LEBAKSIUH SEBAGAI IBU KOTA PROVINSI JAWA BARAT SERTA PEMBENTUKAN WEHRKREISE III SEBAGAI SUSUNAN WILAYAH PERTAHANAN PRIANGAN TIMUR PADA TAHUN 1947-1948 DESKRIPSI ISI Pemerintahan sipil Jawa Barat ikut dalam Wehrkreise III dan menetapkan di Tasikmalaya. Dengan demikian ibu kota provinsi Jawa Barat untuk sementara waktu menjalankan aktivitasnya di kota Tasikmalaya. Untuk mengetahui segala aktivitas gerakan gerilya dari tentara Siliwangi, Sutoko selalu berada dan mendampingi Gubernur, sehingga ia dengan mudah dapat memberikan informasi Kepada Gubernur bahwa Siliwangi masih eksis dan selalu berusaha mengatasi kemungkinan-kemungkinan patrol tentara Belanda yang berusaha menyerang melumpuhkan dan menawan seluruh aparat pemerintahan baik sipil maupun militer. Wehrkreise itu sendiri mempunyai pengertian sebagai daerah pertempuran dalam lingkaran- lingkaran (Kreise) yang dapat mengadakan (Wehr) secara berdiri sendiri. Lingkaran-lingkaran pada hakekatnya adalah kantong-kantong perlawanan gerilya sesuai dengan konsep wilayah yang telah dikembangkan. Pasukan-pasukan yang berhasil menyusun kembali mulai melakukan gerilya dengan dibantu oleh rakyat. Implementasi Wehrkreise pada peristiwa ini diantaranya Kerja sama antara tentara dan masyarakat, maka perhubungan dengan pamong praja dan lain-lain pegawai Negeri sipil dapat dipelihara. Bahkan pada waktu-waktu tertentu dapat diadakan pertemuan antara para residen, Bupati, dan anggota-anggota dari jawatan sipil lainnya, dan dengan anggota-anggota Badan-badan perjuangan. Dengan sendirinya taktik Wehrkreise telah mendidik dan membagikan semangat juang rakyat yangberani dan disiplin dalam menjalankan tugas. Sehingga banyak diantara para pemuda yang bertugas sebagai penghubung atau kurir yang waktu
itu dikenal sebagai Pasukan yang harus berani menerobos ke daerah musuh untuk menghubungi para pemimpin gerilya yang ada di kota, dan untuk hubungan Pemerintah dari daerah pusat ke daerah, ke Bupati-bupati, para residen, juga jawatan-jawatan yang saat itu menyebar di berbagai daerah. Lebaksiuh adalah perkampungan yang berjarak +70 km selatan Kota Tasikmal;aya, kampung ini terletak disatu lembah yang dikelilingi oleh hutan belantara, yang masih dihuni oleh beberapa binatang buas, di tempat itulah sewaka mambuat kantor gubernur darurat dan menjalankan Pemerintahan, yang dijalankan atas Beleid (membatalkan perintah) sendiri hal ini terjadi karena hubungan dengan Jogjakarta (ibu kota Indonesia pada waktu itu ) telah terputus. Kampung Lebaksiuh sebagai pusat pemerintahan provinsi Jawa Barat berlangsung dari Agustus 1947 sampai dengan Februari 1948 ini terletak di Desa Cipicung Kecamatan Bantarkalong, Karangnunggal. Pada waktu itu Lebaksiuh dikenal sebagai Kepunduhan Lebaksiuh yang dipimpin oleh seorang punduh yang bernama Abdul Samad. Dengan demikian Gubernur Sewaka akhirnya menetap serta menjalankan pemerintahan Provinsi Jawa Barat di pengasingan yaitu Lebaksiuh. Perjalanan pemindahan GubernurSewaka dari Karangnunggal menuju Lebaksiuh mengambil rutemulai dari Pamijahan menuju Panyalahan diteruskan ke kampung Cilumbu dan tiba di kampung Lebaksiuh. Perjalanan perpindahan gubernur ini terjadi bukan sesuatu diluar rencana. Namun pada saat itu kepala desa Cipicung, Raden Djarkasih telah memperoleh berita dari seorang kurir bahwa rombongan Gubernur Sewaka akan menetap di Lebaksiuh. Para pemuda dipercaya terlibat dan diberi tugas untuk menjemput rombongan gubernur sekaligus sebagai Petunjuk Jalan, diantaranya Ahim, Hadri dan Nuhro, mereka menempuh perjalanan dengan medan yang berat dengan menerobos hutan belantara, menempuh gunung dan bukit terjal. Rombongan sekretaris gubernur, Enoeh dan nyonya Loho, kapten Sulaeman, ajudan gubernur, supir gubernur sera istri dan anaknya, residen Bogor yaitu Barnas dan putrinya Juang Ita, Residen
Priangan yaitu Ardiwinangun, selain itu rombiongan gubernur juga didampingi oleh beberapa orang reporter dari kantor berita Antara. Mereka adalah A.Z.Palindih. Moch.Royani dan Moch Saman
LEBAKSIUH SEBAGAI IBU KOTA PROVINSI JAWA BARAT SERTA PEMBENTUKAN WEHRKREISE III SEBAGAI SUSUNAN WILAYAH PERTAHANAN PRIANGAN TIMUR PADA TAHUN 1947-1948 Oleh : Alex Anis Ahmad, Drs. M.Pd NIK. 411287065 Program Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya 2015
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang Penelitian 1 2. Rumusan Masalah... 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN.... 3 1. Objek Penelitian... 3 2. Metode Penelitian 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 4 1. Hasil Kolaborasi antara Sekutu dengan Belanda.. 4 2. Dari Komandemen I Jawa Barat ke Divisi Siliwangi 5 3. Beberapa Insiden yang terjadi di Kota Bandung 7 4. Dari Majelis Persatuan Pertahanan Priangan (MPPP) ke Wehrkreise.. 10 5. Ibu Kota Provinsi Jawa Barat di Tasikmalayadan Beberapa Insiden Militer Belanda.. 11 PEMBAHASAN. 14 1. Lebaksiuh Sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat 14 2. Gambaran Umum Kampung Lebaksiuh 14 3. Sosial Ekonomi Kampung Lebaksiuh.. 17 4. Kondisi Geografi.. 19 KESIMPULAN.. 20