BAB I PENDAHULUAN. 1 https://www.bps.go.id/linktabelstatistik/view/id/972 (10 november 2016)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diimbangi dengan peningkatan jumah lapangan pekerjaan yang tersedia. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. lulusan atau tenaga kerja baru.perkembangan perekonomian Indonesia di prediksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdampak keras terhadap perekonomian Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang masalah. Setiap mahasiswa mempunyai perhatian khusus terhadap mata kuliah

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengamalkan ilmu pengetahuan, keterampilan yang telah didapat

BAB I PENDAHULUAN. yang cerdas, berkualitas, tangguh, berkompetensi, kreatif, inovatif,

Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha Pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Pontianak

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Horne (Mulyasana, 2011, h. 5) menyatakan bahwa : peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi, BPFE, Yogyakarta, 2005, hlm Mas ud Machfoedz dan Mahmud Machfoedz, Kewirausahaan, Metode, Manajemen dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Ghazali, Menuju Masyarakat Industri yang Madani, Asean Aceh Fertilizer, Jakarta, 1998, hlm

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya akan Sumber Daya Alamnya (SDA). Karena, kecendrungan negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. secara sepihak, dan berdampak pada meningkatknya pengangguran terdidik,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan salah satu bidang ekonomi yang penting bagi

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurursan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pegawai atau karyawan perusahaan swasta. Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah tentu

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berwirausaha dapat pula membukakan lapangan pekerjaan baru bagi orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

2016 PENGARUH MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DAN MATA KULIAH KEAHLIAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA DI BIDANG AGROINDUSTRI

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat yang berpendidikan rendah. Banyak sarjana yang hanya

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk mendapatkan peluang kerja yang kian terbatas. Bukan saja yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan untuk menjadikan negara

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju suatu bangsa semakin banyak orang yang terdidik, namun

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara jumlah

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REKONTRUKSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMBANGUN WATAK WIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

BAB I PENDAHULUAN. dari kesadaran manusia akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana jumlah masyarakat terdidik senantiasa mengalami peningkatan, akan tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Sehingga menyebabkan peningkatan jumlah pengangguran dan merupakan masalah yang sangat mendesak untuk diselesaikan. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, angka pengangguran di Indonesia pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibanding tahun 2014. Pada bulan agustus 2014, jumlah pengangguran mencapai 7.244.905 orang, sedangkan pada bulan yang sama ditahun 2015 jumlah pengangguran naik menjadi 7.560.822 orang. Angka pengangguran lulusan perguruan tinggi berjumlah 495.143 orang pada tahun 2014 dan mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 653.586 orang. Seperti data yang ditunjukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) seperti tabel yang tertera dibawah ini : 1 Tabel 1.1 Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2014-2015 Pendidikan 2014 2015 No tertinggi yang Februari Agustus Februari Agustus ditamatkan 1 Tidak/belum 134.040 74.898 124.303 55.554 pernah sekolah 2 Belum/tidak tamat 610.574 389.550 603.194 371.542 SD 3 SD 1.374.822 1.229.652 1.320.392 1.004.961 4 SLTP 1.693.203 1.566.838 1.650.387 1.373.919 1 https://www.bps.go.id/linktabelstatistik/view/id/972 (10 november 2016) 1

2 5 SLTA Umum 1.893.509 1.962.786 1.762.411 2.280.029 6 SLTA Kejurusan 847.365 1.332.521 1.174.366 1.569.690 7 Diploma 195.258 193.517 254.312 251.541 I,II,III/Akademi 8 Universitas 398.298 495.143 565.402 653.586 Total 7.147.069 7.244.905 7.454.767 7.560.822 Sumber: Badan Pusat Statistik Berdasarkan data BPS diatas, jumlah pengangguran di Indonesia masihcukup tinggi, dan yang lebih memprihatinkan adalah pengangguran terdidik juga masih tinggi. Jumlah tersebut akan naik setiap tahunnya sebab setiap Perguruan Tinggi pasti akan meluluskan para sarjana yang jumlahnya ribuan namun tidak semua lulusan sarjana tersebut bisa tertampung di dunia kerja. Permasalahan pengangguran terdidik lebih kompleks dibanding pengangguran non terdidik, karena pengangguran non terdididik bersedia untuk bekerja disektor non formal, sedangkan pengangguran terdidik menginginkan bekerja disektor formal sesuai dengan ilmu yang dimiliki untuk mendapat gaji yang tinggi dan prestice di tengah masyarakat. Di negara maju umumnya memiliki wirausahawan lebih banyak dibandingkan dengan negara berkembang.hal ini memberikan dampak positif dengan meningkatkan perekonomian negara, dan mengurangi jumlah pengangguran dengan menyediakan lapangan pekerjaan. Seperti yang disampaikan oleh Heidjrahman Ranu P. bahwa keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh negara Jepang ternyata didukung oleh wirausahawan yang telah berjumlah 2% tingkat sedang, berwirausaha kecil 20% dari jumlah penduduknya. Inilah kunci keberhasilan pembangunan negara Jepang. 2 Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati merupakan sentra pengodol kapuk dan tempat pembuatan kasur, bantal dan guling yang berbahan dasar kapuk.di desa karaban terdapat puluhan pabrik pengodol hlm. 5. 2 Buchori Alma, Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum, Alfabeta, Bandung, 2014,

3 kapuk yang tiap pabrik memperkejakan minimal 15 orang pekerja, oleh karena itu banyak warga dari desa tetangga bekerja di karaban dan pemasarannya tidak mengalami kesulitan.dalam pemasarannya selain kapuk tersebut diolah dalam bentuk kapuk yang telah dipres, kapuk tersebut juga diolah menjadi kasur.kasur tersebut telah memasuki pasar keluar Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi. Desa yang terdiri dari 7 RW dan 48 RT ini terjadi perubahan baik dalam kehidupan social ekonomi.tingkat pendidikan keluarga (anak) sudah lebih baik dibandingkan pendidikan kepala keluarga.hal ini tentu saja dari hasil usaha sebagai pengodol kapuk yang terus berkembang dan memperoleh keuntungan/pengahasilan yang cukup lumayan. Sebab permintaan hasil produksi terus bertambah dan penyediaan bahan baku, pengolahan, modal, tenaga kerja dan pemasarannya tidak mengalami kesulitan. Pendidikan di desa karaban ini juga sudah maju terbukti dengan jumlah mahasiswa yang setiap tahun selalu bertambah. Berdasarkan survai yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 3 januari 2017 mahasiswa di Desa Karaban berjumlah 143 mahasiswa yaitu 112 non wirausaha dan 31 wirausaha. Walaupun dengan usaha menjadi pengodol kapuk bisa meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat namun masih saja orang kurang berminat menekuni profesi wirausaha.penyebab dari kurang minat ini mempunyai latar belakang pandangan negatif dalam masyarakat terhadap profesi tersebut. Mereka tidak menginginkan anak-anaknya menekuni bidang ini, dan berusaha mengalihkan perhatian anak untuk menjadi pegawai negeri, apalagi bila anaknya sudah bertitel lulus perguruan tinggi. Kecilnya minat berwirausaha di kalangan lulusan perguruan tinggi sangat disayangkan. Harusnya, melihat kenyataan bahwa lapangan kerja yang ada tidak memungkinkan untuk menyerap seluruh lulusan perguruan tinggi di Indonesia, para lulusan perguruan tinggi mulai memilih berwirausaha sebagai pilihan karirnya. Upaya untuk mendorong hal ini mulai terlihat dilakukan oleh kalangan institusi pendidikan, termasuk perguruan tinggi. Kurikulum yang telah memasukan pelajaran atau mata kuliah kewirausahaan telah marak.

4 Namun demikian, hasilnya masih belum terlihat.para lulusan perguruan tinggi masih saja enggan untuk langsung terjun sebagai wirausahawan, dibuktikan dengan angka pengangguran terdidik yang ternyata malah semakin meningkat. Pada awalnya kewirausahaan dipandang sebagai kemampuan yang dilahirkan dari pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan.tetapi sekarang ini, kewirausahaan juga merupakan disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan. 3 Dimana pengetahuan kewirausahaan sudah mulai diajarkan disekolah dasar, sekolah menengah ataupun perguruan tinggi. Kini banyak sekali angkatan muda yang berminat menerjuni bidang kewirausahaan, mulai dari usaha berskala kecil maupun yang telah berskala besar dengan cabang yang tersebar diberbagai kota di Indonesia. Perkembangan kewirausahaan di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup baik, meskipun belum memenuhi target yang ditentukan.seperti yang disampaikan oleh Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda (BPP HIPMI) Bahlil Lahadalia, jumlah pengusaha di Indonesia masih jauh dari kata ideal. Saat ini rasio pengusaha di Indonesia hanya sekitar 1,5 persen dari sekitar 252 juta penduduk Tanah Air. Indonesia masih membutuhkan 1,7 juta pengusaha untuk mencapai angka 2 persen. Sedangkan di negara Asean seperti Singapura tercatat sebanyak 7 persen, Malaysia 5 persen, Thailand 4,5 persen, dan Vietnam 3,3 persen jumlah pengusahanya. 4 Oleh sebab itu perlu adanya peran dari semua pihak untuk mencetak generasi muda yang mempunyai semangat berwirausaha, dengan pendidikan kewirausahaan dan etika bisnis baik disekolah formal maupun non formal seperti kursus kewirausahaan. Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah semangat, sikap perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya cara kerja, teknoligi dan produk baru dengan 3 Suryana, Kewirausahaan Pedoman Praktis, Kiat Dan Proses Menuju Sukses, Salemba Empat, Jakarta, 2013, hlm. 2. 4 http://m.suara.com (10 november 2016)

5 meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan keuntungan yang lebih besar. Kewirausahaan bukan bakat bawaan sejak lahir atau urusan pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan.seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidikan. 5 Hasil akhir yang ingin dicapai dari pembelajaran kewirausahaan adalah tertanam atau terbentuknya jiwa wirausaha pada diri seseorang, sehingga yang bersangkutan menjadi seorang wirausaha dengan kompetensinya. Inti dari kompetensi seorang wirausaha ialah inovatif dan kreatif. Dengan demikian tujuan utama pembelajaran kewirausahaan pada prinsipnya ialah mencetak wirausaha yang kreatif dalam artian individu yang memiliki kreatifitas yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan hidupnya kelak. 6 Konsep kewirausahaan telah diajarkan Nabi Muhammad SAW, jauh sebelum beliau menjadi Rasul. Rasulullah telah memulai bisnis kecil-kecilaan pada usia kurang dari 12 tahun dengan cara membeli barang dari suatu pasar, kemudian menjualnya kepada orang lain untuk mendapatkan keuntungan agar dapat meringankan beban pamannya. Bersama pamannya, Rasullah melakukan perjalanan dagang ke Syiria.Bisnis Rasulullah terus berkembang sampai kemudian Khadijah menawarkan kemitraan bisnis dengan system profit sharing. 7 Rasullah telah meletakan prinsip-prinsip dasar dalam melakukan transaksi bisnis secara adil. Kejujuran dan keterbukaan Rasullah dalam melakukan perdagangan merupakan teladan bagi seorang pengusaha generasi selanjutnya.sejak muda, beliau selalu memperhatikan rasa tanggungjawabnya terhadap setiap transaksi yang dilakukan. Sikap mandiri dan tidak bergantung pada orang lain adalah satu sikap yang harus dimiliki orang seorang entrepreneur sejati. Kecerdasan emosional yang dimiliki oleh Rasullah juga hlm. 1. 20-21 5 Danang Sunyoto, Kewirausahaan Untuk Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta, 2013, 6 Eman Suherman, Desain Pembelajaran Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung, 2010, hlm. 7 http://kompasiana.com, Islamic entrepreneurship(26 november 2016)

6 sangat baik dalam membngun sebuah jaringan. Ada dua prinsip utama yang patut dicontoh dari perjalanan bisnis Rasullah SAW. Pertama, uang bukanlah modal utama dalam berbisnis, modal utama dalam usaha adalah membangun kepercayaan dan dapatdipercaya (al-amin), money is not number one capital is trust. Kedua, kompetensi dan kemampuan teknis yang terkait dengan usaha. Beliau mengenal dengan baik tempat-tempat perdagangan di Jazirah Arab. Beliau juga mengetahui seluk beluk aktifitas perdagangan dan bahayanya riba sehingga beliau menganjurkan jual beli dan mengahapuskan sistem riba. 8 Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha termasuk dalam berinteraksi dengan pemangku kepentingan. 9 Etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.studi ini berkonsentrasi pada standart moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan prilaku bisnis. 10 Tidak dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat sehingga akan kontra produktif, misalnya larangan beredar, larangan beroperasi dan sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai etika pada umumnya termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula. Dari studi etika bisnis mahasiswa dilatih untuk menjalankan bisnis secara nyata, tidak hanya wacana dan teoritis. Dengan demikian mahasiswa akan tertanamkan motivasi, spirit, minat, dan menumbuhkan jiwa berwirausaha, memiliki passion yang kuat untuk menjadi wirausaha yang sukses dan professional. 11 Sekolah Tinggi maupun Universitas merupakan wadah pendidikan yang telah memasukan pembelajaran kewirausahaan dan etika bisnis dalam program mata kuliah yang wajib diambil dengan tujuan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaaannya. 8 http://kompasiana.com, etika berbisnis rasullah(26 november 2016) 9 Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 24 10 Ibid, hlm. 30. 11 Ibid, hlm. 31.

7 Jika pembelajaran kewirausahaan dan etika bisnis diberikan dengan tehnik yang baik dan tidak semata-mata hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, pengajar terampil dalam memberikan motivasi kepada mahasiswa, maka pembelajarankewirausahaan dan etika bisnis dapat membentuk pola pikir, sikap, perilaku kepada mahasiswa menjadi seorang wirausahawan, sehingga mendorong mereka untuk memilih berwirausaha sebagai pilihan berkarir. Namun, pengaruh tersebut perlu dikaji lebih lanjut apakah dengan adanya pembelajaran kewirausahaan dan etika bisnis dapat melahirkan jiwa entrepreneur bagi mahasiswa. Sehubung dengan latar belakang permasalahan diatas, maka penulis perlu adanya penelitian yang mendalam untuk mencari tahu apakah pembelajaran kewirausahaan dan etika bisnis memang efektif untuk menghasilkan wirausahawan baru. Maka peneliliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Kewirausahaan dan Etika Bisnis Terhadap Jiwa Entrepreneur Mahasiswa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh pembelajaran kewirausahaan terhadap jiwa entrepreneur mahasiswa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati? 2. Bagaimana pengaruh pembelajaran etika bisnis terhadap jiwa entrepreneur mahasiswa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati? 3. Bagaimana pengaruh pembelajaran kewirausahaan dan etika bisnis terhadap jiwa entrepreneur mahasiswa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati?

8 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kewirausahaan terhadap jiwa entrepreneur mahasiswa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. 2. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran etika bisnis terhadap jiwa entrepreneur mahasiswa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. 3. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kewirausahaan dan etika bisnisterhadap jiwa entrepreneur mahasiswa di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ekonomi sehingga dapat digunakan sebagai literature untuk penelitian selanjutnya yang membahas permasalahan yang sejenis. b. Menambah khasanah keilmuan tentang kewirausahaan di Desa Karaban Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. 2. Manfaat praktis a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan kepada seluruh pihak yang terkait mengenai pengaruh pembelajaran kewirausahaan dan etika bisnis terhadap jiwa entrepreneur mahasiswa. b. Sebagai bahan evaluasi kepada Universitas atau Sekolah Tinggi untuk nlebih mengembangkan pembelajarabn kewirausahaan dan etika bisnis.

9 E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi atau penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran serta garis-garis besar dari masing-masing bagian atau saling berhubungan, sehingga nantinya akan diperoleh penelitian yang sistematis dan ilmiah. Berikut adalah sistematika penulisan skripsi yang akan penulis susun: 1. Bagian awal Bagian ini terdiri dari: halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaan persembahan, kata pengantar, halaman abstraksi, halaman daftar isi, dan daftar tabel. 2. Bagian isi meliputi: Pada bagian ini, memuat garis besar yang terdiri dari lima bab, antara bab I dengan bab lainnya saling berhubungan karena merupakan satu kesatuan yang utuh. Adapun kelima bab itu sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi teori-teori yang relevan denga penelitian yang dilakukan, tinjauan terhadap penelitian-penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya, Kerangka pemikiran teoritis dan perumusan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan cara yang dipilih untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang diajukan, sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, definisi variabel penelitian dan pengukuran, pengujian hipotesis dan metode analisis data.

10 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang deskripsi data, hasil dari analisis serta pembahasan hasil penelitian. BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bagian terakhir dari laporan penelitian ini, yang berisi kesimpulan dari pembahasan skripsi berdasarkan analisis yang telah dilakukan, keterbatasan penelitian serta saran-saran untuk disampaikan kepada objek penelitian atau penelitian selanjutnya. 3. Bagian akhir meliputi : daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan, dan lampiran-lampiran.