TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Suatu Tinjauan Historis) Oleh : Aslati, M. Ag. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
Pendidikan Agama Islam Bab 11 ISLAM DAN TOLERANSI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN KH. ABDURRAHMAN WAHID TENTANG KONSEP TOLERANSI BERAGAMA

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

ISLAM DAN TOLERANSI. ABDUL RACHMAN, S.S., M.Pd.I. Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi Teknik Industri.

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis.

Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji.

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, Senin, 07 September 2009

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar

Metode Bijak Memperbaiki Aib

Pendidikan Agama Islam

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal

Istiqomah. Khutbah Pertama:

TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN. Oleh: Nelhayati, S.Pd.I Guru MIN Gadur Kec. Enam Lingkung

KONSEP TOLERANSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA

Kekhususan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Yang Tidak Dimiliki Oleh Umatnya

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

Perdamaian Itu Lebih Baik

P e n t i n g n y a T a b a y y u n

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB V PENUTUP. Al-Quran yang ditelaah melalui konsep Pendidikan Islam, penulis menemukan

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Surat Untuk Kaum Muslimin

Tanda-Tanda Cinta Nabi Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

Takwa dan Keutamaannya

UMAT Tengah. Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM AL-QURAN TELAAH PENDIDIKAN ISLAM

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

Oleh: Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid

???????????????????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Diantara perintah Allah Azza wa Jalla kepada kita adalah perintah agar kita mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

3 Wasiat Agung Rasulullah

MODUL 02 MEMAHAMI KEAGUNGAN AL-QUR AN DAN HIDUP BAHAGIA DENGAN AL-QUR AN

Keutamaan Kalimat Tauhid dan Syarat-Syaratnya

Kultum Ramadhan: Menjalin Cinta Abadi Dalam Rumah Tangga

[ Indonesia Indonesian

Bukti Cinta Kepada Nabi

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008

Pendidikan Anak Dimulai dari Rumah

Sambutan Presiden RI pada Musabaqah Tilawatil Qur'an, 5 Juni 2010 Sabtu, 05 Juni 2010

Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim

BAB IV ANALISIS. Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi

Motivasi Agar Istiqomah

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

MENDAMAIKAN PERSAUDARAAN SEIMAN

OByEKTIVIKASI SALAM Oleh Nurcholish Madjid

Penulis: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An Nawawi

Menerangkan akhlak Nabi Muhammad SAW. Menjelaskan akhlak Nabi adalah akhlak al-quran

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

*** Tunaikanlah Amanah

Kewajiban Menunaikan Amanah

*** Bahaya Vonis Kafir

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan. Dalam melaksanakan kehidupan ini manusia tidak bisa berdiri

yuslimu-islaman. Bukti ketundukan kepada Allah SWT itu harus dinyatakan dengan syahadat sebagai sebuah pengakuan dalam diri secara sadar akan

Keistimewaan Hari Jumat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN

Kisah Heraclius dengan Abu Sufyan

BAB V PENUTUP. di satu sisi dengan pihak mushrikin Quraysh di lain sisi yang terjadi pada

Oleh: Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI

Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan yang bukan urusan kami (tidak ada contohnya) maka (amalan tersebut) tertolak (Riwayat Muslim)

Kematian Lebih Baik Bagi Seorang Mukmin

Sifat Allah Al-Hayiyyu, Yang Maha Pemalu

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Akhlak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

Al-Matiin, Yang Maha Kokoh

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh

Syariat Adalah Amanah

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN MENGENAI PROSES

Pdt. Gerry CJ Takaria

Abdul Basith, ST, M.Si, Ph.D. Kuliah ke-2 Pendidikan Agama Islam Teknik Geodesi FT-UGM

Sikap Seorang Muslim Terhadap Ahli Maksiat

!!" #$ % &' &()*+&, -./ +0 &'!1 2 &3/" 4./" 56 * % &' &()*+&, " "# $ %! #78*5 9: ;<*% =7" >1?@*5 0 ;A " 4! : B C*5 0 D % *=75E& 2 >1?@* "/ 4!

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

Pendidikan Agama Islam

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

Oleh: Hafidz Abdurrahman, Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI

Tafsir Surat Al-Kautsar

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

Khutbah Jum'at. Keutamaan Muharam. Bersama Dakwah 1

Mempertahankan sistem militer dan sistem demokrasi sama saja memperpanjang kolonialisme. Pilihan satu-satunya adalah khilafah.

Bersama Orang Tua Menuju Surga

Transkripsi:

TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Suatu Tinjauan Historis) Oleh : Aslati, M. Ag Abstrak Toleransi dalam Islam pada awalnya ditandai oleh perjanjian Hudaibiyah yang diprakarsai oleh Nabi Muhammad SAW. Toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan mengeksistensi sejak Islam itu ada. Karena sifatnya yang organik, maka toleransi di dalam Islam hanyalah persoalan implementasi dan komitmen untuk mempraktikkannya secara konsisten. Namun, toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian mu amalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak-haknya. Syari ah telah menjamin bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Karena pemaksaan kehendak kepada orang lain untuk mengikuti agama kita adalah sikap a historis, yang tidak ada dasar dan contohnya di dalam sejarah Islam awal. Justru dengan sikap toleran yang amat indah inilah, sejarah peradaban Islam telah menghasilkan kegemilangan sehingga dicatat dalam tinta emas oleh sejarah peradaban dunia hingga hari ini dan insyaallah di masa depan. Kata Kunci : Toleransi, Beragama, Islam Pendahuluan Toleransi (Arab: tasamuh, as-samahah) adalah konsep modern untuk menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi, karena itu, merupakan konsep agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama Islam. Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas. Tidak ada paksaan dalam agama, Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam. Selain ayat- 1

ayat itu, banyak ayat lain yang tersebar di berbagai Surah. Juga sejumlah hadis dan praktik toleransi dalam sejarah Islam. Fakta-fakta historis itu menunjukkan bahwa masalah toleransi dalam Islam bukanlah konsep asing. Toleransi adalah bagian integral dari Islam itu sendiri yang detail-detailnya kemudian dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir mereka. Kemudian rumusan-rumusan ini disempurnakan oleh para ulama dengan pengayaan-pengayaan baru sehingga akhirnya menjadi praktik kesejarahan dalam masyarakat Islam. Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup. Dengan makna toleransi yang luas semacam ini, maka toleransi antar-umat beragama dalam Islam memperoleh perhatian penting dan serius. Apalagi toleransi beragama adalah masalah yang menyangkut eksistensi keyakinan manusia terhadap Allah. Ia begitu sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik sehingga menyedot perhatian besar dari Islam. Makalah berikut akan mengulas pandangan Islam tentang toleransi. Ulasan ini dilakukan baik pada tingkat paradigma, doktrin, teori maupun praktik toleransi dalam kehidupan manusia. Konsep Toleransi Dalam Islam Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah damai, selamat dan menyerahkan diri. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah Islam agama rahmatal lil ālamîn (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan. Dalam al-qur an Allah berfirman yang artinya, dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? 2

Di bagian lain Allah mengingatkan, yang artinya: Sesungguhnya ini adalah umatmu semua (wahai para rasul), yaitu umat yang tunggal, dan aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah olehmu sekalian akan Daku (saja). Ayat ini menegaskan bahwa pada dasarnya umat manusia itu tunggal tapi kemudian mereka berpencar memilih keyakinannya masing-masing. Ini mengartikulasikan bahwa Islam memahami pilihan keyakinan mereka sekalipun Islam juga menjelaskan sesungguhnya telah jelas antara yang benar dari yang bathil. Selanjutnya, di Surah Yunus Allah menandaskan lagi, yang artinya: Katakan olehmu (ya Muhamad), Wahai Ahli Kitab! Marilah menuju ke titik pertemuan (kalimatun sawā atau common values) antara kami dan kamu, yaitu bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan tidak pula memperserikatkan-nya kepada apa pun, dan bahwa sebagian dari kita tidak mengangkat sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah! Ayat ini mengajak umat beragama (terutama Yahudi, Kristiani, dan Islam) menekankan persamaan dan menghindari perbedaan demi merengkuh rasa saling menghargai dan menghormati. Ayat ini juga mengajak untuk sama-sama menjunjung tinggi tawhid, yaitu sikap tidak menyekutukan Allah dengan selain-nya. Jadi, ayat ini dengan amat jelas menyuguhkan suatu konsep toleransi antar-umat beragama yang didasari oleh kepentingan yang sama, yaitu menjauhi konflik. Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam beragama. Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di antara umat manusia. Abu Ju la dengan amat menarik mengemukakan, Al-khalqu kulluhum iyālullāhi fa ahabbuhum ilahi anfa uhum li iyālihi ( Semu makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama tanggungannya ). Selain itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga menyatakan, irhamuu man fil ardhi yarhamukum man fil samā (sayangilah orang yang ada di bumi maka akan sayang pula mereka yang di lanit kepadamu). Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam. Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan 3

dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta menegasikan semua keburukan. Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah. Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah. Di antara butirbutir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah. Sikap melindungi dan saling tolong-menolong tanpa mempersoalkan perbedaan keyakinan juga muncul dalam sejumlah Hadis dan praktik Nabi. Bahkan sikap ini dianggap sebagai bagian yang melibatkan Tuhan. Sebagai contoh, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dalam Syu ab al-imam, karya seorang pemikir abad ke-11, al-baihaqi, dikatakan: Siapa yang membongkar aib orang lain di dunia ini, maka Allah (nanti) pasti akan membongkar aibnya di hari pembalasan. Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari pemahaman bahwa umat manusia adalah satu badan, dan kehilangan sifat kemanusiaannya bila mereka menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai bagian dari inti toleransi, menajdi prinsip yang sangat kuat di dalam Islam. Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini. Dalam hal ini, al-qur an menyatakan yang artinya: Maka hadapkanlah wajahmu ke arah agama menurut cara (Allah); yang alamiah sesuai dengan pola pemberian (fitrah) Allah, atas dasar mana Dia menciptakan manusia Mufassir Baidhawi terhadap ayat di atas menegaskan bahwa kalimat itu merujuk pada perjanjian yang disepakati Adam dan keturunanya. Perjanjian ini dibuat dalam suatu keadaan, yang dianggap seluruh kaum Muslim sebagai suatu yang sentral dalam sejarah moral umat manusia, karena semua benih umat 4

manusia berasal dari sulbi anak-anak Adam. Penegasan Baidhawi sangat relevan jika dikaitkan dengan hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, Nabi ditanya: Agama yang manakah yang paling dicintai Allah? Beliau menjawab agama asal mula yang toleran (al-hanîfiyyatus samhah). Dilihat dari argumen-argumen di atas, menunjukkan bahwa baik al-qur an maupun Sunnah Nabi secara otentik mengajarkan toleransi dalam artinya yang penuh. Ini jelas berbeda dengan gagasan dan praktik toleransi yang ada di barat. Toleransi di barat lahir karena perang-perang agama pada abad ke-17 telah mengoyak-ngoyak rasa kemanusiaan sehingga nyaris harga manusia jatuh ke titik nadir. Latar belakang itu menghasilkan kesepakatan-kesepakatan di bidang Toleransi Antar-agama yang kemudian meluas ke aspek-aspek kesetaraan manusia di depan hukum. Lalu, apa itu as-samahah (toleransi)? Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu antara lain: 1. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan 2. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan 3. Kelemah lembutan karena kemudahan 4. Muka yang ceria karena kegembiraan 5. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan 6. Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian 7. Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi 8. Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa ada rasa keberatan. Selanjutnya, menurut Salin al-hilali karakteristik itu merupakan a. Inti Islam, b. Seutama iman, dan c. Puncak tertinggi budi pekerti (akhlaq). Dalam konteks ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda. Artinya: Sebaikbaik orang adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur, ditanyakan: Apa hati yang mahmum itu? Jawabnya : 'Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki'. Ditanyakan: Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?. Jawabnya : 'Orang-orang 5

yang membenci dunia dan cinta akhirat'. Ditanyakan : Siapa lagi setelah itu? Jawabnya Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur." Dasar-dasar al-sunnah (Hadis Nabi) tersebut dikemukakan untuk menegaskan bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serbameliputi. Baik lahir maupun batin. Toleransi, karena itu, tak akan tegak jika tidak lahir dari hati, dari dalam. Ini berarti toleransi bukan saja memerlukan kesediaan ruang untuk menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material maupun spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi (as-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu amalah (hablum minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallāh). Toleransi Dalam Praktik Sejarah Islam Sejarah Islam adalah sejarah toleransi. Perkembangan Islam ke wilayahwilayah luar Jazirah Arabia yang begitu cepat menunjukkan bahwa Islam dapat diterima sebagai rahmatal lil alamin (pengayom semua manusia dan alam semesta). Ekspansi-ekspansi Islam ke Siria, Mesir, Spanyol, Persia, Asia, dan ke seluruh dunia dilakukan melalui jalan damai. Islam tidak memaksakan agama kepada mereka (penduduk taklukan) sampai akhirnya mereka menemukan kebenaran Islam itu sendiri melalui interaksi intensif dan dialog. Kondisi ini berjalan merata hingga Islam mencapai wilayah yang sangat luas ke hampir seluruh dunia dengan amat singkat dan fantastik. Memang perlu diakui bahwa perluasan wilayah Islam itu sering menimbulkan peperangan. Tapi peperangan itu dilakukan hanya sebagai pembelaan sehingga Islam tak mengalami kekalahan. Peperangan itu bukan karena memaksakan keyakinan kepada mereka tapi karena ekses-ekses politik sebagai konsekuensi logis dari sebuah pendudukan. Pemaksaan keyakinan agama adalah dilarang dalam Islam. Bahkan sekalipun Islam telah berkuasa, banyak agama lokal yang tetap dibolehkan hidup. Demikianlah, sikap toleransi Islam terhadap agama-agama dan keyakinankeyakinan lokal dalam sejarah kekuasaan Islam menunjukkan garis kontinum 6

antara prinsip Syari ah dengan praktiknya di lapangan. Meski praktik toleransi sering mengalami interupsi, namun secara doktrin tak ada dukungan teks Syari ah. Ini berarti kekerasan yang terjadi atas nama Islam bukanlah otentisitas ajaran Islam itu sendiri. Bahkan bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa pemerintahpemerintah Muslim membiarkan, bekerjasama, dan memakai orang-orang Kristen, Yahudi, Shabi un, dan penyembah berhala dalam pemerintahan mereka atau sebagai pegawai dalam pemerintahan. Lebih lanjut kesaksian seorang Yahudi bernama Max I. Dimon menyatakan bahwa salah satu akibat dari toleransi Islam adalah bebasnya orang-orang Yahudi berpindah dan mengambil manfaat dengan menempatkan diri mereka di seluruh pelosok Empirium Islam yang amat besar itu. Lainnya ialah bahwa mereka dapat mencari penghidupan dalam cara apapun yang mereka pilih, karena tidak ada profesi yang dilarang bagi mereka, juga tak ada keahlian khusus yang diserahkan kepada mereka. Pengakuan Max I. Dimon atas toleransi Islam pada orang-orang Yahudi di Spanyol adalah pengakuan yang sangat tepat. Ia bahkan menyatakan bahwa dalam peradaban Islam, masyarakat Islam membuka pintu masjid, dan kamar tidur mereka, untuk pindah agama, pendidikan, maupun asimilasi. Orang-orang Yahudi, kata Max I. Dimon selanjutnya, tidak pernah mengalami hal yang begitu bagus sebelumnya. Kutipan ini saya tegaskan karena ini dapat menjadi kesaksian dari seorang non-muslim tentang toleransi Islam. Dan toleransi ini secara relatif terus dipraktikkan di dalam sejarah Islam di masa-masa sesudahnya oleh orang-orang Muslim di kawasan lain, termasuk di Nusantara. Melalui para pedagang Gujarat dan Arab, para raja di Nusantara Indonesia masuk Islam dan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya Islam di sini. Selanjutnya, dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, ia dilakukan melalui perdagangan dan interaksi kawin-mawin. Ia tidak dilakukan melalui kolonialisme atau penjajahan sehingga sikap penerimaan masyarakat Nusantara sangat apresiatif dan dengan suka rela memeluk agama Islam. Sementara penduduk lokal lain yang tetap pada keyakinan lamanya juga tidak dimusuhi. Di 7

sini, perlu dicatat bahwa model akulturasi dan enkulturasi budaya juga dilakukan demi toleransi dengan budaya-budaya setempat sehingga tak menimbulkan konflik. Apa yang dicontohkan para walisongo di Jawa, misalnya, merupakan contoh sahih betapa penyebaran Islam dilakukan dengan pola-pola toleransi yang amat mencengangkan bagi keagungan ajaran Islam. Secara perlahan dan pasti, islamisasi di seluruh Nusantara hampir mendekati sempurna yang dilakukan tanpa konflik sedikitpun. Hingga hari ini kegairahan beragama Islam dengan segala gegap-gempitanya menandai keberhasilan toleransi Islam. Ini membuktikan bahwa jika tak ada toleransi, yakni sikap menghormati perbedaan budaya maka perkembangan Islam di Nusantara tak akan sefantastik sekarang. Penutup Toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan mengeksistensi sejak Islam itu ada. Karena sifatnya yang organik, maka toleransi di dalam Islam hanyalah persoalan implementasi dan komitmen untuk mempraktikkannya secara konsisten. Namun, toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian mu amalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hakhaknya. Syari ah telah menjamin bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Karena pemaksaan kehendak kepada orang lain untuk mengikuti agama kita adalah sikap a historis, yang tidak ada dasar dan contohnya di dalam sejarah Islam awal. Justru dengan sikap toleran yang amat indah inilah, sejarah peradaban Islam telah 8

menghasilkan kegemilangan sehingga dicatat dalam tinta emas oleh sejarah peradaban dunia hingga hari ini dan insyaallah di masa depan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2004, al-quran dan terjemahnya, edisi Baru, Departemen Agama RI, Jakarta, CV. Mekar Natsir, Mohamad. Keragaman Hidup Antar Agama (Jakarta: Penerbit Hudaya, 1970), cet. II. Al-Baihaqi, Syu ab al-imam (Beirut: t.t), ed. Abu Hajir Muhamad b. Basyuni Zaghlul, VI, h. 105. Syeikh Salim bin Ied al-hilali, Toleransi Islam Menurut Pandangan Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Abdillah Mohammad Afifuddin As-Sidawi (Misra: Penerbit Maktabah Salafy Press, t.t.). Shihab, M. Quraish, 1999, Wawasan al-quran (tafsir Maudhu i atas Berbagai Persoalan Umat, Cet. IX, Bandung, Mizan Nurcholis Madjid, 1995, Islam Agama Peradaban : Membangun Makna dan Relevansi Doktrin Islam dalam Sejarah, jakarta, Paramadina Lathrop Stoddard, A. M. Ph. D, 1922, The New Word of Islam, London, Chapman and Hall : LTD Saiful Mujani (ed), 1995, Islam Rasional ; Gagasan Pemikiran Prof. DR. Harusn nasution, Mizan, Bandung 9