PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
Pelestarian Bangunan Masjid Al Aqsa Manarat Qudus (Masjid Menara Kudus) Jawa Tengah

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP

PELESTARIAN BANGUNAN KANTOR POS BESAR SURABAYA

PELESTARIAN BANGUNAN GEDUNG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU JATIM (EKS SOERABAIASCH HANDELSBLAD)

BENTUKAN VISUAL ARSITEKTUR RUMAH SINOM DI KELURAHAN KERTOSARI PONOROGO

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN STASIUN KERETA API SOLO JEBRES

PELESTARIAN BANGUNAN KOLONIAL BELANDA DI JALAN PEMUDA DEPOK

BAB III METODE PENELITIAN. dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

KARAKTER VISUAL BANGUNAN STASIUN KERETA API JEMBER

PELESTARIAN BANGUNAN KOLONIAL MUSEUM FATAHILLAH DI KAWASAN KOTA TUA JAKARTA

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH KUNO DI DESA SEMPALWADAK KABUPATEN MALANG

PELESTARIAN BANGUNAN STASIUN KERETA API KEDIRI

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

ELEMEN PEMBENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK KARO DI KAMPUNG DOKAN

Karakter Visual Bangunan Rumah Dinas Kolonial Belanda Pabrik Gula Jatiroto Lumajang

Geometri Ornamen pada Fasade Masjid Jami Malang

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Analisis Penilaian Bangunan Cagar Budaya,

Pelestarian Bangunan Rumah Sakit PGI Cikini (Eks Rumah Raden Saleh)

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH

DINDING DINDING BATU BUATAN

KARAKTER SPASIAL DAN VISUAL PADA BANGUNAN GEDUNG JUANG 45 BEKASI JAWA BARAT

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

Karakter Visual Bangunan Stasiun Kereta Api Tanjung Priok

PELESTARIAN BANGUNAN UTAMA EKS RUMAH DINAS RESIDEN KEDIRI

PENDEKATAN VISUAL ABSORPTION CAPABILITY UNTUK PELESTARIAN KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN

TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

Kesimpulan dan Saran

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA SDN DITOTRUNAN 1 LUMAJANG

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

IDENTIFIKASI BANGUNAN CAGAR BUDAYA BANGUNAN KUNING AGUNG, SENGHIE, PONTIANAK

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah

PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

Elemen Arsitektural pada Fasad Rumah Dinas Pabrik Gula Kremboong Sidoarjo

DAFTAR ISI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian...56

KOMPOSISI FASAD MASJID AL MUBAROK DI NGANJUK

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL PROTESTANCHE KERK (GEREJA MERAH)-PROBOLINGGO

MODEL STRUKTURAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP PELESTARIAN KAWASAN PABRIK GULA KEBON AGUNG DAN KREBET MALANG

BAB VI HASIL PERANCANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

Studi Elemen Interior Rumah Adat Sumbawa

Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura

BAB 3 METODE PENELITIAN

Komposisi Fasad Bangunan Kompleks Pusat Penelitian Perkebunan Pabrik Gula Indonesia (P3GI) di Pasuruan

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KOLONIAL BELANDA RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

ABSTRAK. Kata Kunci : Ruang publik, Yaroana Masigi, Pelestarian

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN GEREJA BLENDUK (GPIB IMMANUEL) SEMARANG

KOMPONEN PADA ELEMEN FASADE MASJID AGUNG JAMI MALANG PERIODE 1910, 1940, DAN 2016

PELESTARIAN GEDUNG PT PERKEBUNAN NUSANTARA XI (EKS HANDELS VEREENIGING AMSTERDAM) DI SURABAYA SKRIPSI

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

LAMPIRAN. Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

BALOK LAMINASI DARI KAYU KELAPA (Cocos nucifera L)

KAWAT ANYAM SEBAGAI PERKUATAN PADA RUMAH SEDERHANA TANPA BETON BERTULANG SKRIPSI

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

PELESTARIAN LINGKUNGAN DAN BANGUNAN KUNO DI KAWASAN PEKOJAN JAKARTA

ABSTRACT. Key words : acculturation, architecture, Bandung Lautze 2 and Ronghe Mosque ABSTRAK

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KANTOR BAKORWIL IV JATIM PAMEKASAN

Karakteristik Fasade Bangunan Kawasan Pasar Besar Kota Malang

A. Pasangan Dinding Batu Bata

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

KARAKTERISTIK SPASIAL BANGUNAN GEREJA IMMANUEL JAKARTA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Transkripsi:

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT Dion Farhan Harun, Antariksa, Abraham Mohammad Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145, Indonesia Alamat Email penulis: dionimovic10.dh@gmail.com ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengkaji karakter bangunan Masjid Tuo Kayu Jao yang meliputi karakter visual, spasial, struktural bangunan, dan menentukan strategi arahan pelestarian bangunan Masjid Tuo Kayu Jao. Metode analisis data yang digunakan pada studi ini, yaitu metode deskriptif analisis, evaluatif, dan development.karakter visual memperhatikan keseluruhan elemen yang membentuk fasade eksterior maupun interior dari Masjid Tuo Kayu Jao, seperti gaya bangunan, pintu, jendela, dan dinding. Karakter struktural dengan menganalisa susunan struktur yang ada pada Masjid Tuo Kayu Jao, mulai dari struktur bawah hingga struktur bagian atas bangunan. Dari hasil analisa ketiga karakter tersebut, nantinya dapat ditentukan hasil berupa arahan pelestarian yang sesuai dengan setiap elemen-elemen bangunan yang ada di Masjid Tuo Kayu Jao. Kata kunci: Masjid Kuno, karakter bangunan, strategi pelestarian ABSTRACT The objective of the study is to identify and to analyze the spatial, visual and structural character of the building of Masjid Tuo Kayu Jao, and to determine the strategy for the conservation of Masjid Tuo Kayu Jao. Data analysis tools are descriptive, evaluative and development methods.visual character seen a whole elements which form fasade exterior and the interior of Masjid Tuo Kayu Jao, as the building style, the door, the window, and walls. Structural character by analyzing the composition of an existing structure in Masjid Tuo Kayu Jao, starting from the bottom up to the structure of the top of a building. From the analysis of the three characters, will be determined the direction of the suitable conservation to any element buildings in Masjid Tuo Kayu Jao. Keyword: Ancient mosques, building character, conservation strategy 1. Pendahuluan Suku Minangkabau di Sumatera Barat tidak hanya dikenal lewat Rumah Gadangnya, tetapi daerah ini juga dikenal sebagai daerah serambi mekah, dengan mayoritas penduduk muslim, sekitar 98% yang beragama Islam dan 2% agama lainnya yang dianut masyarakat pendatang. Keberadaan masjid sebagai sarana beribadah umat muslim menjadi hal yang sangat penting untuk kelancaran beribadah dan masjid-masjid tersebut bercorak arsitektur khas Minangkabau. Di antara banyak masjid dengan arsitektur Minangkabau di Sumatera

Barat, ada salah satu masjid yang unik dan sangat bersejarah. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia dan di Sumatera Barat dan masih mempertahankan keaslian bangunannya, yang berlokasi di Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, yaitu Masjid Tuo Kayu Jao. Masjid Tuo Kayu Jao merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang di bangun sekitar tahun 1567 dan terletak di Jorong Kayu Jao, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Keunikan Masjid ini selain merupakan masjid tertua di Sumatera Barat, yaitu dengan tetap dipertahankannya atap ijuk sehingga masih mempertahankan keaslian bangunan khas Minangkabau. Sekitar tahun 1970an, Masjid Tuo Kayu Jao sempat tidak digunakan, dikarenakan pembangunan masjid raya di sekitar kawasan, sehingga aktivitas ibadah berpindah dari Masjid Tuo Kayu Jao ke masjid raya tersebut. Hal inilah yang berdampak pada penurunan kualitas pada masjid ini. Dari latar belakang yang telah diungkapkan, permasalahan pada studi ini dapat dirumuskan sebagai bagaimana karakter spasial bangunan Masjid Tuo Kayu Jao dan bagaimana strategi dan arah pelestarian bangunan Masjid Tuo Kayu Jao. Tujuan dari studi ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik bangunan Masjid Tuo Kayu Jao, serta menganalisis dan menentukan arah pelestarian bangunan Masjid Tuo Kayu Jao. 2. Metode Penelitian Studi ini adalah studi deskriptif yang menggambarkan dan menganalisis secara jelas dan lengkap tentang karakter bangunan pada Masjid Tuo Kayu Jao. Analisis terhadap karakter bangunan yang terdiri dari beberapa elemen bangunan ini sebagai upaya untuk menentukan tindakan dan arahan pelestarian bangunan untuk Masjid Tuo Kayu Jao. Jalan ke / Dari Pusat Kota U Kampung Kayu Jao Masjd Tuo Kayu Jao Gambar 1. Lokasi Masjid Tuo Kayu Jao Pemilihan objek penelitian yaitu Masjid Tuo Kayu Jao tidak terlepas dari sisi historis yang dimiliki masjid ini. Masjid Tuo Kayu Jao merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia dengan corak arsitektur khas Minangkabau. Masjid ini memiliki nilai sejarah yang tinggi terkait awal mula penyebaran agama islam di Minangkabau khususnya Kabupaten Solok.Studi ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan pendekatan historis, metode evaluative dengan menilai masing-masing elemen dengan cara pembobotan, sedangkan metode

development dilakukan untuk menentukan arahan dan strategi pelestarian bangunan dalam upaya konservasi. a. Metode deskriptif analisis Metode Deskriptif analisis merupakan suatu metode yang menggunakan penjelasan data berupa kondisi objek penelitian yang diperoleh melalui hasil survei lapangan. Dari hasil survey akan ditemukan kemungkinan perubahan pada unsur-unsur atau variabelvariabel pembentuk karakter bangunan Masjid Tuo Kayu Jao. b. Metode evaluatif Metode evaluatif digunakan untuk memberikan penilaian terhadap layak atau tidaknya objek studi untuk dijadikan sebagai tindakan pelestarian bangunan. Untuk menentukan nilai makna kultural suatu bangunan didasarkan pada kriteria-kriteria, yaitu estetika, keterawatan, peranan sejarah, keluarbiasaan, kelangkaan, dan keaslian (Tabel 1): Tabel 1. Metode Evaluatif No Kriteria Definisi Tolak Ukur 1 Estetika Terkait dengan perubahan estetis dan arsitektonis bangunan Perubahan gaya bangunan, atap, fasade, struktur dan bahan 2 Keterawatan Keterawatan berkaitan dengan kondisi fisik tapak dan bangunan Tingkat kerusakan,prosentase kerusakan serta kebersihan bangunan 3 Kelangkaan Bentuk, gaya serta elemen-elemen bangunan dan penggunaan ornamen yang berbeda yang tidak terdapat di tempat lain Merupakan bangunan langka dan tidak didapat didaerah lain. 4 Peranan sejarah Berkaitan dengan sejarah, baik dikawasan, maupun pada bangunan itu sendiri 5 Keluarbiasaan Memiliki ciri khas yang dapat diwakili oleh faktor usia, ukuran, bentuk bangunan dan lainnya 6 Keaslian Memiliki peran penting terkait keaslian elemen bangunan Berkaitan dengan peristiwa bersejarah sebagai hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat ini Peran yang dapat meningkatkan kualitas serta citra dan karakter bangunan Tingkat perubahan fisik baik penambahan atau pengurangan elemen bangunan Nilai pada masing-masing elemen bangunan Masjid Tuo Kayu Jao selanjutnya akan diakumulasikan untuk mendapatkan nilai total yang dimiliki oleh masin-masing elemen. Nilai tersebut menjadi patokan dalam klasifikasi elemen yang selanjutnya menjadi nilai dasar dalam penentuan arah pelestarian. c. Metode development Dalam metode ini, pengujian data diperoleh dengan cara membandingkan suatu kriteria atau standar yang sudah ada sebelumnya dengan teori-teori pelestarian. Arahan tindakan pelestarian fisik pada suatu bangunan ini diklasifikasikan lagi kedalam empat jenis, yaitu preservasi, konservasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi (Tabel 2): Tabel 2. Metode Development Arah pelestarian fisik Tingkat perubahan yang diperbolehkan Bentuk pelestarian berdasarkan penyebab perubahan Preservasi Sangat Kecil Preservasi, konservasi, restorasi Konservasi Kecil-Sedang Konservasi, restorasi, Rehabilitasi / Restorasi Besar Restorasi, rehabilitasi, rekonstruksi

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Karakter spasial bangunan Masjid Tuo Kayu Jao a. Organisasi Ruang Dalam suatu area bangunan seperti pada area bangunan Masjid Tuo Kayu Jao ini tentu terdapat organisasi ruang antara ruang yang satu dengan yang lainnya. - Orientasi ruang Orientasi ruang dalam pada Masjid Tuo Kayu Jao mengarah kebagian Mihrab, yaitu area imam memimpin solat, selain itu juga berdasarkan pada aktivitas lainnya seperti pendidikan al quran/ pengajian yang berorientasi ke bagian tengah ruang. (Gambar 2); Orientasi ruang ketika solat Orientasi ruang ketika dilakukan pengajian Gambar 2. Orientasi ruang pada Masjid Tuo Kayu Jao - Orientasi bangunan Orientasi bangunan Masjid Tuo Kayu Jao ini menghadap ke Barat-Timur, yaitu dengan fungsi utama masjid sebagai area ibadah umat muslim(gambar 3); Arah hadap bangunan Masjid Tuo Kayu Jao Kiblat/Barat Gambar 3. Orientasi bangunan pada Masjid Tuo Kayu Jao

3.2 Karakter visual bangunan Masjid Tuo Kayu Jao a. Pintu Pada bangunan Masjid Tuo Kayu Jao ini hanya terdapat satu pintu utama bangunan yang terletak di bagian depan bangunan atau timur bangunan. Jenis dari pintu ini yaitu pintu ganda dengan dua daun pintu yang memiliki dimensi tidak terlalu besar (Gambar 4); Gambar 4. Perletakan pintu pada Masjid Tuo Kayu Jao b. Dinding Masjid Tuo Kayu Jao menggunakan dinding papan kayu yang dicat coklat gelap. Dinding interior dengan papan yang disusun horizontal, sedangkan papan dinding eksterior disusun vertikal (Gambar 5); Gambar 5. Dinding pada Masjid Tuo Kayu Jao c. Atap Bentukan atap Masjid Tuo Kayu Jao ini merupakan bentuk khas atap masjid-masjid kuno di Indonesia dan digabungkan dengan ciri khas Arsitektur Minangkabau. Atap dari masjid ini dari bahan anyaman ijuk dan disusun pada kerangka bambu (Gambar 6); Gambar 6. Atap pada Masjid Tuo Kayu Jao

3.3 Karakter struktural bangunan Masjid Tuo Kayu Jao a. Pondasi Pondasi utama pada Masjid Tuo Kayu Jao merupakan pondasi dari umpak-umpak atau sandi-sandi menggunakan batu kali yang berbentuk mipih/ tipis dengan ukuran panjang dan lebar 30 x 40 cm, dengan ketebalan antara 5 hingga 10 cm (Gambar 7); Gambar 7. Pondasi pada Masjid Tuo Kayu Jao b. Lantai Teknologi pengerjaan lantai pada Masjid Tuo Kayu Jao tidak mempergunakan sambungan lidah, hanya berupa perkuatan mempergunakan paku (BPCB, 2015). Pendukung struktur lantai pada Masjid Tuo Kayu Jao yaitu balok lantai (Gambar 8); Rasuak / balok pengikat arah melintang Palanca / balok pengikat arah memanjang Balok lantai Gambar 8. Struktur lantai Masjid Tuo Kayu Jao c. Atap Kuda-kuda pada bagian atap ini merupakan kuda-kuda 1/2, karena atap masjid ini terdiri dari tiga tingkat. Bahan bambu pada pendukung atap masjid ini merupakan tempat meletakkan bahan ijuk yang posisinya tersusun horizontal diatas kuda-kuda. Besar balok kuda-kuda ini berukuran 5/20 cm, namun tidak merata, semakin keujung semakin kecil. Lebar bambu berukuran 3 s/d 5 cm dengan panjang 3 s/d 4 m dan tebal 1 s/d 1,5 cm. Kondisi bambu sudah banyak mengalami pelapukan dan bahkan ada yang telah hancur, hal ini disebabkan oleh pengaruh cuaca dan usia bahan (Gambar 9); Gambar 9. Struktur atap Masjid Tuo Kayu Jao

3.4 Tinjauan Pelestarian Bangunan Masjid Tuo Kayu Jao Penilaian makna kultural untuk menentukan elemen bangunan potensial didasarkan pada aspek estetika (Et), keterawatan (Kt), keaslian (Ks), peranan sejarah (Ps),keluarbiasaan (Kb) dan Kelangkaan (Kl). Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai yang terbagi dalam 3 pembobotan, yakni nilai tinggi memiliki 3 poin, nilai sedang memiliki bobot 2 poin dan nilai rendah berbobot 1 poin (Tabel 3). Setelah mengetahui nilai makna kultural tiap-tiap elemen bangunan, selanjutnya adalah mengklasifikasikan elemen bangunan berdasarkan nilai potensialnya berdasarkan jarak interval sebagai berikut: (1). Potensial rendah: 6-8, (2). Potensial sedang: 9-11, (3). Potensial tinggi : 12 15. Ketentuan penanganan elemen bangunan menggunakan penggolongan yang diterapkan oleh Antariksa (2011) di dalam penggolongan bangunan cagar budaya, yaitu: 1. Bangunan potensial tinggi, ketentuan pemugarannya adalah: a) boleh terjadi perubahan fisik tampilan, namun sangat kecil ataupun kecil sehingga keaslian bangunan dapat terjaga; dan b) arahan pelestarian fisik dilakukan dengan preservasi dan konservasi. 2. Bangunan potensial sedang, ketentuan pemugarannya adalah: a) boleh terjadi perubahan fisik tampilan, namun kecil ataupun sedang namun tampilan bangunan tidak terganggu; dan b) arahan pelestarian fisik dilakukan dengan konservasi dan rehabilitasi. 3. Bangunan potensial rendah, ketentuan pemugarannya adalah: a) boleh terjadi perubahan fisik tampilan dalam skala sedang atau besar namun masih tampak bagian bangunan lama; dan b) arahan pelestarian fisik dilakukan dengan rehabilitasi dan rekonstruksi. Tabel 3. Arahan Pelestarian Masjid Tuo Kayu Jao No Variabel amatan Keterangan 1 Potensial tinggi (16-18) Karakter visual bangunan Ragam hias Mimbar Atap mihrab Gevel Makam Dinding eksterior Dinding interior Karakter spasial bangunan Pola ruang Orientasi ruang Orientasi bangunan 2 Potensial sedang (11-15) Karakter visual bangunan Gaya bangunan Tiang Preservasi dan Konservasi Rehabilitasi

No Variabel amatan Keterangan Bedug Tangga Pintu P1 Jendela J1 Jendela J2 Atap Plafon Karakter spasial bangunan Alur sirkulasi Karakter struktural bangunan Struktur bawah (pondasi) Struktur atas (tiang) 3 Potensial rendah (6-10) Karakter visual bangunan Cibuak / cucian kaki Lantai Karakter struktural bangunan Struktur bawah (lantai) Struktur atas (atap) Rehabilitasi Rekonstruksi 4. Kesimpulan Karakter visual tapak pada bangunan Masjid Tuo Kayu Jao dengan fasade antar bangunan dalam satu kawasan dipengaruhi oleh bentuk atap bangunan yang lebih menonjol dibandingkan bangunan sekitar. Karakter spasial tapak ditentukan dengan adanya beberapa bentuk aktivitas yang terjadi didalam ruang Karakter struktural bangunan ini terbagi atas struktur bawah dan struktur atas. Arahan pelestarian konservasi dan preservasi diarahkan pada potensi tinggi, yaitu pada karakter visual; ragam hias, mimbar, atap mihrab, gevel, makam, dinding, pola ruang, orientasi ruang dan orientasi bangunan. Pada karakter spasial, yaitu pola ruang, orientasi ruang, dan orientasi bangunan. Arahan pelestarian rehabilitasi diarahkan pada potensi sedang, yaitu pada karakter visual; Pintu, jendela, gaya bangunan, tiang, atap plafon, bedug, dan tangga. Pada karakter spasial, yaitu alur sirkulasi dan pada karakter struktural, yaitu kolom/tiang dan pondasi.arahan pelestarian rekontruksi diarahkan pada potensi rendah, yaitu pada karakter visual;cibuak/tempat cuci kaki dan lantai, serta pada karakter struktural, yaitu lantai dan atap. Daftar Pustaka Antariksa, 2011. Metode Pelestarian Arsitektur. antariksa article.blogspot.com. (diakses 15 Oktober 2015) Balai Pelestarian Cagar Budaya. 2015. Laporan Studi Kelayakan Arkeologi Masjid Tuo Kayu Jao.