IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1b, Data laju pertumbuhan spesifik benih lele Sangkuriang dengan lama pemeliharaan 20 hari

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KINERJA PRODUKSI PENDEDERAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp.) MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI PERGANTIAN AIR 50%, 100%, DAN 150% PER HARI

IV. HASIL DA PEMBAHASA

III. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KINERJA PRODUKSI PENDEDERAN LELE SANGKURIANG Clarias sp. PADA PADAT PENEBARAN 35, 40, 45 DAN 50 EKOR/LITER DENGAN KETINGGIAN MEDIA 30 CM

II. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

II. BAHAN DAN METODE

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju pertumbuhan rata rata panjang dan berat mutlak lele sangkuriang

II. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

II. BAHAN DAN METODE

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

Pengaruh Ketinggian Air yang Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

I. PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Kelangsungan Hidup

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

PENGARUH KETINGGIAN AIR YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUPBENIH IKAN LELE SANGKURIANG

II. BAHAN DAN METODE

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

II. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac.

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

ke dalam bak filter. Berdasarkan Anonim (2011 ) waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus :

PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus gouramy Lac. UKURAN 2 CM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

PRODUKSI BENIH GURAMI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Bulan Juli 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Patin Siam ( Pangasius hypopthalmus 2.2. Transportasi Ikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB 4. METODE PENELITIAN

Gambar 3. Grafik Biomassa cacing sutra oligochaeta selama percobaan.

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Eko Harianto Dosen Program Studi Budidaya Perairan

BAB III BAHAN DAN METODE

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

BAB III METODE PENELITIAN

Jumlah ikan awal (ekor) , , , , ,6 ANOVA. Sum of Squares df Mean Square F Sig.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

Lampiran 1. Analisis pengaruh peningkatan kepadatan terhadap tingkat kelangsungan hidup (survival rate) benih ikan nilem

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KINERJA PRODUKSI BENIH GURAME Osphronemus gouramy Lac. UKURAN 8 CM DENGAN PADAT PENEBARAN 3, 6 DAN 9 EKOR/LITER PADA SISTEM RESIRKULASI ZAENAL ABIDIN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus DIPELIHARA PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KEPADATAN YANG BERBEDA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Data SR Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

METODOLOGI. = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah dari pengamatan σ i ε ij

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan terhadap beberapa parameter uji. Parameter Uji Nilai parameter pada perlakuan ketinggian air (cm) 15 cm 20 cm 25 cm 30 cm Laju pertumbuhan bobot harian (%) 21,09+0,535 21,47+0,979 21,48+0,435 22,04+1,422 Pertumbuhan panjang mutlak (cm) 1,63+0,11 1,68+0,18 1,72+0,05 1,83+0,13 Derajat kelangsungan hidup (%) 86,14 ± 6,68 86,54+12,89 88,71 ± 7,37 91,97± 5,81 Koefisien keragaman panjang (%) 7,07±2.10 4,87±1.89 4,48±0.62 6,47±2.13 FCR (Feed Convertion Ratio) 1,11 ± 0,12 1,16 ± 0,10 1,19 ± 0,05 1,28± 0,12 Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa perlakuan ketinggian air 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm tidak memberikan pengaruh nyata (p>0,05) terhadap laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, derajat kelangsungan hidup (SR), koefisien keragaman panjang dan konversi pakan (FCR). 4.1.1. Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pada awal pemeliharaan bobot benih ikan lele adalah ± 0,01 gram. Setelah masa pemeliharaan selama 15 hari bobot ikan meningkat menjadi 0,22-0,24 gram. Berdasarkan hasil perhitungan laju pertumbuhan bobot harian berkisar 21,09% hingga 22,04% (Lampiran 1b), serta pada akhir perlakuan diperoleh rata-rata bobot ikan pada perlakuan ketinggian air 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm secara berturut-turut adalah 0,21±0,013 gram, 0,22±0,025 gram, 0,220±0,01 dan 0,24±0,037 gram (Lampiran 1a). Berdasarkan analisa ragam perbedaan ketinggian air 15 cm hingga 30 cm tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian (p>0,05) (Lampiran 1c). Data laju pertumbuhan bobot harian dapat dilihat pada Gambar 1.

16 Gambar 1. Laju Pertumbuhan Bobot Harian Benih Ikan Lele Selama Masa Pemeliharaan 15 hari 4.1.2. Pertumbuhan Panjang Mutlak Panjang awal benih ikan lele yang ditebar mempunyai ukuran panjang yang hampir seragam yaitu 0,89 cm. Pemeliharaan selama 15 hari menyebabkan benih ikan bertambah panjangnya menjadi 2,52 cm-2,72 cm. Dari hasil perhitungan diperoleh pertumbuhan panjang mutlak pada ketinggian air 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm masing-masing adalah 1,63 cm, 1,68 cm, 1,72 cm dan 1,83 cm (Lampiran 2a). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan ketinggian air tidak berpengaruh nyata (p>0,05) pertumbuhan panjang mutlak (Lampiran 2e). Data pertumbuhan panjang mutlak benih dapat dilihat pada Gambar 2.

17 Gambar 2. Pertumbuhan Panjang Mutlak Benih Ikan Lele Selama Masa Pemeliharaan 15 hari 4.1.3. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Rata-rata jumlah benih ikan lele pada pemeliharaan dengan perlakuan ketinggian air 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm masing-masing adalah 2160 ekor, 2880 ekor, 3600 ekor dan 4320 ekor. Pada hari ke 15 masa pemeliharaan jumlah ikan menurun rata-rata menjadi 86,14% hingga 91,97% (Lampiran 3b). Pada akhir perlakuan diperoleh rata-rata jumlah ikan hidup pada perlakuan ketinggian air 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm secara berturut-turut adalah 1861 ekor, 2376 ekor, 3194 ekor dan 3973 ekor (Lampiran 3b). Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan ketinggian air tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap derajat kelangsungan hidup benih ikan lele (Lampiran 3c). Data mengenai kelangsungan hidup benih ikan lele dapat dilihat pada Gambar 3.

18 Gambar 3. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Benih Ikan Lele Selama Masa Pemeliharaan 15 hari 4.1.4. Koefisien Keragaman Panjang Nilai koefisien keragaman pada perlakuan ketinggian air 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm secara berturut-turut adalah 7,07%, 4,87%, 4,48% dan 6,47% (Lampiran 4a). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan ketinggian air tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap laju koefisien keragaman (Lampiran 4b). Data mengenai koefisien keragaman panjang benih dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Koefisien Keragaman (KK) Benih Ikan Lele Selama Masa Pemeliharaan 15 hari

19 4.1.5. Feed Convertion Ratio (FCR) Nilai Feed Conversion Ratio (FCR) pada perlakuan ketinggian air 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm secara berturut-turut adalah 1,11, 1,16, 1,19 dan 1,28 (Lampiran 5a), serta pada akhir perlakuan diperoleh rata-rata jumlah pakan cacing cacah yang dihabiskan pada perlakuan ketinggian air 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm secara berturut-turut adalah 445,26 gram, 521,25 gram, 756,72 gram dan 901,5 gram. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan ketinggian air tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap Nilai Feed Convertion Ratio (FCR) (Lampiran 5b). Data mengenai konversi pakan dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Konversi Pakan (FCR) Benih Ikan Lele Selama Masa Pemeliharaan 15 hari 4.1.6 Kualitas Air Kondisi kualitas air selama penelitian berlangsung masih dalam kisaran optimal bagi pertumbuhan ikan lele. Nilai-nilai parameter kualitas air pada masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan percobaan berlangsung tercantum dalam Tabel 6.

20 Tabel 6. Kisaran kualitas air selama pemeliharaan. Parameter Suhu ( 0 C) DO (mg/l) ph Amonia (mg/l) Alkalinitas (mg/lcaco 3 ) Perlakuan Sampling ke- Kondisi Optimal 0 1 2 Nilai Sumber Pustaka TA 15 cm 29,5 29,5 29,5 TA 20 cm 29,5 29,5 29,5 BBPBAT TA 25 cm 29,5 29,5 29,5 22-32 (2005) TA 30 cm 29,5 29,5 29,5 Tandon 29,5 28 28 TA 15 cm 5,11 3,44 3,76 Rahman et al. TA 20 cm 5,11 3,39 3,66 >0,3 (1992) TA 25 cm 5,11 2,53 3,52 >0,1 BBPBAT TA 30 cm 5,11 2,44 3,13 (2005) Tandon 5,11 4.61 4,10 TA 15 cm 7,34 7,51 7,55 Boyd TA 20 cm 7,34 7,54 7,45 6,5-8,5 (1990) TA 25 cm 7,34 7,35 7,35 6-9 Wedemeyer TA 30 cm 7,34 7,39 7,25 (2001) Tandon 7,34 7,32 7,47 TA 15 cm 0,02 0,02 0.18 Wedemeyer TA 20 cm 0,02 0,02 0,02 0,05-0,2 (2001) TA 25 cm 0,02 0,16 0,04 <0,1 Rahman et al. TA 30 cm 0,02 0,01 0,02 (1992) Tandon 0,02 0,01 0.03-1992 TA 15 cm 18,87 39,8 37,9 Wedemeyer TA 20 cm 18,87 27,86 27,56 50-500 (2001) TA 25 cm 18,87 27,86 26,89 5-100 Boyd TA 30 cm 18,87 31,84 32,21 (1990) Tandon 18,87 19,9 20,21 4.1.7. Efisiensi Ekonomi Efisiensi ekonomi dihitung dalam jangka waktu satu tahun. Analisis usaha pada tiap perlakuan ditunjukkan pada Tabel 7. Asumsi yang digunakan dalam analisis usaha adalah sebagai berkut : a. Satu tahun dapat dilakukan 16 siklus produksi, dengan waktu 16 hari setiap siklus produksi (2 hari untuk persiapan, 14 hari untuk produksi). b. Harga faktor produksi dianggap tetap selama siklus produksi. c. Kegiatan pendederan menggunakan 12 akuarium dengan pertimbangan mencukupi untuk produksi di tingkat masyarakat, dimana pada setiap kasus memiliki perlakuan yaitu: 1. TA 15 cm dengan volume air 54 liter 2. TA 20 cm dengan volume air 72 liter 3. TA 25 cm dengan volume air 90 liter

21 4. TA 30 cm dengan volume air 108 liter d. Jumlah ikan yang ditebar pada setiap perlakuan dengan kepadatan 40 ekor/liter yaitu sebanyak: 1. TA 15 cm sebanyak 2160 ekor/akuarium 2. TA 20 cm sebanyak 2880 ekor/akuarium 3. TA 25 cm sebanyak 3600 ekor/akuarium 4. TA 30 cm sebanyak 4880 ekor/akuarium e. Perhitungan kekuatan pompa yaitu mengacu pada penelitian Widiyantara (2009), pada pergantian air ikan lele kekuatan pompa yang digunakan untuk melakukan pergantian air pada wadah akuarium ukuran 90 liter umur pompa yaitu 4 tahun. Sehingga perhitungan umur pompa yang digunakan pada percobaan yaitu 1. TA 15 cm dengan volume air 54 liter berumur 6 tahun 2. TA 20 cm dengan volume air 72 liter berumur 5 tahun 3. TA 25 cm dengan volume air 90 liter berumur 4 tahun 4. TA 30 cm dengan volume air 108 liter berumur 3 tahun f. Kelangsungan hidup pada perlakuan ketinggian air 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm secara berturut-turut adalah 86,14+6,678%, 86,54+12,89, 88,71+7,368%, dan 91,97+5,815% (Lampiran 3b). g. Nilai FCR pada perlakuan ketinggian air 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm secara berturut-turut adalah 1,11, 1,16, 1,19 dan 1,28 (Lampiran 5a). h. Persentase penyusutan perlengkapan produksi sesuai Lampiran 6. i. Biaya tenaga kerja untuk perlakuan ketinggian air 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm secara berturut-turut Rp 375.000,00/siklus, Rp 400.000,00/siklus, Rp 425.000,00/siklus, dan Rp.450.000,00/siklus (gaji tetap sebesar Rp 350.000,00/siklus, dan gaji tambahan sebesar Rp 25.000,00/siklus untuk setiap penambahan ketinggian air sebanyak 5 cm). j. Biaya listrik Rp. 500,00/KWH. k. Harga benih ikan lele ukuran 0,89±0,06 cm sebesar Rp.8,00/ekor. l. Harga jual benih ikan lele ukuran 2-3 cm sebesar Rp.40,00/ekor. m. Setiap 1000 ekor maka dikeluarkan biaya panen sebesar Rp.2000,00

22 n. Setiap 1000 ekor dikemas dalam satu kantong plastik, setiap kantong plastik memerlukan biaya kantong plastik dan karet sebesar Rp.500,00 dan gas sebesar Rp.500,00. o. Persentase ukuran 2-3 cm pada semua perlakuan adalah 100% dari nilai SR. p. Harga pakan alami cacing sutra sebesar Rp.8.000,00/takar (± 1000 gram). Tabel 7. Analisis usaha pada tiap perlakuan Uraian Perlakuan 15 cm 20 cm 25 cm 30 cm Investasi 9.753.000 9.753.000 9.753.000 9.753.000 Biaya tetap 4.429.100 4.446.700 4.473.100 4.517.100 Biaya variabel 5.513.743,36 7513664.00 9.846.673,92 11.989.312 Total biaya 9.942.843,36 11.960.364 14.319.773,92 16.506.412 Penerimaan 14.289.920 19.141.120 25.167.360 30.512.640 Keuntungan 4.347.076,64 7.180.756 10.847.586.08 14.006.228 R/C ratio 1,44 1,60 1,76 1,85 BEP (Rupiah) 7.559.330,1 7.756.112,1 7.688.439,4 7.786.013,2 BEP (Ekor) 188.983,25 193.902.80 192210,98 210.166,72 Pay Back period 2,44 1,59 0,92 0,71 HPP 28,49 25,78 23,12 21,95

23 4.2 Pembahasan Pendederan merupakan kegiatan pembesaran benih hasil pembenihan sampai ukuran yang aman untuk dibudidayakan di media pembesaran (Suyanto, 2008). Pendederan yang dilakukan oleh sebagian besar petani khususnya di daerah Bogor masih menggunakan sistem tradisional. Petani pendederan benih ikan lele memelihara ikan pada bak dengan ketinggian air 20-30 cm. Jumlah benih ikan lele yang ditebar hanya berdasarkan luasan dari bak, sehingga jika ingin meningkatkan jumlah produksi ikan lele harus menambah jumlah bak. Namun melalui teknologi peningkatan ketinggian air pada bak atau wadah pemeliharaan dapat meningkatkan jumlah produksi benih ikan lele. Dengan semakin meningkatnya ketinggian air dalam wadah pemeliharaan akan diikuti oleh peningkatan jumlah volume air. Volume air yang lebih banyak tersebut berpotensi untuk diisi oleh jumlah benih ikan lele yang lebih banyak. Jumlah penebaran benih lele yang semakin banyak diharapkan akan meningkatkan produksi benih ikan lele nantinya. Namun demikian ikan lele merupakan ikan demersal, ikan lele cenderung mengisi dasar perairan. Menurut Hadirini (1985), larva ikan lele memiliki kebiasaan aktif bergerak naik-turun dan bergerombol di dasar wadah. Selain itu ikan lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa arborescent organ (Vieveen et al., 1986). Saat kandungan oksigen di perairan rendah, ikan lele akan melakukan gerak naik ke permukaan untuk mengambil langsung oksigen dari udara. Semakin tingginya permukaan air menyebabkan jarak ke permukaan semakin besar sehingga mempengaruhi aktivitas ikan lele mengambil oksigen langsung ke udara. Semakin besar jarak yang ditempuh untuk mengambil oksigen ke permukaaan menyebabkan semakin besar pula energi yang terpakai sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan lele. Pada dugaan awal peningkatan ketinggian air dapat mempengaruhi pertumbuhan dari benih ikan lele. Namun dari data yang diperoleh perbedaan ketinggian air tidak memberikan pengaruh nyata terhadap faktor pertumbuhan ikan lele seperti laju pertumbuhan bobot harian, laju pertumbuhan panjang mutlak, kelangsungan hidup dan koefisien keragaman panjang. Hal tersebut dikarenakan oleh kandungan oksigen di air selama masa pemeliharaan selalu

24 dijaga pada kisaran optimal untuk lele dapat tumbuh. Sehingga benih ikan lele menjadi jarang untuk melakukan gerak naik turun mengambil oksigen langsung dari udara. Menurut Abel-Magid (1971), munculnya Clarias lazera ke permukaan air sangat penting pada saaat kandungan oksigen dalam air rendah, tetapi jika kandungan oksigen di air cukup maka ikan masih dapat bertahan sampai 2 minggu tanpa harus muncul ke permukaan. Data analisa ragam laju pertumbuhan bobot harian dan panjang mutlak, diketahui bahwa perlakuan perbedaan ketinggian air 15 cm, 20 cm, 25 cm, dan 30 cm diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05). Hal tersebut dikarenakan selama masa pemeliharaan benih ikan lele, lingkungan khususnya air dibuat optimal untuk pertumbuhan ikan lele. Dapat dilihat dari data kualitas air dimana parameter kualitas air yang terukur seperti suhu, ph, kandungan oksigen, dan amonia masih berada pada kisaran yang optimal bagi pertumbuhan benih ikan lele. Menurut Hepher & Pruginin (1981) intensifikasi budidaya dapat berhasil dengan baik jika dilakukan pengawasan terhadap 4 faktor utama lingkungan yaitu pengawasan suhu, penambahan pakan, suplai oksigen dan pembersihan limbah metabolit. Dari data hasil analisa ragam kelangsungan hidup diperoleh bahwa perlakuan perbedaan ketinggian air 15 cm, 20 cm, 25 cm, dan 30 cm menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata (p>0,05). Perbedaan jumlah kelangsungan hidup ikan lele dapat dipengaruhi oleh faktor ekternal berupa kondisi lingkungan seperti suhu dan ketersediaan pakan (Goddard, 1996). Penelitian Hecht & Appelbaum (1987), memperlihatkan bahwa mortalitas benih ikan lele ukuran < 1 gram akibat kanibalisme lebih besar dibandingkan penyebab lainnya. Seperti diketahui, ikan lele merupakan hewan omnivora dan cenderung bersifat karnivor. Ukuran ikan yang tidak seragam mengakibatkan ikan yang ukurannya lebih besar akan memakan ikan yang berukuran yang lebih kecil pada saat kekurangan makanan. Hal tersebut tidak terjadi pada penelitian. Nilai SR terendah terdapat pada perlakuan ketinggian air 20 cm sebesar 82,49 %, sedangkan nilai SR tertinggi terdapat pada perlakuan ketinggian air 30 cm sebesar 91,97% (Tabel 5). Tingginya nilai kelangsungan hidup ikan selama masa pemeliharaan disebabkan oleh pemberian pakan cacing sutra yang selalu tepat

25 waktu dan jumlah yang cukup. Selain itu dilakukan juga pergantian air yang dilakukan setiap hari sehingga mengurangi adanya tingkat kanibalisme pada benih ikan lele. Menurut Widiyantara (2009), pergantian air dapat mengurangi adanya kanibalisme pada benih ikan lele karena menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik sehingga dapat mempertahankan derajat kelangsungan hidup. Hasil analisa ragam koefisien keragaman panjang ikan lele menunjukkan bahwa perlakuan ketinggian air tidak berbeda nyata (p>0,05) terhadap nilai koefisien keragaman, sehingga benih yang dihasilkan selama percobaan cenderung seragam. Benih ikan lele cenderung seragam ukurannya dikarenakan pemberian pakan berupa cacing sutra cacah dilakukan secara at satiation sebanyak 3 kali sehari, sehingga semua ikan dalam wadah pemeliharaan dapat tercukupi kebutuhan pakannya. Menurut Hadiroseyani & Dana (1994), pada cacing sutra relatif lebih cepat dicerna dalam usus ikan yaitu sekitar 2 jam sehingga dapat memacu pertumbuhan dari larva ikan lele. Jika ukuran ikan beragam, menyebabkan kesempatan mendapatkan makanan akan berbeda, dimana benih yang berukuran besar mendapatkan kesempatan mengusai makanan daripada ikan kecil karena ditunjang ukuran tubuhnya (Lovell, 1989). Nilai FCR menunjukkan seberapa kg pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan 1 kg perubahan bobot biomassa (NRC, 1993). Nilai FCR terbesar pada perlakuan ketinggian air 30 cm sebesar 1,28, dan nilai FCR terkecil pada perlakuan ketinggian air 15 cm yaitu 1,11. Perlakuan ketinggian air tidak memberikan pengaruh nyata (p>0,05) terhadap konversi pakan (FCR) benih ikan lele selama masa pemeliharaan 15 hari. Nilai FCR pada perlakuan ketinggian air 15 cm menunjukkan pemanfaatan pakan yang lebih baik oleh ikan, dan dapat dikatakan bahwa pemberian pakan yang dilakukan cukup efisien. Pada perlakuan ketinggian air 15 cm diperoleh kandungan oksigen terlarut lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Kandungan oksigen yang tinggi tinggi mengakibatkan ikan jarang melakukan gerak naik turun untuk mengambil oksigen langsung ke permukaan. Semakin jarang melakukan gerak naik turun mengakibatkan pemanfaatan pakan oleh tubuh untuk pertumbuhan ikan tidak terbagi untuk energi melakukan gerak naik turun. Selain itu kandungan oksigen yang tinggi mengakibatkan laju metabolisme ikan lebih baik sehingga dapat

26 memanfaakan pakan dengan baik untuk pertumbuhannya. Pemberian pakan yang cukup dengan protein yang optimum juga sangat berperan dalam menunjang pertumbuhan yang optimal bagi catfish dan pemanfaatan pakan yang baik (Webster & Lim, 2002). Penurunan kualitas air dapat menyebabkan pertumbuhan ikan terganggu. Selama masa pemeliharaan penurunan kualitas air dapat dicegah dengan melakukan pembersihan bahan hasil metabolisme dan sisa pakan melalui penyifonan. Selain itu juga dilakukan pergantian air sebesar 100% setiap harinya. Penurunan suhu dicegah dengan menggunakan pemanas kompor, sehingga suhu air dan ruangan dijaga berada pada kisaran untuk tumbuh ikan secara optimal. Sedangkan kandungan oksigen air disuplai dengan menggunakan blower sehingga dapat mencegah adanya penurunan kandungan oksigen air. Kualitas air selama penelitian berada pada kisaran optimal benih ikan lele untuk hidup dan tumbuh. Parameter yang memberikan pengaruh besar pada perlakuan tersebut yaitu suhu, oksigen terlarut dan bahan sisa metabolisme ikan. Selama masa pemeliharaan kisaran suhu berada pada suhu 29 o C, dan kandungan oksigen berada pada kisaran 2-3 mg/l. Menurut Britz & Hetc.(1987), laju pertumbuhan ikan lele afrika akan baik pada kisaran suhu 25-33 o C dengan suhu optimum adalah 30 o C. Ikan lele Sangkuriang mampu mentoleransi kandungan oksigen terlarut >1 mg/l (BBPBAT, 2005), dan ikan lele mampu tumbuh optimal jika kandungan oksigen terlarut >3 mg/l (Rahman et al, 1992). Sehingga pada kondisi tersebut benih ikan lele dapat tumbuh dengan baik. Kadar amonia selama pemeliharaan pada perlakuan perlakuan ketinggian air 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm secara berturut-turut adalah 0,073 mg/l, 0,020 mg/l, 0,073 mg/l dan 0,017 mg/l. Dari data yang diperoleh kadar amonia di air masih dalam kisaran optimal untuk lele dapat tumbuh yaitu 0,01-0,18 mg/l. Menurut Wedemeyer (2001), kadar ammonia sebaiknya berkisar < 0,1 mg/l, walaupun tingkat toleransi ikan terhadap amoniak (NH 3 ) pada umumnya adalah 0,00-2,0 mg/l. Sehingga selama masa pemeliharaan kandungan amonia tidak menyebabkan pengaruh terhadap pertumbuhan ikan lele. Hal tersebut dikarenakan kondisi air selalu dijaga dengan melakukan pembersihan akuarium dan juga pergantian air setiap harinya.

27 Kisaran alkalinitas selama pemeliharaan pada perlakuan ketinggian air 15 cm, 20 cm, 25 cm dan 30 cm secara berturut-turut adalah 18,87-39,9 mg/l CaCO 3, 18,87-27,86 mg/l CaCO 3, 18,87-27,86 mg/l CaCO 3 dan 18,87-32,21 mg/l CaCO 3. Alkalinitas merupakan gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan ph, Perairan mengandung alkalinitas 20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam dan basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil (Boyd, 1990). Berdasarkan data tersebut, pada perlakuan ketinggian air 15 cm,20 cm, 25 cm, dan 30 cm menunjukkan kapasitas penyangga yang relatif stabil karena kisaran alkalinitas di atas 20 mg/l CaCO 3, sedangkan pada awal perlakuan pernah mengalami kisaran alkalinitas di bawah 20 mg/l CaCO 3. Hal tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan benih ikan lele karena benih ikan lele (Clarias sp) dapat berkembang dengan baik saat nilai alkalinitas di atas 5 mg/l kalsium karbonat (CaCO 3 ) (Boyd, 1990). Berdasarkan analisa usaha pada Tabel 7, diketahui bahwa keuntungan terbesar diperoleh pada perlakuan ketinggian air 30 cm, yaitu sebesar Rp. 14.006.228,00 per tahun, dan keuntungan terkecil terdapat pada perlakuan ketinggian air 15 cm yaitu senilai Rp, 4.347.076,64 per tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan peningkatan ketinggian air pada media pemeliharaan dapat meningkatkan penerimaan dan keuntungan. Menurut Boyd (1990), pertumbuhan dan kelangsungan hidup dipengaruhi kepadatan populasi, metabolisme ikan, pergantian air, dan suhu. Peningkatan ketinggian air dapat meningkatkan jumlah populasi ikan yang akan dipelihara, karena volume air juga meningkat sehingga dapat meningkatkan produktivitas ikan. Analisis R/C digunakan untuk mengetahui setiap nilai rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah nilai rupiah penerimaan. Kegiatan usaha yang menguntungkan memiliki nilai R/C yang besar (Rahardi et al., 1998). Nilai R/C (Tabel 7) terendah terdapat pada perlakuan ketinggian air 15 cm yaitu sebesar 1,44 yang berarti dengan pengeluaran biaya sebesar Rp. 1,00 mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 1,44. Sedangkan nilai R/C tertinggi terdapat pada perlakuan ketinggian air 30 cm sebesar 1,85. Sedangkan nilai R/C pada perlakuan ketinggian air 25 cm dan 30 cm berturut-turut yaitu 1,60

28 dan 1,76. Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pada wadah yang sama ukurannya semakin meningkat ketinggian air maka semakin besar pula volume air dan produktivitas ikan lele. Nilai BEP pada perlakuan ketinggian air 15 cm yaitu BEP (Rp) sebesar Rp 7.559.330,1 dan BEP (unit) sebanyak 188.983 ekor, artinya titik impas pada perlakuan perlakuan dicapai saat penerimaan mencapai Rp 7.559.330,1 dengan produksi benih sebanyak 188.983 ekor. Pada perlakuan ketinggian air 20 cm, nilai BEP (Rp) sebesar Rp 7.756.112,1 dan BEP (unit) sebanyak 193.903 ekor, artinya titik impas pada perlakuan tersebut dicapai saat penerimaan mencapai Rp Rp 7.756.112,1 dengan produksi benih sebanyak 193.903 ekor. Pada perlakuan ketinggian air 25 cm, nilai BEP (Rp) sebesar Rp 7.688.439,4 dan BEP (unit) sebanyak 192.211 ekor, artinya titik impas pada perlakuan tersebut dicapai saat penerimaan mencapai Rp 7.688.439,4 dengan produksi benih sebanyak 192.211 ekor. Sedangkan pada perlakuan ketinggian air 30 cm dicapai BEP tertinggi yaitu BEP (Rp) sebesar Rp. 7.786.013,2 dan BEP (unit) sebanyak 201.167 ekor, artinya titik impas pada perlakuan ketinggian air 30 cm dicapai saat penerimaan mencapai Rp. 7.786.013,2 dengan produksi benih sebanyak 201.167 ekor. Payback periode (PP) adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui lamanya waktu pengembalian modal (Rahardi et al., 1998). Nilai PP tertinggi terdapat pada perlakuan ketinggian air 15 cm yaitu senilai 2,44 artinya dibutuhkan waktu selama 2,44 tahun untuk mengembalikan biaya investasi dari usaha pendederan ikan lele tersebut. Pada perlakuan ketinggian air 20 cm nilai PP yaitu 1,59 artinya untuk mengembalikan biaya investasi untuk usaha pendederan lele tersebut dibutuhkan waktu selama 1,59 tahun. Pada perlakuan ketinggian air 25 cm nilai PP yaitu 0,92, artinya untuk mengembalikan biaya investasi untuk usaha pendederan lele tersebut dibutuhkan waktu selama 0,92 tahun. Sedangkan PP terendah terdapat pada ketinggian air 30 cm yaitu seniali 0,71, artinya untuk mengembalikan biaya investasi untuk usaha pendederan lele tersebut dibutuhkan waktu selama 0,71 tahun. Berdasarkan hasil perhitungan nilai harga pokok produksi (HPP), diketahui bahwa biaya produksi pada perlakuan ketinggian air 15 cm, 20 cm, dan 25 cm secara berturut-turut adalah Rp. 28,49 per ekor, Rp. 25,78 per ekor dan Rp.

29 23,12 per ekor, sedangkan biaya produksi terendah terdapat pada perlakuan ketinggian air 30 cm, yaitu sebesar Rp. 21,95 per ekor. Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa pada perlakuan ketinggian air 30 cm merupakan perlakuan yang ideal baik secara bioteknis maupun bioekonomi, yang dapat terlihat dari besarnya keuntungan yaitu sebesar Rp. 14.006.228,00 tingginya nilai R/C 1,85, dan waktu pengembalian investasi yang relatif cepat yaitu 0,71 tahun.