BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2010 diketahui bahwa sekitar 30% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit kardiovaskular dan kasus kematian yang paling sering terjadi adalah akibat aterosklerosis (RISKESDAS, 2007). Franz (2008) mengemukakan bahwa aterosklerosis sebagai salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular, dipengaruhi oleh dislipidemia yang bersifat berkelanjutan. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh peningkatan kadar kolesterol total, LDL, trigliserida, disertai atau tanpa adanya penurunan kolesterol-hdl (Goldman, 2007). Peningkatan kadar trigliserida diketahui sebagai salah satu faktor risiko independen penyakit jantung koroner dan paling sering dijumpai pada penderita sindrom metabolik, yang menjadi target sekunder penatalaksanaan gangguan profil lipid (RISKESDAS, 2013). Berdasarkan NCEP (National Cholesterol Education Program) Guidelines tahun 2001, seseorang dikatakan memiliki kondisi hipertrigliseridemia apabila memiliki kadar trigliserida >150 mg/dl. Namun, pada tahun 2011 American Heart Association (AHA) telah menetapkan standar baru terhadap nilai optimal kadar trigliserida menjadi < 100mg/dL. Obat-obatan penurun kadar trigliserida memiliki berbagai efek samping, seperti flushing, hiperglikemia, hiperurisemia, hepatotoksik, dan miopati (U.S. 1
Departement of Health and Human Services, 2001). Oleh karena itu, pemanfaatan pangan fungsional berbasis lokal sebagai alternatif upaya kuratif perlu dikembangkan sebagai terapi pendukung terhadap terapi farmakologis. Menurut Sharper (1987) diet merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap perubahan profil lipid darah dan Pambudi (2006) mengemukakan beberapa studi menunjukkan bahwa teh memiliki khasiat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dengan menurunkan kadar kolesterol dan tekanan darah. Mekanisme teh terhadap pencegahan penyakit kardiovaskular terdapat pada kemampuannya menghambat penyerapan kolesterol dan menghambat penggumpalan sel - sel platelet sehingga mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Teh merupakan salah satu minuman yang paling populer di dunia, dan posisinya berada pada urutan kedua setelah air. Kepopuleran teh dikarenakan rasa dan aroma teh yang atraktif. Berdasarkan proses pengolahannya, teh diklasifikasikan ke dalam tiga jenis yaitu teh hijau (teh tanpa fermentasi), teh oolong (teh semi fermentasi), dan teh hitam (teh fermentasi) (Rohdiana et al., 2005). Daun teh mengandung 30-40% polifenol yang sebagian besar dikenal sebagai katekin. Katekin adalah antioksidan yang kuat, bahkan lebih kuat daripada vitamin E, C dan betakaroten. Di dalam teh terdapat beberapa jenis katekin yaitu epigallokatekin-gallate (EGCG), epigallokatekin, epikatekin-gallate, gallokatekin dan katekin (Khomsan, 2003). EGCG dilaporkan sebagai katekin paling dominan pada teh hijau, dan merupakan komponen bioaktif yang paling dominan (Onakpoya et al., 2013) 2
Berbagai penelitian melaporkan bahwa polipenol teh mengandung bahan bioaktif seperti EGCG yang dapat menekan patogenesis beberapa penyakit kronis khususnya penyakit kardiovaskuler (Velayutham et al., 2008 dalam Cabrera et al., 2006). Raederrstorff et al. (2003) melaporkan EGCG yang terkandung dalam teh hijau dapat mengurangi kadar kolesterol plasma dan tingkat penyerapan kolesterol pada tikus Wistar yang diberi diet tinggi kolesterol dan lemak. Studi ini menunjukkan bahwa salah satu mekanisme yang mendasari cara kerja EGCG dalam mempengaruhi metabolisme lipid adalah dengan mengganggu solubilisasi misel kolesterol dalam saluran pencernaan, yang pada akhirnya menurunkan penyerapan kolesterol. Pada manusia konsumsi harian 75 mg teaflavin, 150 mg katekin teh hijau dan 150 mg polipenol teh lainnya secara bersama-sama, menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan meningkatkan kadar HDL secara signifikan (Maron et al., 2003). Pada hewan coba, terbukti bahwa pemberian teh hijau menghambat secara kuat absorbsi kolesterol (Löest et al., 2002) dan lemak lain (Wang et al., 2006) serta dapat mencegah perkembangan aterosklerosis (Miura et al., 2001), dan menurunkan kondisi hiperkolesterolemia (Bose et al., 2008). Yokozawa et al., (2012), juga melaporkan bahwa polipenol teh hijau dapat meningkatkan HDL kolesterol pada tikus. Penelitian Dirghantara (1994), menunjukkan bahwa pemberian sari seduhan teh hijau kepada tikus putih yang diberi pakan tinggi lemak dan tinggi sukrosa, menurunkan kadar trigliserida, kolesterol total, kolesterol-ldl, dan berat badan secara bermakna dibandingkan dengan tikus kontrol (p<0,05). Pada tikus yang diinduksi hiperlipidemia dan diberi diet tinggi sukrosa, intervensi (-)- gallocatechin gallate (GCG) pada teh menunjukkan aktivitas yang kuat dalam 3
mengurangi kadar kolesterol plasma dan trigliserida. Selain itu, kadar kolesterol dan trigliserida hepar yang meningkat akibat diet tinggi sukrosa secara drastis menurun setelah pemberian katekin (GCG) dalam teh. GCG berkontribusi dalam regulasi kolesterol dengan meningkatkan kadar protein reseptor LDL (Lee et al., 2008) Selain teh hijau, beberapa rempah-rempah juga bermanfaat dalam perbaikan profil lipid dalam darah. Oleh karena itu dimungkinkan adanya formulasi minuman teh hijau dengan penambahan rempah-rempah sebagai minuman yang bermanfaat sebagai penurun kolesterol (Nurani et al., 2012) Sementara itu, salah satu rempah-rempah yang dapat dimanfaatkan terkait penurunan kadar lipid dalam darah adalah kayu manis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sriwahjuni et al., (2012) kayu manis diidentifikasi dapat memberikan dampak pada kadar trigliserida. Penelitian yang dilakukan Darniwa et al., (2014) terhadap tikus hiperlipidemia yang diberikan ekstrak kayu manis juga menunjukkan hasil positif pada kadar profil lipid yaitu penurunan trigliserida, kolesterol total, LDL dan peningkatan HDL. Al Jamal et al (2010) juga telah melakukan penelitian menggunakan ekstrak kayu manis dengan dosis 160mg/kgbb, dan hasilnya menunjukkan terdapat penurunan trigliserida pada tikus diabetes secara signifikan setelah 28 hari. Saima et al (2011) memberikan ekstrak kayu manis dengan dosis 200mg/kgbb terhadap tikus diabetes selama enam minggu dan ditemukan penurunan trigliserida yang sudah bermakna pada minggu kedua pemberian ekstrak kayu manis. Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen utama kayu manis. Namun, memiliki harga jual komoditas yang sangat rendah karena hanya diekspor dalam 4
bentuk bahan baku. Di masa depan sebaiknya harus diubah dengan terus berupaya melakukan diversifikasi produk dalam upaya meningkatkan nilai tambah. Dengan mengolah kayu manis sebelum diekspor, maka dipastikan akan diperoleh nilai tambah yang lebih besar dan mampu menaikkan harga di tingkat petani (Sulaswaty, 2002). Oleh karena itu penelitian ini bermaksud melihat efek kombinasi antara teh hijau dan kayu manis yang diekstrak terhadap perbaikan kadar trigliserida serum tikus Sprague Dawley yang diinduksi kolesterol murni. Belum banyaknya penelitian terkait menjadi salah satu alasan peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai manfaat kedua jenis bahan tersebut. B. Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh pemberian kombinasi ekstrak teh hijau (Camelia sinensis) dan ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) terhadap kadar trigliserida serum tikus Sprague Dawley yang diinduksi kolesterol murni? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi ekstrak teh hijau (Camelia sinensis) dan ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) terhadap kadar trigliserida serum tikus Sprague Dawley yang diinduksi kolesterol murni. 5
D. Keaslian Penelitian No Peneliti (th) Judul Persamaan Perbedaan 1. Dirghantara (1994) 2. Sriwahjuni et al., (2012) 3. Darniwa et al., (2014) 4. Yan et al., (2001) Efek sari seduhan teh hijau (Camellia sinensis L.) terhadap kadar trigliserida dan kolesterol total tikus putih yang diberi diet kuning telur dan sukrosa Pengaruh Pemberian Bubuk Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) terhadap Kadar Trigliserida pada Tikus Rattus norvegicus strain wistar jantan model Diabetes Meliitus tipe 2 Potensi Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) terhadap Perbaikan Profil Lipid Tikus yang Diinduksi Hiperlipidemia Effect of A Complex Tea on Reducing Blood Lipids In Rabbits 5. Dewi (2008) Pengaruh ekstrak teh hijau (Camellia sinensis Variabel bebas yang diuji yaitu trigliserida Variabel bebas yang diuji yaitu trigliserida. Variabel bebas yang diuji yaitu trigliserida, perlakuan induksi kolesterol murni dan varietas kayu manis yang dipilih. Outcome yang diteliti yaitu trigliserida dan tipe diberikan yaitu kombinasi beberapa tanaman. Outcome yang diteliti yaitu Komponen diberikan dan subjek penelitian. Komponen diberikan, subjek dan induksi yang dilakukan. kelompok perlakuan dan komponen diberikan. kelompok perlakuan dan komponen diberikan. 6
var. Assamica) pada trigliserida dan jenis kelompok Penurunan Kadar teh yang digunakan perlakuan, dan Trigliserida, Kolesterol komponen Total dan Berat Badan Tikus Jantan Galur diberikan Wistar 6. Lukman Efek Ekstrak Kayu Outcome yang (2011) Manis (cinnamomum diteliti yaitu burmanii) terhadap trigliserida dan induksi yang Kadar Trigliserida dan varietas kayu manis dilakukan dan Low Density Lipoprotein yang digunakan satuan dosis Kolesterol Tikus Model Diabetes Mellitus Tipe 1 diberikan yang Diinduksi Aloksan E. Manfaat 1. Manfaat Teoritis a. Membantu mengembangkan pola pikir dan menambah wawasan serta pengalaman peneliti di bidang penulisan karya ilmiah b. Mengetahui pengaruh kombinasi ekstrak teh hijau (Camelia sinensis) dan ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) terhadap kadar trigliserida serum tikus Sprague Dawley yang diinduksi kolesterol murni 2. Manfaat Praktis a. Menambah wawasan masyarakat mengenai manfaat teh hijau dan kayu manis sebagai alternatif baru terapi hipertrigliseridemia b. Dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti, mahasiswa, dan masyarakat mengenai manfaat teh hijau dan kayu manis 7