar harus dilunasi oleh WP sebelum laporan tersendiri dimaksud disampaikan. Opsi kedua adalah walaupun tindakan pemeriksaan telah dilakukan oleh Dirjen Pajak, namun belum dilakukan t i n d a k a n p e n y i d i k a n terhadap ketidakbenaran alpa menyampaikan SPT, atau menyampaikan SPT yang tidak benar atau tidak lengkap yang dilakukan oleh WP, maka WP pun masih dapat mengungkapkan k e t i d a k b e n a r a n perbuatannya. Dan UU KUP Baru menjamin bahwa tindakan pemeriksaan yang dilakukan oleh Dirjen Pajak tidak akan dilanjutkan dengan tindakan penyidikan. Hanya saja kondisi seperti itu ada syaratnya, yaitu bersamaan dengan pengungkapan ketidakbenarannya, WP diwajibkan melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang seharusnya terutang, beserta sanksi bunga sebesar 150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar. Kemudian, apabila WP menerima Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam SPT yang akan dibetulkan, maka sepanjang belum dilakukan pemeriksaan WP masih dapat melakukan pembetulan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah salah satu surat yang disebutkan di atas diterima oleh WP. * * * *

Halaman 6 Peraturan Pajak Terbaru (1) No. PERATURAN PERIHAL KETERANGAN 1. PP No. 25 Tahun Tentang Pajak Penghasilan Kegiatan Usaha Berbasis Syariah Penegasan perlakuan PPh dari kegiatan usaha berbasis syariah, meliputi penghasilan, biaya (termasuk hak pihak ketiga atas bagi hasil, margin, dan kerugian dari transaksi bagi hasil), pemotongan pajak atau pemungutan pajak (hak pihak ketiga atas bagi hasil, bonus, margin dan hasil berbasis syariah lainnnya yang sejenis) 2. PER No. 22/PJ/ Pelaksanaan Pemberian Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah Atas Penghasilan Pekerja Pada P e m b e r i K e r j a Y a n g Berusaha Pada Kategori Usaha Tertentu 3 P M K N o. 43/PMK.03/ Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Pemerintah Atas Penghasilan Pekerja Pada Kategori Usaha Tertentu Aturan pelaksana tentang insentif PPh Pasal 21 yang ditanggung pemerintah (DTP) Karyawan yang bekerja pada pemberi kerja yang berusaha pada kategori usaha tertentu, dengan jumlah penghasilan bruto di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak dan tidak lebih dari Rp5 juta, mendapat insentif berupa PPh Pasal 21 ditanggung Pemerintah. 4. P M K N o. 14/PMK.03/ Perubahan Ketiga Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 516/Kmk.04/2000 Tentang Tata Cara Penentuan Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan. NPOPTKP untuk perolehan hak Rumah Sederhana Sehat (RSH) dan rumah Susun Sederhana (yang mempunyai dukungan fasilitas KPR bersubsidi) telah berubah dari semula sebesar Rp49 juta menjadi Rp55 juta. Tak hanya itu, batasan NPOTKP atas hak yang didapat dari warisan juga mengalami perubahan menjadi paling banyak Rp300 juta. 5. PER No. 21/PJ/ Tata Cara Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan S u r a t P e m b e r i t a h u a n Tahunan 6. PER No. 19/PJ/ Tata Cara Penerimaan Dan P e n g o l a h a n S u r a t Pemberitahuan Tahunan 7. PER - 12/PJ/ T at a Cara Pengaj uan P e r m o h o n a n D a n Pengadministrasian Penilaian Kem bali Aktiv a Tet ap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk paling lama 2 (dua) bulan sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan dengan cara menyampaikan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan. SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang disampaikan oleh Wajib Pajak diberikan tanda terima SPT tanpa dilakukan penelitian terlebih dahulu. Ketentuan ini menjelaskan bagaimana tata caranya bila perusahaan melakukan revaluasi aktiv a t et ap sesuai dengan PMK- 79/PMK.03/2008.

Halaman 7 Peraturan Pajak Terbaru (2) No. PERATURAN PERIHAL KETERANGAN 7 PER No. 11/PJ/ Perubahan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per- 179/Pj/2007 Tentang Tempat Lain Yang Dapat Digunakan Untuk Menerima Surat Pemberitahuan 8 PER No. 10/PJ/ Pengurangan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Dalam Tahun Bagi Wajib Pajak Yang Mengalami Perubahan Keadaan Usaha Atau Kegiatan Usaha 9 PP No. 19 TAHUN 10 PP No. 18 TAHUN 11 PP No. 17 TAHUN 12 PP No. 16 TAHUN 13 PP No. 15 TAHUN Pajak Penghasilan Atas Dividen Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Bantuan Atau Sumbangan Termasuk Zakat Atau Sumbangan Keagamaan Yang Sifatnya Wajib Yang Dikecualikan Dari Objek Pajak Penghasilan P a j a k P e n g h a s i l a n A t a s Penghasilan Dari Transaksi Derivatif Berupa Kontrak Berjangka Yang Diperdagangkan Di Bursa P a j a k P e n g h a s i l a n A t a s Penghasilan Berupa Bunga Obligasi Pajak Penghasilan Atas Bunga Simpanan Yang Dibayarkan Oleh Koperasi Kepada Anggot a Koperasi Orang Pribadi 14 PER No. 7/PJ/ Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per- 24/Pj/2008 Tentang Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Dan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang P r i b a di B e se r t a P et u nj u k Pengisiannya. Tempat lain (selain KPP) yang dapat digunakan untuk menerima laporan SPT antara lain: Pojok Pajak, Mobil Pajak, dan Tempat Khusus Penerimaan Surat Pemberitahuan Tahunan (Drop Box). Wajib Pajak dapat diberikan pengurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 sampai dengan 25% (dua puluh lima persen) untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Juni. Penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat final. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, dikecualikan sebagai objek Pajak penghasilan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan. Besarnya PPh atas penghasilan dari transaksi derivatif (yg diperoleh orang pribadi/badan) berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa adalah sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari margin awal dan bersifat final. Peraturan ini menetapkan besarnya PPh atas penghasilan dari bunga atau diskonto d a r i o b l i g a s i - - t e r m a s u k y a n g diterima/diperoleh Wajib Pajak Reksadana Besarnya PPh atas bunga simpanan koperasi adalah 0% untuk penghasilan hingga Rp240 ribu; sedangkan jika lebih dari Rp240 ribu adalah 10% dari jumlah bruto. PPh tersebut bersifat final. Wajib Pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan bruto hanya dari satu pemberi kerja dan berjumlah tidak lebih dari Rp 60 juta setahun menggunakan SPT Tahunan PPh formulir 1770SS.

Halaman 8 Jadwal Pelatihan Maret Doorprize Menarik...! Informasi dan Registrasi: Divisi Marketing SPT Jakarta Telp: (021) 780 3254 Ext. 804 Fax: (021) 781 8456 Email:marketing@penyusunpajak.com Kurs Pajak Dwi Mingguan Periode Sampai Dengan USD SGD EUR JPY (100) CNY 23-Maret-09 29-Maret-09 12.043,80 7.761,68 15,151.34 12,263.31 1,760.30 16-Maret-09 22-Maret-09 12.000,40 7.816,12 15.348,27 12.233,82 1,754,55 Sumber: Keputusan Menteri Keuangan RI No. 217/KM.01/ dan 222/KM.1/ * * * * SPTaxNews adalah produk publikasi berkala yang diterbitkan oleh Target Cosulting Group (TCG) untuk para Membership yang berisikan pembahasan mengenai seputar berita dan peraturan pajak terbaru (beserta implikasinya) dalam bentuk artikel. Materi yang disajikan semata-mata untuk kepentingan pemberian informasi dan bukan merupakan opini resmi kami dalam pengambilan keputusan yang bersifat strategis. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi situs kami di www.penyusunpajak.com. atau email ke sugeng@penyusunpajak.com untuk berkontribusi. * * * *