MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2010, bertempat di kandang C Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 200 ekor ayam petelur strain ISA-brown umur 17 minggu dengan bobot badan rata-rata 1,27 ± 0,136 kg yang dialokasikan ke dalam 5 perlakuan dengan 4 ulangan secara acak, dan setiap ulangan terdiri dari 10 ekor ayam. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan adalah kandang baterai sebanyak 100 petak yang terbuat dari kawat dan masing-masing petak berisi 2 ekor ayam yang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum. Ukuran setiap petak kandang adalah panjang 92 cm, lebar 47 cm dan tinggi 44 cm. Peralatan yang digunakan adalah lampu sebagai alat penerangan, timbangan, plastik ransum, termometer ruang, eggtray dan ember plastik. Ransum Ransum disusun berdasarkan rekomendasi Lesson dan Summer (2001). Ransum ini disusun dari campuran bahan pakan yang terdiri dari jagung kuning, dedak halus, bungkil kedelai, CGM, bungkil biji jarak difermentasi dengan Rhizopus oligosporus, minyak, tepung ikan, CaCO 3, DCP, garam, premiks, DL-methionine, enzim selulase, dan enzim fitase. Ransum dibuat setiap tiga minggu sekali dalam bentuk mash menggunakan mesin. Enzim selulase dan fitase yang digunakan berbentuk serbuk sehingga langsung dicampurkan dengan bahan-bahan ransum lainnya ketika pembuatan ransum dengan menggunakan mesin mixer. Komposisi dan kandungan zat makanan ransum penelitian disajikan pada Tabel 6. Kandungan nutrien bungkil biji jarak pagar fermentasi Rhizopus oligosporus yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 7. 16
Tabel 6. Komposisi dan Kandungan Zat Makanan Ransum Ayam Petelur Bahan Pakan Jumlah R0 R1 R2 R3 R4 --------------------%--------------------- Jagung kuning 53 52 52 52 52 Corn gluten meal 4 4 4 4 4 Dedak halus 4 0 0 0 0 Bungkil kedelai 19 15,8 15,8 15,8 15,8 BBJP fermentasi 0 7,5 7,5 7,5 7,5 Tepung ikan 6 6 6 6 6 Minyak 4,2 5 5 5 5 CaCO3 8,5 8,5 8,5 8,5 8,5 DCP 0,5 0,57 0,57 0,57 0,57 Garam 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 Premiks 0,5 0,3 0,3 0,3 0,3 DL-meth 0,1 0,13 0,13 0,13 0,13 Total 100 100 100 100 100 Enzim selulase (gram/ton) 1) 0 0 200 0 200 Enzim Fitase (gram/ton) 2) 0 0 0 200 200 Kandungan zat makanan Energi metabolis (kkal/kg) 2902,40 2904,59 2904,59 2904,59 2904,59 Protein kasar (%) 19,02 19,09 19,09 19,09 19,09 Lemak kasar(%) 6,21 6,94 6,94 6,94 6,94 Serat kasar(%) 1,89 3,85 3,85 3,85 3,85 Kalsium(%) 3,85 3,93 3,93 3,93 3,93 Fosfor(%) 0,48 0,47 0,47 0,47 0,47 Lysin(%) 0,99 0,94 0,94 0,94 0,94 Metionin(%) 0,41 0,43 0,43 0,43 0,43 Keterangan : R0= ransum tanpa BBJ fermentasi, R1= ransum mengandung 7,5% BBJ fermentasi, R2= ransum mengandung 7,5% BBJ fermentasi + 200 g selulase/ ton, R3 = ransum mengandung 7,5% BBJ fermentasi + 200 g fitase/ ton, dan R4= ransum mengandung 7,5% BBJ fermentasi + 200 g selulase/ ton + 200 g fitase/ ton. 1) aktivitas enzim selulase 8.000 unit/g, 2) aktiviatas enzim fitase 10.000 unit/g. 17
Tabel 7. Kandungan Nutrien Bungkil Biji Jarak Pagar Fermentasi Rhizopus oligosporus Kandungan Nutrien BBJP Bahan Kering (%) 94,01 Komposisi Bahan Kering Abu (%BK) 5,95 Protein Kasar (%BK) 22,39 Lemak Kasar (%BK) 0,39 Serat Kasar (%BK) 44,22 Beta-N (%BK) 21,06 Energi Bruto (kkal/kg) 3984 Ca (%) 0,68 Pospor (%) 0,35 Asam fitat (%) 7,45 Sumber : Sumiati et al. (2009) Prosedur Fermentasi Bungkil Biji Jarak Pagar (BBJP) Bungkil biji jarak pagar yang digunakan pada penelitian didapatkan dari PT. Indocement. BBJP yang digunakan memiliki kandungan protein kasar sebesar 24,71%, lemak kasar 5,8%, dan serat kasar 32,58%. Sebelum digunakan, BBJP difermentasi dengan menggunakan Rhizopus oligosporus. Rhizopus oligosporus yang digunakan untuk 1 kg BBJP adalah sebanyak 7 gram. Sebelum difermentasi dilakukan pengukusan terlebih dahulu dengan menggunakan autoklaf selama 30 menit dengan suhu 121 C bertujuan untuk mengurangi kandungan curcin. BBJP yang telah dikukus kemudian didinginkan dan ditambah dengan Rhizopus oligosporus, lalu ditutup dengan menggunakan plastik, koran dan keramik. BBJP yang difermentasi dapat dipanen apabila Rhizopus oligosporus telah tumbuh merata (selama ± 3 hari). Bungkil biji jarak pagar hasil fermentasi dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 C selama 24 jam. Bungkil biji jarak pagar yang kering digiling dan siap digunakan dalam campuran pakan. Pemeliharaan Persiapan kandang dimulai dengan memasang kandang berupa kandang baterai yang terbuat dari kawat sebanyak 100 buah, setiap kandang berisi 2 ekor ayam. Sebelum kandang dan peralatan lainnya seperti tempat pakan dan air minum 18
digunakan maka dibersihkan terlebih dahulu, setelah itu dilakukan pengapuran pada kandang dan diberi disinfektan. Ayam sebanyak 200 ekor dibagi dalam 5 perlakuan dengan 4 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari 10 ekor. Ayam-ayam tersebut ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot badan awal sebelum masuk pada perlakuan kemudian dilakukan pengacakan. Selama penelitian pakan dan air minum diberikan ad libitum. Pemberian pakan dan minum dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari yaitu pada saat pagi, siang, dan sore hari. Pengukuran suhu dilakukan sama dengan pemberian pakan dan minum yaitu sebanyak 3 kali, pada saat pagi, siang, dan sore hari sedangkan pengukuran kelembaban dilakukan sekali sehari. Telur yang diproduksi setiap harinya ditimbang menggunakan timbangan digital, penimbangan dan penghitungan pakan yang dikonsumsi dilakukan setiap minggu penelitian. Rancangan dan Analisis Data Perlakuan Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan dengan 4 ulangan, perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut : R0 = ransum tanpa BBJ R1 = ransum mengandung 7,5% BBJ fermentasi R2 = ransum mengandung 7,5% BBJ fermentasi + 200 g selulase/ton R3 = ransum mengandung 7,5% BBJ fermentasi + 200 g fitase/ton R4 = ransum mengandung 7,5% BBj fermentasi + 200 g selulase/ton + 200 g fitase/ton Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan terdiri atas 10 ekor ayam. Model matematik yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = µ + τi + ε ij 19
Keterangan : Yij : Respon percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ : Rataan umum τi : Efek perlakuan ke-i ε ij : Eror perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada ayam yang baru masuk awal produksi sehingga produksi dari setiap individu ayam sangat beragam sehingga data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Peubah yang Diamati 1. Konsumsi Ransum (g/ekor/hari) Konsumsi ransum diperoleh dari selisih jumlah ransum yang diberi pada awal minggu dengan sisa ransum pada akhir minggu. Pengukuran konsumsi pakan dilakukan dengan rumus: Konsumsi pakan (g/ekor/hari) = Jumlah pakan yang dikonsumsi selama 7 hari Jumlah ayam x 7 hari 2. Produksi Telur Harian (Hen day production) (%) Produksi telur harian adalah suatu produksi telur dalam suatu kelompok ayam petelur yang didasarkan atas persentase produksi telur terhadap jumlah ayam petelur yang hidup selama pencatatan. Produksi telur hen day (%), diukur dengan mencatat produksi telur harian (hen day, %) selama 7 minggu. Jumlah telur pada hari itu (butir) Hen day (%) = x 100% Jumlah ayam yang hidup 3. Produksi Massa Telur (g/ekor/7 minggu) Produksi massa telur adalah jumlah bobot telur yang dihasilkan oleh setiap ekor ayam selama 7 minggu. Produksi massa telur diperoleh dari penimbangan bobot telur yang dihasilkan oleh setiap ekor ayam setiap harinya kemudian dijumlahkan selama 7 minggu. 20
4. Berat Telur (g/butir) Berat telur diperoleh dari pembagian antara jumlah berat telur (gram) yang diproduksi dengan jumlah telur (butir) yang dihasilkan. 5. Konversi pakan Konversi ransum, dihitung dengan cara membagi jumlah ransum yang dikonsumsi dengan produksi massa telur. Jumlah ransum yang dikonsumsi (g/ekor/hari) Konversi ransum = Produksi massa telur (g/ekor/hari) 6. Mortalitas (%) Mortalitas adalah jumlah ayam petelur yang mati selama penelitian. Mortalitas ayam diperoleh dari membandingkan jumlah ayam yang mati dengan jumlah ayam pada awal pemeliharaan 7. Umur Pertama Bertelur (Minggu) Umur pertama bertelur dilihat dari minggu keberapa ayam tersebut mulai berproduksi telur. 21