BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu.

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PEMBUNUHAN BAYI OLEH IBU KANDUNGNYA (Studi Kasus di Polresta Surakarta dan Polres Wonogiri)

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

BAB 1 PENDAHULUAN. secara konstitusional terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum sebagaimana diatur

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi hak anak (United

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. tegas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtstaat); tidak. berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstaat).

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

I. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak, adalah merupakan hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

III.METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasari pada metode

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, materil spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Kajian yuridis terhadap putusan hakim dalam tindak pidana pencurian tanaman jenis anthurium (studi kasus di Pengadilan Negeri Karanganyar)

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. hukum tidak berdasar kekuasaan belaka. 1 Permasalahan besar dalam. perkembangan psikologi dan masa depan pada anak.

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak dan perlindungannya tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. harus terjadi perselisihan atau sengketa dalam proses pembagian harta warisan

BAB I PENDAHULUAN. perjuangan bangsa dan juga merupakan sumber daya manusia (SDM) secara terus-menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan karunia berharga dari Allah Subhanahu wa Ta ala yang

BAB I PENDAHULUAN. melindungi individu terhadap pemerintah yang sewenang-wenang dan

I. PENDAHULUAN. keteraturan, ketentraman dan ketertiban, tetapi juga untuk menjamin adanya

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

BAB I PENAHULUHAN. norma dan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat. Setiap perbutan

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala bentuk kekerasan yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang harus dapat ditegakkan hukumnya. Penghilangan nyawa dengan tujuan kejahatan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja tidak dapat dibenarkan oleh undang-undang. Penegakan hukum merupakan bentuk upaya dalam menciptakan keadilan bagi pelaku dan korban. Penegakan hukum merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri korban, dan memberikan sanksi bagi pelaku yang telah menghilangkan hak korban tersebut. Penegakan hukum oleh aparat kepolisian merupakan hal utama yang harus dilakukan, demi menjamin keadilan terhadap hak hidup korban, serta untuk menjamin kepastian hukum terhadap pelaku pembunuhan, agar mendapatkan hukuman yang setimpal. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 1 Pengertian mengenai lingkup anak sangat luas, termasuk di dalamnya keberadaan anak bayi. Harkat dan martabat yang melekat pada anak dimulai sejak masih janin dalam kandungan hingga tumbuh menjadi dewasa. Keberadaan anak harus mampu dijaga dan dihargai sebagai bentuk penghargaan terhadap hak asasi manusia. Keberadaan anak mempunyai peranan dan posisi yang sangat penting sebagai penerus dari keluarga dan keturunannya, selain itu anak juga mempunyai peranan sebagai 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 ayat 1. 1

2 perwujudan dalam melanjutkan kehidupan bangsa. Perlu adanya perlindungan terhadap anak, untuk tetap menjaga hak-hak yang melekat pada diri anak dari segala perbuatan yang melanggar hukum. Keberadaan anak harus mampu dijaga sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Keberadaan anak pada dasarnya harus dilindungi, disayangi, dan dikasihi sebagai satu kesatuan anggota dalam keluarga. Perlindungan terhadap anak telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Perlindungan anak diberikan sebagai wujud nyata untuk menjamin tumbuh kembang anak, agar menjadi anak yang optimal dan maju dalam kehidupannya. Berkembang dalam tatanan lingkup keluarga dengan mengoptimalkan segala perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi anak. Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa seseorang dengan cara yang melanggar hukum, maupun yang tidak melawan hukum. 2 Perbuatan menghilangkan nyawa seseorang dengan maksud dan motif kejahatan, tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. Hak untuk hidup merupakan hak dasar yang dimiliki seseorang yang keberadaannya melekat pada masing-masing individu. Perbuatan ibu kandung yang tega membunuh anaknya, yang dalam hal ini adalah anak yang masih bayi merupakan suatu perbuatan yang dianggap sebagai perbuatan yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Keberadaan anak kandung merupakan anugerah yang harus dijaga dan dipelihara, bukan sebaliknya untuk disiksa maupun disakiti, apalagi sampai dibunuh. 2 Pengertian Pembunuhan. https://id.m.wikipedia.org/wiki/pembunuhan. Diakses pada hari Senin 12 September 2016. Pukul 13:35.

3 Persoalan di dalam rumah tangga biasanya menjadi permasalahan dasar yang menyebabkan ibu kandung tega melakukan pembunuhan terhadap anak kandungnya. Faktor ekonomi dan sosial sangat berperan penting yang menyebabkan ibu kandung tega melakukan perbuatan tersebut. Tingkat emosi dan pendidikan juga berpengaruh bagi mental ibu dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Alasan tersebut seharusnya tidak dapat dijadikan dasar bagi seseorang untuk melakukan perbuatan menghilangkan nyawa orang lain, apalagi sampai melakukan tindakan menghilangkan nyawa anak kandungnya sendiri. Persoalan tersebut harus mampu menjadi pembelajaran yang berharga bagi masyarakat kedepannya, agar perbuatan serupa tidak terulang kembali. Pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya itu berbeda dengan pembunuhan pada umumnya, baik terkait motif, cara, hubungan korban dan pelaku, maupun pihak-pihak lain yang terkait. Oleh karena itu tentang tindak pidana ini diatur secara khusus dalam KUHP, demikian juga terkait dengan Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-Undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Penegakan hukum oleh aparat kepolisian, merupakan salah satu tahap dalam proses penanganan dalam lingkup peradilan. Penegakan hukum harus mampu dilakukan dengan sebaik-baiknya agar nilai keadilan dapat dirasakan oleh semua kalangan, baik pihak keluarga korban, pihak pelaku, maupun masyarakat. Penegakan hukum yang mengandung prinsip proporsional adalah bagaimana penegakan hukum berjalan sedemikian rupa, dengan demikian

4 yang tegak tidak saja aturan normatifnya (aspek kepastian hukumnya) tetapi juga aspek filosofinya (aspek dan nilai keadilannya). 3 Penegakan hukum yang baik harus mampu menciptakan nilai keadilan yang mencangkup secara umum, baik nilai keadilan dari pihak korban, pelaku, maupun masyarakat secara keseluruhan. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul: PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS PEMBUNUHAN BAYI OLEH IBU KANDUNGNYA (Studi Kasus di Polresta Surakarta dan Polres Wonogiri). B. Rumusan dan Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana profile peraturan hukum tentang tindak pidana kejahatan pembunuhan terhadap bayi dengan pelaku ibu kandung? 2. Bagaimanakah penegakan hukum tindak kejahatan pembunuhan terhadap bayi dengan pelaku ibu kandung di Polresta Surakarta dan Polres Wonogiri? 3. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab terjadinya tindak kejahatan pembunuhan terhadap bayi dengan pelaku ibu kandung? 3 Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana. Malang: UMM-Press, 2004, hal. 217-218.

5 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui profile peraturan hukum tentang tindak pidana kejahatan pembunuhan terhadap bayi dengan pelaku ibu kandung. b. Untuk mengetahui penegakan hukum tindak kejahatan pembunuhan terhadap bayi dengan pelaku ibu kandung di Polresta Surakarta dan Polres Wonogiri. c. Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab terjadinya tindak kejahatan pembunuhan terhadap bayi dengan pelaku ibu kandung. 2. Tujuan Subjektif a. Untuk menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman penulis dalam karya ilmiah dalam rangka memenuhi syarat mencapai gelar sarjana di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. b. Untuk memperluas dan mengembangkan daya penalaran dan daya pikir penulis agar dapat berkembang sesuai dengan bidang penulis, yakni bidang ilmu hukum. c. Untuk mampu mendorong dan mengembangkan cara berfikir yang kritis dan kreatif terhadap perkembangan penegakan hukum di Indonesia.

6 D. Manfaat Hasil Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan di atas, manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum di Indonesia dan khususnya hukum pidana, terutama mengenai penegakan hukum terhadap kasus pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya. 2. Manfaat Praktis a. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh. b. Untuk mengetahui permasalahan yang timbul serta berusaha untuk memberikan masukan dalam bentuk pemikiran mengenai penegakan hukum terhadap kasus pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya. E. Kerangka Pemikiran Terjadinya tindak pembunuhan yang dilakukan oleh ibu kandung terhadap anaknya, yang dalam hal ini adalah anak yang masih bayi merupakan tindakan pembunuhan yang sangat sadis. Keberadaan orang tua seharusnya mampu menjadi panutan, dimana keberadaannya seharusnya mampu menjaga dan menyayangi anaknya sebagai wujud syukur terhadap anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Pada dasarnya perbuatan ibu kandung yang

7 menghilangkan nyawa anaknya tersebut telah melanggar hak asasi manusia, yaitu hak untuk hidup yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 I Butir (1) yang berbunyi: Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. Keberadaan anak telah diatur di dalam undang-undang, termasuk di dalamnya mengenai hak-hak yang melekat pada diri anak. Hak-hak yang melekat pada diri anak harus dijamin kemerdekaannya, dimulai sejak masih janin di dalam kandungan ibunya. Hak-hak anak telah diatur dalam Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, khususnya Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-hak nya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Adapun ketentuan secara umum mengenai perlindungan atas tindak pidana pembunuhan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 338-350. Ketentuan mengenai pembunuhan terhadap bayi yang dilakukan oleh ibu kandungnya telah diatur dan dispesifikan dalam Pasal 341 dan 342 KUHP. Ketentuan dalam Pasal 341 adalah pembunuhan bayi yang dilakukan oleh ibu kandungnya tidak dengan rencana terlebih dahulu, adapun bunyi pasalnya adalah: Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama

8 kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Sedangkan dalam ketentuan Pasal 342 dimaksudkan terhadap pembunuhan bayi yang dilakukan oleh ibu kandungnya dengan rencana terlebih dahulu, adapun bunyi pasalnya adalah: Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa ia akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Ketentuan lain tentang pembunuhan terhadap anak dengan pelaku ibu kandung juga telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dalam Pasal 80 ayat (3), yang berbunyi: Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginankeinginan hukum (yaitu pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum). 4 Penegakan hukum merupakan salah satu upaya untuk menciptakan keadilan secara umum. Keadilan merupakan nilai yang ingin dicapai oleh setiap individu yang mengupayakan kebenaran dalam upaya hukum. Keadilan tidak hanya terbatas dalam penegakan hukumnya saja, melainkan lingkupnya luas dalam tatanan kehidupan manusia. Esensi nilai keadilan tidak hanya dirasakan oleh salah 4 Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum. Bandung: Sinar Baru, 1983, hal. 24.

9 satu pihak saja, melainkan harus mampu dirasakan oleh semua kalangan terutama pihak-pihak yang memahami dan terlibat langsung dengan masalah tersebut. Penegakan hukum harus mampu mencangkup nilai keadilan yang tidak hanya terhadap korban, melainkan juga terhadap pelaku pembunuhan, dimana hukuman yang dijatuhkan juga harus memenuhi rasa keadilan bagi pelakunya. Penegakan hukum yang baik harus mampu mencerminkan rasa keadilan secara menyeluruh di dalam kehidupan masyarakat. Penegakan hukum yang baik harus mampu dimulai sejak penanganan kasus pidana tersebut dilaksanakan, yakni dimulai dari penegakan hukum di Kepolisian, penegakan hukum di Kejaksaan, dan penegakan hukum di Pengadilan. Tujuan penegakan hukum yang baik adalah mampu memberikan keadilan yang seadil-adilnya, yang termasuk di dalamnya adalah memberikan hukuman atau pemidanaan yang harus memenuhi rasa keadilan. Adapun tujuan pemidanaan secara umum telah diatur dalam RUU KUHP tahun 2008 Pasal 54 ayat (1), yakni antara lain: (1) Untuk mencegah dilakukannya tindak pidana dengan penegakan norma hukum demi pengayoman negara dan masyarakat. (2) Untuk memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan pembinaan dan membimbing agar terpidana insyaf dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berbudi dan berguna. (3) Untuk menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh terpidana, memulihkan keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat. (4) Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.

10 F. Metode Penelitian Metode penelitian digunakan untuk mengumpulkan data guna mendapatkan jawaban atas pokok permasalahan, sehingga data yang diperoleh dari penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan. 5 Adapun dalam membahas permasalahan dalam penelitian seperti yang telah dikemukakan penulis di atas, maka penulis dalam mengumpulkan data yang diperlukan atau dipakai sebagai materi melalui beberapa cara, antara lain: 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang penulis pakai adalah pendekatan yuridis empiris yaitu suatu penelitian yang berusaha mengidentifikasikan hukum yang terdapat dalam masyarakat dengan maksud untuk mengetahui gejala-gejala lainnya. 6 Penulis akan mengkaji secara lengkap kebijakan hukum pidana dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan penegakan hukumnya terhadap kasus pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya di Polresta Surakarta dan Polres Wonogiri. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan jenis penelitian deskriptif, yang merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa yang ada pada saat penelitian 5 Adi Rianto, Metode Sosial dan Hukum.Jakarta: Sinar Granit, 2004, hal. 2. 6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hal. 10-15.

11 dilakukan berdasarkan data. 7 Tujuannya untuk memberikan gambaran seteliti mungkin secara sistematis dan menyeluruh tentang kebijakan hukum pidana dan penegakan hukum terhadap kasus pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya. 3. Sumber Data Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan data sebagai berikut: a. Data Primer Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari. 8 Data yang berupa sejumlah keterangan atau fakta yang secara langsung dari lokasi penelitian di Polresta Surakarta dan Polres Wonogiri. Berupa data tentang jumlah tindak pidana kasus pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya, serta penegakan hukum yang dilakukan oleh pihak kepolisian terhadap pelaku pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya. b. Data Sekunder 1) Bahan hukum primer Bahan hukum primer yaitu norma atau kaidah dasar, peraturan perundang-undangan, dalam penelitian ini bahan hukum primer yang digunakan adalah: a) Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP). b) Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). 7 Suharsimi Arikunto, Menejemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, hal. 309. 8 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.1, 1998, hal. 91.

12 c) Undang Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. d) Undang Undang Kekerasan Dalam Rumah Tangga Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. 2) Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder meliputi literatur-literatur yang berkaitan dengan penegakan hukum terhadap kasus pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya. 3) Bahan hukum tersier Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung hukum primer dan bahan hukum sekunder, diantaranya berupa bahan dari media internet, kamus, ensiklopedia, dan lain sebagainya. 4. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang dimaksud di atas, digunakan teknik sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yang dilakukan dengan cara mencari, mencatat, menginventarisasi, dan mempelajari peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan hukum yang ada hubungannya dengan obyek penelitian yang dikaji oleh penulis, yakni dalam hal ini mengenai penegakan hukum terhadap kasus pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya.

13 b. Studi Lapangan Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung terhadap obyek yang diteliti guna mendapatkan data primer, yang dilakukan dengan cara: 1) Wawancara Untuk memperoleh data secara langsung di lapangan dilakukan dengan wawancara. 9 Penulis dalam hal ini akan mengadakan wawancara dengan pejabat penyidik Polresta Surakarta dan Polres Wonogiri yang menangani kasus pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya. 2) Observasi Observasi yaitu suatu pengamatan, pencatatan yang sistematis dengan fenomena penyidikan dengan alat indra. 10 Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap praktik penegakan (penyidikan) hukum terhadap kasus pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya di Polresta Surakarta dan Polres Wonogiri. 5. Teknik Analisis Data Analisa data dilakukan secara kualitatif, yaitu data-data yang ada dibuat dalam kata-kata dan atau kalimat-kalimat. Data kualitatif tersebut dianalisis dengan metode berpikir deduktif, yaitu pola berpikir yang mendasar pada hal-hal yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan 9 Wawancara adalah proses tanya jawab yang berlangsung secara lisan diantara dua orang atau lebih bertatap muka, mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan keterangan, Lihat Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Bumi Aksara, cet. 8, 2007, hal. 83. 10 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1982, hal. 136.

14 yang bersifat khusus. Adapun Model analisis yang penulis gunakan adalah interactive model of analisys. 11 G. Sistematika Penelitian Hukum Untuk lebih mempermudah dalam melakukan pembahasan, maka penulis menyusun sistematika penulisan dalam empat bab. Bab I berisi pendahuluan yang di dalamnya menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, sistematika penelitian. Bab II berisi tinjauan pustaka yang berisi tinjauan umum tentang anak, tinjauan umum tentang pembunuhan, tinjauan umum tentang penegakan hukum. BAB III berisi hasil penelitian dan pembahasan yang di dalamnya menguraikan mengenai profile peraturan hukum tentang tindak pidana kejahatan pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya, penegakan hukum tindak kejahatan pembunuhan terhadap bayi dengan pelaku ibu kandung di Polresta Surakarta dan Polres Wonogiri, faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya tindak kejahatan pembunuhan terhadap bayi dengan pelaku ibu kandung. BAB IV berisi penutup yang di dalamnya memuat simpulan penelitian dan saran. 11 Interactive model of analisys yaitu proses menganalisis dengan menggunakan tiga kompenen sebagai berikut: Pengumpulan Data, Reduksi Data, Penarikan Kesimpulan. Lihat HB. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, Surakarta: UNS Press, 2002, hal. 58.