BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan adalah keinginan manusia untuk memiliki dan menikmati kegunaan barang atau jasa yang dapat memberikan kepuasan bagi jasmani dan rohani demi kelangsungan hidup. Manusia dalam hidupnya memerlukan banyak kebutuhan, baik kebutuhan primer seperti pangan, sandang dan papan, ataupun kebutuhan sekunder yang dapat mendukung aktifitas seharihari, seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari bermacam-macam kebutuhannya tersebut. Di zaman yang modern ini, alat transportasi juga merupakan salah satu kebutuhan manusia, salah satunya adalah sepeda motor. Sepeda Motor merupakan salah satu alat transportasi yang sangat vital, karena dengan memiliki dan menggunakan sepeda motor dapat mendukung kebutuhan aktifitas manusia. Selain itu sepeda motor lebih mudah dan praktis disbanding dengan alat transportasi lainnya untuk mendukung segala aktifitas manusia. Oleh karena itu kebutuhan akan sepeda motor sebagai alat transportasi sangatlah tinggi. Selain praktis, ekonomis dan mudah dalam pengoperasian berkendaraan, sepeda motor juga tepat untuk segala kondisi jalan menjadikan sepeda motor sebagai sarana transportasi yang penting bagi konsumennya. Hal ini memacu para produsen kendaraan untuk menciptakan inovasi baik 1 https:/winarno999wins.wordpress.com/ /resume-pelajaran-ekonomi-sma-kelas-x/-. (diakses pada tahun 2017)
dari segi mutu, model dan teknologi produknya untuk mendapat simpati dari konsumen. Sedangkan dari segi pemasaran, produsen berusaha melakukan kegiatan pemasaran yang efektif antara lain dengan melakukan promosi untuk menawarkan dan mempromosikan produk baru yang dikeluarkan yaitu dengan berbagai macam periklanan baik melalui media cetak maupun elektronik. Dengan harapan volume penjualan dapat meningkat, kepuasaan konsumen akan terpenuhi, dan laba perusahaan akan meningkat. Upaya untuk meningkatkan volume penjualan tersebut dilakukan melalui studi atau penelitian dengan maksud mencari sejumlah informasi tentang faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli dan meningkatkan permintaan terhadap sebuah produk. Sistem jual beli beraneka ragam, hingga jual beli di bidang transportasi yang semakin pesat, memberikan dampak terhadap perdagangan otomotif, dibuktikan dengan munculnya berbagai jenis sepeda motor baru dari berbagai merek. Model dan tipe sepeda motor baru dengan banyak fasilitas dan kemudahan, sehingga banyak diminati oleh pembeli, tidak jarang untuk membeli model dan tipe baru dari suatu merek, pembeli harus memesan lebih dahulu (indent). Jual beli menurut Pasal 1457 KUH Perdata, suatu persetujuan, dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan sesuatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Perjanjian jual beli merupakan suatu ikatan bertimbal balik dimana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan
pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas jumlah sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut. 2 Objek perjanjian jual beli cukup barang-barang tertentu, setidaknya dapat ditentukan wujud dan jumlahnya pada saat ia akan diserahkan hak miliknya kepada si pembeli, sehingga menjadi sah dalam perjanjian jual beli. Unsur-unsur pokok perjanjian jual beli adalah barang dan harga. Sesuai dengan asas konsensualisme yang menjiwai hukum perjanjian hukum perdata, perjanjian jual beli itu sudah dilahirkan pada detik tercapainya kata sepakat mengenai barang dan harga, maka lahirlah perjanjian jual beli yang sah. 3 Hukum perjanjian dari hukum perdata menganut asas konsensualisme. Artinya, untuk melahirkan perjanjian cukup dengan sepakat saja dan bahwa perjanjian itu (dengan demikian perikatan yang ditimbulkan karenanya) sudah dilahirkan pada saat atau detik tercapainya konsensus sebagaimana dimaksudkan di atas. Pada detik tersebut perjanjian sudah jadi dan mengikat, bukannya pada detik-detik lain yang terkemudian atau sebelumnya. Pasal 1320 KUH Perdata menyatakan untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu : (1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, (2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian, (3) Suatu hal tertentu, dan (4) Kausa/sebab yang halal 4. Dua syarat yang pertama merupakan syarat yang menyangkut subjeknya (syarat subjektif) sedangkan 2 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hlm.12. 3 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm.29. 4 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cet 28, (Jakarta:Pradnya Paramita,1996), hlm.339.
dua syarat terakhir adalah mengenal objeknya (syarat objektif). Suatu perjanjian yang mengandung cacat pada subjeknya tidak selalu menjadikan perjanjian tersebut menjadi batal dengan sendirinya, tetapi seringkali hanya memberikan kemungkinan untuk dibatalkan, sedangkan perjanjian yang cacat dalam segi objeknya adalah batal demi hukum. Dalam jual beli ada dua subjek, yaitu penjual dan pembeli, yang masing-masing mempunyai berbagai kewajiban dan berbagai hak. Maka masing-masing dalam beberapa hal tersebut merupakan pihak yang berkewajiban dan dalam hal lain merupakan pihak yang berhak. Ini berhubungan dengan sifat timbal balik dari perjanjian jual beli. Subjek yang berupa manusia, harus memenuhi syarat umum untuk dapat melakukan suatu perbuatan hukum secara sah, yaitu harus sudah dewasa, sehat pikirannya dan secara hukum tidak dilarang atau diperbatasi dalam hal melakukan. Perbuatan hukum yang sah. Untuk orang yang belum dewasa, harus didampingi orangtua atau walinya, untuk orang-orang yang tidak sehat pikirannya, harus bertindak seorang pengawas atau kuratornya. Apabila subjek dari jual beli adalah si penjual dan pembeli, yaitu unsur-unsur yang bertindak, maka objek dari jual beli adalah barang yang oleh mereka dijual atau dibeli. Untuk menentukan apa yang menjadi objek jual beli adalah barang atau hak yang dimiliki. Ini berarti, bahwa yang dapat dijual atau dibeli itu tidak hanya barang yang dimiliki, melainkan suatu hak atas barang yang bukan hak milik. Syarat dari objek jual beli adalah layak, apabila pada waktu jual beli terjadi. Apabila barang sudah musnah sama
sekali, maka perjanjian batal, sedangkan apabila barangnya hanya sebagian saja musnah, maka si pembeli dapat memilih anatara pembatalan jual beli atau penerimaan bagian barang yang masih ada dengan pembayaran sebagian dari harga yang sudah diperjanjikan. 5 Berdasarkan undang-undang Hukum Perdata, ada beberapa macam perjanjian jual beli, diantaranya adalah : (1) jual beli dengan percobaan, ditentukan bahwa barang yang dibeli harus dicoba dulu oleh si pembeli, (2) jual beli dengan contoh (koop op monster), waktu jual beli terjadi, belum lihat barang tertentu yang akan dibeli, melainkan ditunjukkan saja kepadanya suatu contoh dari yang akan dibeli, (3) jual beli secara kredit, unsur dari jual beli yang dibuktikan dengan adanya persetujuan jual beli barang. Penjualan suatu piutang meliputi segala sesuatu yang melekat pada piutang tersebut. Pihak yang berhutang telah mengikatkan dirinya untuk jumlah harga pembelian yang telah diterima untuk piutangnya dan cara pembayarannya, (4) jual beli dengan memesan lebih dahulu (indent), jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, setelah terjadi antara pembeli dan penjual mencapai sepakat tentang benda tersebut dan harganya, meskipun benda itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar. Jual beli secara indent, suatu sistem perintah (order) pembelian oleh seorang penjual kepada seorang pembeli dengan harga yang ditetapkan sebelumnya untuk spesifikasi yang dimaksud dan biasanya dilaksanakan hlm.163. 5 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Cet. 20, (Jakarta: PT.Intermasa,1985),
dalam jangka waktu tertentu. 6 Jual beli dengan cara indent bahwa sistem pembayaran dimuka atau panjer termasuk dalam perjanjian. Sistem pembayaran ini merupakan pelaksanaan perjanjian dalam arti yang sebenarnya, yaitu bahwa dengan pembayaran ini tercapailah tujuan perjanjian kedua belah pihak pada waktu membentuk persetujuan. Sedangkan untuk jual beli indent dapat dilakukan secara kredit maupun cash (kontan). Jual beli secara indent biasanya dilakukan untuk mendapatkan sepeda motor dengan model dan tipe baru yang belum banyak dijual. Dapat dilakukan dengan memesan terlebih dahulu atau indent. Adapun sistem perjanjian dan pembayarannya tergantung dari masing-masing toko sepeda motor dengan pembelinya. Umumnya pembeli memesan model dan tipe atau merek sepeda motor tertentu dengan membayar uang muka atau panjar, kemudian disepakati cara pembayarannya dan sanksi-sanksi yang diberlakukan dalam suatu akta perjanjian jual beli sepeda motor. Indent-cash adalah jual beli dengan sistem pembayaran muka atau panjer juga termasuk dalam perjanjian, pembayaran ini merupakan pelaksanaan perjanjian dalam arti yang sebenarnya, yaitu bahwa dengan pembayaran ini tercapailah perjanjian kedua belah pihak pada waktu membentuk persetujuan. Sedangkan untuk indent-kredit adalah jual beli dengan pembayaran secara angsuran. Pembeli tinggal menandatangani perjanjian yang disodorkan penjual dan membayar uang muka, angsuran 6 http://justitiaomnibous.blogspot.com/2008/08/aspek-yuridis-perjanjian-jualbeli.html, diakses pada april 2017.
bulanan dan biaya-biaya lain yang telah disepakati serta sanksi-sanksi yang diberlakukan terhadap pembeli secara kredit. 7 PT. Indako Trading Coy, Medan adalah dealer yang menjalankan kegiatan usaha jual beli sepeda motor. Dalam menjalankan kegiatan usaha jual-beli sepeda motor tersebut, PT. Indako Trading Coy, Medan pernah mengalami kejadian indentor yang mengalami ketidaksesuain pada sepeda motor yang diterima, dimana ketika sepeda motor yang telah diterima oleh indentor tersebut mengalami gangguan pada komponen mesin, tepatnya pada hari ketujuh penggunaan, mesin sepeda motor mengalami gangguan yang mengakibatkan mengeluarkan suara tak enak didengar. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1474 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa penjual memiliki kewajiban utama, yaitu untuk menyerahkan barangnya dan menanggungnya, berkaitan dengan hal tersebut, penjual tidak hanya memiliki kewajiban untuk menyerahkan sepeda motor yang sesuai dengan pesanan indentor, tetapi juga menanggung segala risiko yang ditimbulkan dari penyerahan sepeda motor tersebut. Jual beli dengan cara indent tidak berakhir seketika setelah dilakukan penyerahan, tetapi masih tetap berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Berkaitan dengan terjadinya ketidaksesuaian pada sepeda motor yang diterima oleh indentor tersebut, sebagai pihak penjual PT. Indako Trading Coy, Medan melakukan bentuk-bentuk pertanggungjawaban tersendiri kepada indentor. pada april 2017) 7 https://accounting-media.blogspot.co.id/penegrtian-pembayaran-tunai-dan.html (diakses
Dengan latar belakang di atas, maka penulis memilih judul skripsi : Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap Indentor Dalam Perjanjian Jual-Beli Sepeda Motor Secara Indent. B. Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian jual beli sepeda motor secara indent pada PT. Indako Trading Coy, Medan? 2. Bagaimanakah upaya indentor agar perusahaan memenuhi hak indentor? 3. Bagaimanakah tanggungjawab PT. Indako Trading Coy dalam hal sepeda motor yang diterima indentor tidak sesuai yang dipesan dan diterima melewati waktu yang diperjanjikan? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian jual beli sepeda motor secara indent pada PT. Indako Trading Coy, Medan. 2. Untuk mengetahui upaya indentor agar perusahaan memenuhi hak indentor. 3. Untuk mengetahui tanggungjawab PT. Indako Trading Coy dalam hal sepeda motor yang diterima indentor tidak sesuai yang dipesan dan diterima melewati waktu yang diperjanjikan.
D. Manfaat Penulisan Adapun yang menjadi manfaat penulisan skripsi ini, adalah sebagai berikut : 1. Manfaat secara teoritis Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan pemikiran di bidang ilmu pengetahuan hukum, khususnya pengetahuan ilmu hukum perdata di bidang jual beli mobil secara indent di PT. Indako Trading Coy, Medan. Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi referensi bagi penulisan berikutnya. 2. Manfaat secara Praktis : Hasil pembahasan dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang diteliti. Selain itu, penulisan ini diharapkan dapat mengungkapkan teori-teori baru serta pengembangan teoriteori yang sudah ada. Secara praktis juga diharapkan agar penulisan skripsi ini dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat dan para pihak yang berperan serta secara langsung dalam perjanjian jual-beli sepeda motor secara indent. Dengan kata lain, diharapkan para pihak dapat lebih memperhatikan kedudukan masing-masing pihak agar seimbang dalam penyusunan dan pelaksanaan perjanjian jual-beli sepeda motor secara indent tersebut sehingga mengurangi resiko timbulnya suatu permasalahan di kemudian hari.
E. Metode Penelitian Bambang Sunggono menyatakan bahwa dalam penulisan sebuah karya ilmiah ada 2 (dua) jenis metode penelitian, yaitu penelitian yuridis normatif, disebut juga dengan penelitian hukum doktrinal karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya kepada peraturan-peraturan yang tertulis dan bahan hukum yang lain. Penelitian hukum ini juga disebut sebagai penelitian kepustakaan ataupun studi dokumen, disebabkan karena penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan. Penelitian kepustakaan demikian dikatakan sebagai lawan dari penelitian empiris (penelitian lapangan) 8. Penelitian yuridis empiris disebut juga dengan penelitian hukum non doktrinal karena penelitian ini berupa studi-studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum di dalam masyarakat atau yang disebut juga sebagai socio legal research 9. 1. Spesifikasi Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dalam menyusun skripsi ini, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif yaitu metode atau cara meneliti bahan pustaka yang ada. Tahapan pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum objektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua 8 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 81. 9 Ibid, hlm. 43.
penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum subjektif (hak dan kewajiban). Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yakni suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomenafenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum normatif ini menggunakan metode pendekatan normatif yang bertujuan untuk mengerti dan memahami gejala sedang diteliti. 2. Data Penelitian Dalam penelitian hukum normatif, data yang dipergunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research), yang bertujuan untuk mendapatkan konsep-konsep, teori-teori dan informasi-informasi serta pemikiran konseptual, baik berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya 10. Data sekunder yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari : a. Data primer yaitu berupa keterangan-keterangan yang berasal dari pihak-pihak atau instansi-instansi yang terkait dengan objek yang 10 Jhonny Ibrahim, Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya: Bayumedia, 2006), hlm.192.
diteliti secara langsung yang dimaksudkan untuk lebih memahami maksud, tujuan dan arti dari data sekunder yang ada. b. Data sekunder yaitu semua dokumen yang merupakan bacaan relevan seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, koran karya tulis ilmiah dan beberapa sumber dari situs atau website yang berkaitan dengan materi yang diteliti. 3. Teknik Pengumpul Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library research) dan juga dengan melakukan wawancara langsung dengan informan (field research). Studi kepustakaan (library research) adalah serangkaian usaha untuk memperoleh data dengan jalan membaca, menelaah, mengklarifikasi, mengindentifikasi, dan dilakukan pemahaman terhadap bahan-bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan serta bukubuku literature yang ada relevansinya dengan permasalahan penelitian. Wawancara dengan informan (field research) dalam hal ini kepada pelaku usaha (penjual), yaitu suatu sarana atau alat pengumpulan data di dalam mengandalkan diri pada pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bahan yang dikaji. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi,
teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yang dibahas dalam skripsi ini 11. 4. Analisis Data Pengolahan, analisis dan konstruksi data penelitian hukum normatif dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaidah hukum dan kemudian konstruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal ke dalam kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dari sistem hukum tersebut 12. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan analisis data kualitatif, yaitu: a. Mengumpulkan bahan hukum, berupa inventarisasi peraturan perundangundangan yang terkait dengan permasalahan. b. Memilah-milah bahan hukum yang sudah dikumpulkan dan selanjutnya melakukan sistematisasi bahan hukum sesuai dengan permasalahan. c. Menganalisis bahan hukum dengan membaca dan menafsirkannya untuk menemukan kaidah, asas dan konsep yang terkandung di dalam bahan hukum tersebut. d. Menemukan hubungan konsep, asas, dan kaidah tersebut dengan menggunakan teori sebagai pisau analisis. Penarikan kesimpulan untuk menjawab permasalahan dilakukan dengan menggunakan logika berfikir deduktif. Metode deduktif dilakukan 11 Edy Ikhsan, Mahmul Siregar, Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar, (Medan: Fakultas Hukum ), 2009, hlm. 24. 12 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 225.
dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan hubungan-hubungan konsep, asas dan kaidah yang terkait sehingga memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penulisan yang dirumuskan 13. F. Keaslian Penulisan Penulisan skripsi ini berjudul Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap Indentor Dalam Perjanjian Jual-Beli Sepeda Motor Secara Indent. Di dalam penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahanbahan yang berkaitan dengan perjanjian jual beli secara indent, baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan maupun media cetak maupun media elektronik dan disamping itu juga diadakan penelitian. Sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Fakultas Hukum. Bila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini saya buat, maka hal itu menjadi tanggung jawab saya sendiri. 13 Lexi Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rosda Karya, 2008), hlm. 48
G. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan tersebut secara keseluruhan dapat diuraikan, yaitu : BAB I : Pendahuluan, yang menjadi sub bab terdiri dari, yaitu Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan, Sistematika Penulisan. BAB II : Perjanjian Jual Beli meliputi : Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Jual Beli, Saat Terjadinya Perjanjian Jual Beli, Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Jual Beli, Resiko dalam Perjanjian Jual Beli, Penyerahan Objek dalam Perjanjian Jual Beli. BAB III : Tinjauan Tentang Indent meliputi : Pengertian Indent, Objek Indent, Sistem Indent, Berakhirnya Sistem Indent. BAB IV : Tanggung Jawab Dealer Sebagai Pelaku Usaha Terhadap Indentor Dalam Perjanjian Jual-Beli Sepeda Motor Secara Indent meliputi : Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Sepeda Motor Secara Indent Pada PT. Indako Trading Coy, Medan, Upaya Indentor Agar Perusahaan Memenuhi Hak Indentor, Tanggung Jawab PT. Indako Trading Coy Dalam Hal Sepeda Motor Yang Diterima Indentor Tidak Sesuai Yang Dipesan dan Diterima Melewati Waktu Yang Diperjanjikan. BAB V : Kesimpulan dan Saran