ASSESMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH Oleh: Drs. Endang Mulyana M.Pd.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. agar mampu memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rofiq Robithulloh Murod,2013

Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Hendra Gunawan

PENGARUH MODEL ADVANCE ORGANIZER DENGAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN STRATEGIC COMPETENCE MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat.

KECAKAPAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih pola

KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN DI KELAS VII.D SMP NEGERI 51 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

Pengembangan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. Melalui Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Permendiknas No. 22 (Departemen Pendidikan Nasional RI,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kilpatrick et al. (2001), strategic

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi,

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENUMBUHKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia secara global dan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sarana dan alat yang tepat dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. matematika di sekolah memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bilangan, (b) aljabar, (c) geometri dan pengukuran, (d) statistika dan peluang

Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH NASKAH PUBLIKASI

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan mata pelajaran matematika yang dimuat dalam Standar Isi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laswadi, 2015

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. studi matematika, kemampuan-kemampuan matematis yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua

BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN OLIMPIADE MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR?

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

2014 PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu. Agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. 1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematis

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini mengalami kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika sejatinya dipandang sebagai alat untuk mengembangkan cara

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP,

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Putri Dewi Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

ASSESMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH Oleh: Drs. Endang Mulyana M.Pd. A. Pendahuluan Tujuan utama asesmen dalam matematika sekolah adalah untuk mengembangkan kecakapan matematika bagi semua siswa. Assemen dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran matematika yang berkelanjutan pada setiap siswa (NCTM, 1993). Assesmen adalah irisan antara matematika yang diajarkan dengan bagaimana mengajarkannya, apa yang dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Ini suatu proses yang dinamis yang secara terus menerus memberi informasi tentang kemajuan siswa dalam mencapai kecakapan matematika. Kecakapan matematika seorang siswa meliputi (i) kemampuan untuk menerapkan pengetahuan untuk memecahkan masalah dalam matematika atau displin ilmu lainnya, (ii) kemampuan untuk menggunakan bahasa matematika untuk mengkomunikasikan gagasan, (iii) pemahaman tentang konsep dan prosedur, (iv) disposisi terhadap matematika, (v) memahami hakekat matematika, (vi) terintegrasinya aspek-aspek pengetahuan matematika (NCTM, 1989). Menurut Kilpatrick, Swafford, dan Findel (2001), kecakapan matematika meliputi: conceptual understanding comprehension of mathematical concepts, operations, and relations procedural fluency skill in carrying out procedures flexibly, accurately, efficiently, appropriately strategic competence ability to formulate, represent, and solve mathematical problems adaptive reasoning capacity for logical thought, reflection, explanation and justification productive disposition habitual inclination to see mathematics as sensible, useful, and worthwhile, coupled with a belief in diligence and own efficacy (h. 116). Aspek-aspek (strand) kecakapan matematika tersebut saling terkait dan saling tergantung satu sama lain, dan memberikan suatu kerangka kerja untuk melakukan diskusi tentang pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan keyakinan yang membentuk kecakapan matematika. Sebagai contoh, seorang siswa ketika memecahkan suatu persoalan, ia mengerahkan segala kecakapannya, Tahun 2006 Page 1

2 pengetahuan tentang konsep, prosedur, penalaran, dan mengkomunikasikannya melalui lisan maupun tulisan, disertai rasa percaya diri dan ketekunannya. Di pihak lain, guru menyajikan soal tersebut telah direncanakan sebelumnya bahwa soal tersebut memiliki tekanan pada aspek (strand) tertentu. Hal ini berlaku pula pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), kompetensi penalaran, dan komunikasi terintegrasi dengan pemahaman konsep dan pengetahuan prosedur matematika (Aritmatika, Pengukuran, Aljabar, dan sebagainya) ketika memecahkan persoalan yang diberikan. Sementara itu berdasarkan kurikulum 1994 atau kurikulum 1975, kecakapan matematika mengacu pada taksonomi Bloom meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Wahyudin (2003), di akhir pembelajaran matematika diharapkan terjadi perubahan-perubahan perilaku pada diri siswa. Perubahan-perubahan dalam area berpikir (kognitif) akan menghasilkan pemerolehan pengetahuan dan pengembangan skill-skill dan kemampuankemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan, misalnya kemampuan untuk memecahkan permasalahan dalam matematika. Perubahanperubahan dalam area merasakan (afektif) akan dikenali dari, misalnya, minat, atau apresiasi pada pelajaran matematika di akhir mata pelajaran yang pada awalnya belum tumbuh. Perubahan-perubahan dalam area bertindak (psikomotor) timbul dari perkembangan dari skil-skill manual dan skill-skill motor, misalnya pengembangan skill dalam penggunaan instrumen-instrumen atau pembuatan bangun-bangun geometris. Kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika mulai dari SD dan MI sampai SMA dan MA adalah sebagai berikut. menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Memiliki kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan simbol, grafik atau digram untuk memperjelas keadaan atau masalah. Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan), menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah.

3 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan (Departemen Pendidikan Nasional, 2003, h. 8). Berbagai versi tentang pengkategorian kecakapan matematika yang telah diuraikan di atas, menurut National Assesment of Educational Progress (NAEP) dapat tergambar dalam tiga kemampuan matematika yaitu pemahaman konsep, pengetahuan prosedur dan problem solving. Adapun kemampuan-kemampuan lainnya seperti penalaran, koneksi dan komunikasi sudah terliput di dalam ketiga kemampuan tadi (dalam Kilpatrick, Swafford, dan Findel, 2001). Puncak dari semua kecakapan matematika dapat terlihat pada pemecahan masalah, sebab untuk memecahkan suatu masalah, akan termuat penalaran, komunikasi, pemahaman konsep, dan penggunaan prosedur. Untuk mengembangkan alat assesmen (evaluasi) untuk mengukur tingkat kecakapan siswa secara seimbang tidaklah mudah. Untuk itu guru harus memiliki kecakapan matematika yang memadai, tidak mungkin seorang guru dapat mengembangkan alat ukur kecakapan matematika siswa, jika ia sendiri kecakapan matematikanya tidak memadai. Menurut Wahyudin (1999), sebagian besar guru matematika, baru memiliki pengetahuan matematika yang berupa fakta (fact), sedangkan keterampilan (skill), konsep (concept) dan aturan (principle) belum dimiliki dengan baik (h. 211). Akibatnya soal-soal yang dikembangkan lebih menekankan kepada mengingat (simply memorizing) fakta dan prosedur, demikian pula proses pembelajarannya guru (1) lebih banyak menyiapkan soal-soal latihan yang akan diberikan kepada siswa daripada menyiapkan strategi pembelajaran yang baik agar sebuah konsep dapat dipahami dengan mudah oleh para siswanya; (2) jarang mengaktifkan siswa dalam pembelajaran matematikanya; (3) seringkali hanya menyuruh siswa untuk menghafalkan atau mengingat sebuah rumus, tanpa menjelaskan bagaimana cara memperolehnya dan mengenali pengertian dari rumus tersebut (Wahyudin, 1999, h. 227). Dengan belajar mengembangkan alat ukur kecakapan matematika, kita terdorong untuk mengembangkan kecakapan matematika terus menerus, sekaligus memikirkan strategi pembelajarannya di dalam kelas. Pada kesempatan ini penulis mencoba mecoba mendiskusikan contoh-contoh soal yang terkait dengan pemahaman konsep, dan penggunaan prosedur, dan pemecahan masalah dari berbagai sumber. Ketiga kecakapan ini tertuang dalam kecakapan pertama yang

4 diharapkan oleh kurikulum 2004. Sedangkan topik matematika akan dibatasi untuk tingkat SD dan SMP saja. B. Pengembangan Alat Assesmen Kecakapan Matematika Untuk memudahkan menetapkan tujuan pembelajaran serta indikatornya, maka masing-masing faktor kecakapan diuraikan ke dalam aspek-aspek, berdasarkan kurikulum standar NCTM (1989) sebagai berikut. Pemahaman konsep:. 1. Memberikan label, mengemukakan secara verbal dan mendefinisikan konsep Contoh soal: Apakah yang dimaksud dengan segitiga siku-siku? 2. Mengidentifikasi dan menurunkan contoh dan non-contoh Contoh Soal: Pada Gambar 1 berikut, manakah daerah yang diarsir yang tepat mewakili bilangan ½? Gambar 1 3. Menggunakan model, diagram, dan simbol untuk menyajikan konsep Contoh soal: Arsirlah daerah segienam pada Gambar 2. berikut untuk menyatakan 2/3? Gambar 2 4. Menerjemahkan dari satu representasi ke representasi yang lain

5 Contoh Soal: Gambarlah grafik sebuah garis yang memiliki persamaan y = 2x -3 5. Mengenal bermacam makna dan interpretasi dari konsep Contoh soal: Saya adalah segiempat dengan ukuran sudut sama besar. Siapakah saya? 6. Mengidentifikasi sifat-sifat konsep yang diberikan dan mengenal kondisi yang menetapkan suatu konsep tertentu. 7. Membandingkan dan mengkontraskan konsep-konsep Contoh soal untuk 7 dan 6: Manakah bangun pada Gambar 3 berikut yang dua pasang sisi yang sejajar? Gambar 3 Prosedur matematika 1.Mengenal ketepatan suatu prosedur Contoh soal: Ari berlari kaki 6 km setiap harinya, dan Candra berlari 5 km setiap harinya. Berapakah km yang ditempuh kedua orang tersebut dalam dua minggu? 2. Memberikan alasan untuk setiap langkah suatu prosedur Contoh soal: Berikan alasan untuk setiap langkah pada perkalian (x+4) dengan (x+2). (x + 4)(x+2) = x(x+2) + 4(x +2) = x 2 + 2x + 4x + 8

6 = x 2 + (2x + 4x) + 8 = x 2 + 6x + 8 3. Ajeg dan efisien dalam melaksanakan prosedur Contoh soal: Carilah Kelipatan Persekutuan terkecil (KPK) dari a. 12 dan 8 b. 7 dan 21 c. 8 dan 9 d. 1 dan 6 e. 6, 9, dan 10 f. 5, 6, dan 20 4. Memeriksa hasil dari prosedur tersebut secara empiris atau analitis Tentukan nilai x yang memenuhi 2x 1 = x + 5, kemudian tunjukkan bahwa jawabanmu itu benar. 5. Mengenal prosedur yang benar dan yang keliru Contoh soal: Si Badu diberi persoalan, carilah bilangan pecahan antara 2/5 dan 4/7. Ia berpendapat bahwa salah satu bilangan itu adalah 3/6. Kemudian guru bertanya kepadanya, bagaimana kamu memperoleh bilangan itu? Si Badu menjawab, pembilang 3 diperoleh karena 3 terletak di antara pembilang kedua pecahan tersebut 2<3<4, demikian pula penyebutnya 6 karena 6 terletak di antara penyebut bilangan-bilangan itu 5 < 6 < 7. Selanjutnya ia memberi contoh bahwa 2/4 terletak antara 1/3 dan 3/5, juga 4/9 terletak antara 2/5 dan 6/11. Pertanyaan untuk siswa : Apakah contoh dari Si Badu itu benar? Apakah prosedur seperti itu selalu dapat dilakukan? Jelaskan alasanmu. 6. Menurunkan prosedur prosedur baru dan memperluasnya atau memodifikasi Contoh soal: Diberikan sebuah titik P di luar garis m. Hanya dengan menggunakan jangka lukislah titik X sehingga garis PX sejajar garis m. Pemecahan masalah: 1. Merumuskan masalah ke dalam model 2. Menerapkan suatu strategi i untuk memecahkan model matematika 3. Memecahkan model 4. Memeriksa dan menafsirkan hasil 5. Menggeneralisasi solusi Contoh:

Sebuah toko sepeda anak memiliki stok 36 sepeda yang terdiri dari sepeda roda dua dan sepeda roda tiga. Jumlah seluruh roda ada 80 buah. Berapakah banyaknya sepeda roda dua dan berapa banyaknya speda roda tiga? C. Daftar Pustaka Departemen Pendidikan Nasional (2003). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Kilpatrick, J., Swafford, J., dan Fidell, B. (2001). Adding it up: Helping Children Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press. National Council of Teachers of Mathematics. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics.VA: NCTM Inc. Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru Matematika, Calon Guru Matematika, dan Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika. (Disertasi, IKIP Bandung, 1999). 7

8