Aplikasi Metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio Pada Perhitungan Frekuensi Natural dan Amplitudo HVSR

dokumen-dokumen yang mirip
PEMETAAN TINGKAT RESIKO GEMPABUMI BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DI KOTAMADYA DENPASAR, BALI

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi

BAB III METODE PENELITIAN. Konsep dasar fenomena amplifikasi gelombang seismik oleh adanya

Analisis Indeks Kerentanan Tanah di Wilayah Kota Padang (Studi Kasus Kecamatan Padang Barat dan Kuranji)

IV. METODE PENELITIAN. Metode HVSR (Horizontal to Vertical Spectral Ratio) merupakan metode yang

STUDI AWAL RESPON DINAMIS BERDASARKAN PENGUKURAN MIKROTREMOR DI BENDUNGAN KARANGKATES MALANG

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi,

ANALISIS MIKROTREMOR UNTUK MIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK DI KAWASAN JALUR SESAR SUNGAI OYO YOGYAKARTA

RASIO MODEL Vs30 BERDASARKAN DATA MIKROTREMOR DAN USGS DI KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : ( Print) C-383

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan

Aplikasi Metode HVSR pada Perhitungan Faktor Amplifikasi Tanah di Kota Semarang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode mikrozonasi dengan melakukan polarisasi rasio H/V pertama kali

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), ( X Print)

Unnes Physics Journal

), DAN TIME FREQUENCY ANALYSIS

ANALISIS NILAI PEAK GROUND ACCELERATION DAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN DATA MIKROSEISMIK PADA DAERAH RAWAN GEMPABUMI DI KOTA BENGKULU

Identifikasi Patahan Lokal Menggunakan Metode Mikrotremor

Unnes Physics Journal

Zonasi Rawan Bencana Gempa Bumi Kota Malang Berdasarkan Analisis Horizontal Vertical to Spectral Ratio (HVSR)

Jurnal Gradien Vol. 11 No. 2 Juli 2015:

TUGAS AKHIR (SG ) ANALISA STABILITAS LERENG BERDASARKAN MIKROZONASI DI KECAMATAN BUMI AJI,BATU- MALANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

OUTLINE PENELITIAN PENDAHULUAN. Tinjauan Pustaka METODOLOGI PEMBAHASAN KESIMPULAN PENUTUP

!"#$%&!'()'*+$()$(&,(#%-".#,/($0&#$,(#&1!2,#3&

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK SEISMIK KAWASAN KULONPROGO BAGIAN UTARA (THE SEISMIC CHARACTERISTICS OF NORTHERN PART OF KULONPROGO)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Identifikasi Patahan Lokal Menggunakan Metode Mikrotremor

153 Jurnal Neutrino Vol. 3, No. 2, April 2011

MIKROZONASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK BERDASARKAN ANALISIS MIKROTREMOR DI KECAMATAN JETIS, KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Analisis Mikrotremor Kawasan Palu Barat Berdasarkan Metode Horizontal To Vertical Spectral Ratio (HVSR) ABSTRAK

Analisis Percepatan Getaran Tanah Maksimum dan Tingkat Kerentanan Seismik Daerah Ratu Agung Kota Bengkulu

ANALISIS GSS (GROUND SHEAR STRAIN) DENGAN METODE HVSR MENGGUNAKAN DATA MIKROSEISMIK PADA JALUR SESAROPAK

Karakteristik mikrotremor dan analisis seismisitas pada jalur sesar Opak, kabupaten Bantul, Yogyakarta

EVALUASI KERENTANAN GEDUNG REKTORAT STTNAS TERHADAP GEMPA BUMI BERDASARKAN ANALISIS MIKROTREMOR

Penentuan Pergeseran Tanah Kota Palu Menggunakan Data Mikrotremor. Determination Of Ground Shear Strain In Palu City Using Mikrotremor Data

PEMETAAN KETEBALAN LAPISAN SEDIMEN WILAYAH KLATEN DENGAN ANALISIS DATA MIKROTREMOR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan hal sebagai

Penentuan Tingkat Kerawanan Gempa Bumi Menggunakan Metode Refraksi Mikrotremor (ReMi) di Kota Surakarta

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Bulan April 2015 hingga Mei 2015 dan bertempat di

PROCEEDINGS PIT HAGI th HAGI Annual Convention & Exhibition Palembang, September 2012

Spatial Analysis of Surface Aquifer Thickness Based Frequency predominant in Bantul District

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENENTUAN ZONA RAWAN GUNCANGAN BENCANA GEMPA BUMI BERDASARKAN PENGUKURAN MIKROTREMOR DI KABUPATEN PONOROGO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Indonesia (Bock, dkk., 2003)

PEMETAAN INDEKS KERENTANAN SEISMIK KOTA PADANG SUMATERA BARAT DAN KORELASINYA DENGAN TITIK KERUSAKAN GEMPABUMI 30 SEPTEMBER 2009

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN PROFIL KETEBALAN SEDIMEN LINTASAN KOTA MAKASSAR DENGAN MIKROTREMOR

KARAKTERISTIK MIKROTREMOR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRUM, ANALISIS TFA (TIME FREQUENCY ANALYSIS) DAN ANALISIS SEISMISITAS PADA KAWASAN JALUR SESAR OPAK

RESEARCH ARTICLE. Randi Adzin Murdiantoro 1*, Sismanto 1 dan Marjiyono 2

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELAYANAN INFORMASI SEISMOLOGI TEKNIK BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Penaksiran Resonansi Tanah dan Bangunan Menggunakan Analisis Mikrotremor Wilayah Surabaya Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

IDENTIFIKASI PERCEPATAN TANAH MAKSIMUM (PGA) DAN ERENTANAN TANAH MENGGUNAKAN METODE MIKROTREMOR I JALUR SESAR KENDENG

Analisis Mikrotremor untuk Evaluasi Kekuatan Bangunan Studi Kasus Gedung Perpustakaan ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

INDEK KERENTANAN DAN AMPLIFIKASI TANAH AKIBAT GEMPA DI WILAYAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

ANALISIS LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN GROUND PROFILES

Profiling Kecepatan Gelombang Geser (V s ) Surabaya Berdasarkan Pengolahan Data Mikrotremor

PEMETAAN PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM DAN INTENSITAS GEMPABUMI KECAMATAN ARJOSARI PACITAN JAWA TIMUR

Inversi Mikrotremor Spektrum H/V untuk Profilling Kecepatan Gelombang Geser (V s ) Lapisan Bawah Permukaan dan Mikrozonasi Wilayah Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

III. TEORI DASAR. gaya yang bekerja pada batuan melebihi batas kelenturannya. 1. Macam Gempa Bumi Berdasarkan Sumbernya

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

III. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar

BAB IV METODE PENELITIAN IV.1. Area Penelitian IV.2. Tahap Pengolahan IV.3. Ketersediaan Data IV.4.

Timur dan kedalaman 48 kilometer. Berdasarkan peta isoseismal yang

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun Alur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : Rekaman Seismik gunung Sinabung

OLEH : REZA AGUS P. HARAHAP ( ) LAILY ENDAH FATMAWATI ( )

MIKRO-ZONASI TINGKAT POTENSI RESIKO BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BENGKULU UNTUK MENDUKUNG MITIGASI BENCANA (BAGIAN I)

GEMPABUMI AKIBAT UJICOBA NUKLIR KOREA UTARA AWAL 2016

Gambar 1. Peta Seismisitas Indonesia (Irsyam et al., 2010 dalam Daryono, 2011))

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

VARIASI SPASIAL GETARAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI (STUDI KASUS: RANGKAIAN GEMPABUMI SUMATERA UTARA 9-13 FEBRUARI 2017)

Intepretasi Lapisan Sedimen berdasarkan Ground Profile Vs dengan Pengukuran Mikrotremor di Kecamatan Pacitan

Pemetaan Karakteristik Dinamik Tanah Panti

PEMETAAN PERCEPATAN GETARAN TANAH MAKSIMUM DAN INTENSITAS GEMPABUMI DI KAWASAN JALUR SESAR SUNGAI OYO YOGYAKARTA

ANALISIS DATA SEISMIK DI PEDUKUHAN NYAMPLU AKIBAT KERETA LEWAT

Kajian Mikrotremor dan Geolistrik Resistivitas di Sekitar Jalan Arteri Primer Trans Timor untuk Mitigasi Bencana

Jurnal Geocelebes Vol. 1 No. 1, April 2017, Hal 5-12

KARAKTERISASI KURVA HORIZONTAL-TO-VERTICAL SPECTRAL RATIO: KAJIAN LITERATUR DAN PERMODELAN

RANCANG BANGUN ALAT MONITORING MIKROTREMOR MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER

Analisis Peak Ground Acceleration (PGA) dan Intensitas Gempabumi berdasarkan Data Gempabumi Terasa Tahun di Kabupaten Bantul Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA. Andreastuti, S.D., Laporan Tanggap Darurat Letusan G. Api, G. Soputan, Sulawesi Utara. Yayasan Media Bhakti Tambang. Bandung.

BAB III METODA PENELITIAN

KAJIAN KERAWANAN GEMPABUMI BERBASIS SIG DALAM UPAYA MITIGASI BENCANA STUDI KASUS KABUPATEN DAN KOTA SUKABUMI

Analisis Daerah Dugaan Seismic Gap di Sulawesi Utara dan sekitarnya

ANALISA TINGKAT BAHAYA DAN KERENTANAN BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

TUGAS AKHIR RF IMAM GAZALI NRP DOSEN PEMBIMBING: M. Singgih Purwanto, S.Si, MT NIP

Pengembangan Peta Klasifikasi Tanah dan Kedalaman Batuan Dasar untuk Menunjang Pembuatan Peta Mikrozonasi Jakarta Dengan Menggunakan Mikrotremor Array

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008

Penentuan Frekuensi Natural Dan Arah Pergerakan Gelombang (Studi Kasus: Jembatan Soekarno Hatta Kota Malang)

PENGOLAHAN MIKROTREMOR MENGGUNAKAN METODE HORIZONTAL TO VERTICAL SPECTRAL RATIO (HVSR)

Transkripsi:

105 Aplikasi Metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio Pada Perhitungan Frekuensi Natural Samsul Hidayat 1*, Cari 1, Dwa Desa Warnana 2, Sorja Koesuma 3 1 Prodi Ilmu Fisika, PPs, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah 2 Prodi Teknik Geofisika, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jl. Arief Rahman Hakim, Kampus Keputih Sukolilo Surabaya Jawa Timur 3 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah *Email: cak.syam.hidayat@gmail.com Abstrak Salah satu kejadian alam yang dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar baik material maupun nonmaterial adalah kejadian alam gempa bumi. Meningkatnya kejadian gempa bumi di sekitar Gunung Pandan Bojonegoro perlu disikapi dengan serius melalui kegiatan penelitian geofisika, sebagai upaya mitigasi bencana gempa bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran nilai frekuensi natural dan nilai amplitudo HVSR menggunakan metode mikrotremor, yang dipercaya memiliki kontribusi penting dalam mitigasi bencana gempa bumi. Pengukuran dilakukan di lereng sebelah utara Gunung Pandan Bojonegoro atau secara geografis terletak antara 07,44276 07,44903 LS dan 111,77987 111,79110 BT. Pengolahan data menggunakan metode analisis kurva HVSR dengan software Easy HVSR. Diperoleh nilai frekuensi natural berkisar antara 2,15 Hz hingga 13,4 Hz dan nilai amplitudo HVSR antara 2,07 hingga 10,83. Berdasarkan data tersebut terdapat satu titik pengukuran yang terindikasi rentan guncangan gempa bumi, yaitu sisi Barat Laut lokasi penelitian. Kata kunci: mikrotremor, kurva HVSR, frekuensi natural, amplitudo HVSR Abstract One of the natural events that can cause huge losses of both material and non-material is an earthquake. Increasing events of earthquakes on the surrounding Pandan mountain, Bojonegoro, needs to be addressed seriously through geophysical research activities, as an effort of earthquake disaster mitigation. This research aims to know the distribution of the natural frequency value and the HVSR amplitude value using micro tremor method that is believed to have an important contribution on mitigating earthquake disaster. This research was carried out on the northern slopes of the Pandan mountain, Bojonegoro, or geographically located between 07.44276 07.44903 LS and 111.77987 111.79110 BT. The data processing was utilizing the HVSR curve analysis method using Easy HVSR software. The result determined that the natural frequency value are ranging from 2.15 Hz to 13.4 Hz and the HVSR amplitude value are ranging from 2.07 to 10.83. Based on these data, it can be concluded that one point of measurement located at the northwestern side of the research sites, is indicated as vulnerable to an earthquake shake. Keywords: microtremor, HVSR curve, natural frequency, HVSR amplitude I. PENDAHULUAN Sejumlah wilayah di Indonesia berulang kali dilanda gempa bumi. Salah satu wilayah tersebut adalah wilayah sebelah selatan Kabupaten Bojonegoro. Gunung Pandan berada di wilayah Kabupaten Bojonegoro sebelah selatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Madiun dan Kabupaten Nganjuk. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh Pringgoprawiro dan Sukido [1], geologi Lembar Bojonegoro (Gambar 1), secara umum keadaan geologi di sekitar Gunung Pandan (ditandai dengan garis putus-putus warna merah) tersusun oleh batuan breksi pandan (breksi gunung api) berumur plistosen akhir. Data gempa bumi yang terekam selama tahun 2016 dari BMKG (Gambar 2) [2], memvisualisasikan banyaknya kejadian gempa bumi di sekitar Gunung Pandan Bojonegoro. Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, kejadian gempa di tahun 2016 mengalami kenaikan yang signifikan. Untuk mengurangi dampak resiko bencana, maka perlu dilakukan upaya mitigasi bencana. Mitigasi bencana gempa bumi dapat dilakukan dengan mengkaji kondisi geologi lokal atau efek tapak lokal (local site effect) daerah setempat [3-4]. Gambar 1. Peta geologi Lembar Bojonegoro. Bangunan permukiman penduduk dapat mengalami kerusakan jika terkena efek guncangan gempa bumi. Tingkat kerusakan yang mungkin terjadi bergantung dari kekuatan dan kualitas bangunan, percepatan getaran tanah, kondisi geologi lokal, dan geotektonik di lokasi bangunan berdiri [5]. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk

106 Samsul Hidayat / Aplikasi Metode Horizontal To Vertical Spectral Ratio Pada Perhitungan Frekuensi Natural mengurangi dampak kerugian akibat guncangan gempa bumi adalah dengan meningkatkan kekuatan dan kualitas bangunan, dan mengetahui karakteristik respon tanah terhadap getaran gempa bumi [6]. Gambar 2. Peta seismisitas di sekitar Gunung Pandan selama tahun 2016. Penelitian mikrotremor banyak memberikan sumbangsih pada mitigasi bencana, keperluan geoteknik, dan perencanaan kota [7]. Metode pengukuran mikrotremor dapat diaplikasikan di wilayah pemukiman padat penduduk karena metode ini tidak menimbulkan kerusakan pada tanah, ramah lingkungan dan tidak menimbulkan kebisingan. Pengukuran mikrotremor tidak membutuhkan sumber getaran buatan, karena yang direkam adalah getaran yang berasal dari alam. Perekaman mikrotremor mampu memberikan informasi karakteristik lapisan tanah berdasarkan parameter frekuensi natural, periode dominan, dan faktor penguatan gelombang (amplifikasi) [8] tanpa membutuhkan informasi geologi yang lain [9]. Metode analisisnya yang populer saat ini adalah metode analisis kurva HVSR (horizontal to vertical spectral ratio) yang diusulkan dan dikembangkan oleh Yutaka Nakamura [10]. Parameter penting tanah yang dihasilkan dari analisis kurva HVSR adalah nilai frekuensi natural tanah dan nilai amplitudo HVSR. Kerusakan bangunan akibat efek guncangan gempa bumi terjadi pada parameter HVSR frekuensi natural rendah dan amplifikasi tinggi [5,13]. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran nilai frekuensi natural dan nilai amplitudo HVSR di lokasi penelitian. II. LANDASAN TEORI 2.1 Mikrotremor Pustaka [11] memberikan penjelasan, mikrotremor atau disebut juga ambient noise merupakan getaran tanah dengan amplitudo pergeseran sekitar 0,1-1 mikron dan amplitudo kecepatan 0,001-0,01 cm/detik yang dapat dideteksi dengan seismograf khusus. Mikrotremor dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis berdasarkan rentang periodenya. Jenis pertama mikrotremor periode pendek dengan periode kurang dari 1 detik, dan keadaan ini terkait dengan struktur bawah permukaan yang dangkal dengan ketebalan beberapa puluh meter. Sumber getaran mikrotremor periode pendek dapat berasal dari aktivitas manusia, seperti kebisingan lalu lintas kendaraan, mesin pabrik dan lain sebagainya. Jenis kedua adalah mikrotremor periode panjang dengan periode lebih dari 1 detik, keadaan ini terkait struktur tanah yang lebih dalam, menunjukkan dasar dari batuan keras. Pustaka [12] memberikan uraian tentang perkembangan penelitian mikrotremor, diawali penlitian mikrotremor oleh Omori pada tahun 1908, kemudian Kanai dan Tanaka pada tahun 1961 mengusulkan rekayasa aplikasi mikrotremor, dan pada tahun 1970 teknik penggunaan rasio spektrumhorizontal to vertical dari mikrotremor diperkenalkan oleh Nagoshi dan Igarashi. Nakamura pada tahun 1989 dalam artikelnya [10] mengajukan metode baru dalam analisis mikrotremor yaitu metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR). 2.2 Metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) Metode HVSR sangat populer sampai sekarang dan telah mendunia. Metode HVSR didasarkan pada asusmsi bahwa perbandingan spektrum horizontal dan vertikal dari getaran permukaan merupakan fungsi perpindahan [10]. Fungsi transfer S T pada permukaan tanah dapat dituliskan pada persamaan S T = (1) dengan S HS spektrum komponen gerak horizontal dipermukaan tanah dan S HB spektrum komponen gerak horizontal dari batuan dasar ke permukaan tanah. Komponen S HS dengan mudah mengalami pengaruh dari gelombang Rayleigh. Mirzaoglu dan Dykmen [11] memberikan uraian bahwa metode yang diusulkan Nakamura pada tahun 1989 didasari dengan beberapa asumsi sebagai berikut: Mikrotremor tersusun dari beberapa jenis gelombang tetapi yang utama adalah gelombang Rayleigh yang merambat pada lapisan lunak (sedimen). Pengaruh gelombang Rayleigh E RW pada mikrotremor termasuk dalam spektrum komponen gerak vertikal dipermukaan tanah (V S), tetapi tidak pada spektrum komponen gerak vertikal di batuan dasar (V B) E RW = V S/V B (2) Tidak ada penguatan komponen vertikal mikrotremor pada lapisan lunak (sedimen). Pada rentang frekuensi 0,2-20 Hz, pengaruh gelombang Rayleigh pada mikrotremor besarnya sama untuk komponen vertikal dan horizontal. (3) Asumsi efek gelombang Rayleigh besarnya sama untuk komponen vertikal dan horizontal, memungkinkan mendefinisikan spektral rasio menjadi =, (4). (5) dengan S M fungsi transfer untuk lapisan tanah. Fungsi transfer S M hanya bergantung pada hasil pengukuran di permukaan tanah. Pada pengukuran mikrotremor, ada dua komponen horizontal yang diukur yaitu komponen EW

107 (East-West) dan komponen NS (North-South), sehingga komponen horizontal yang digunakan merupakan resultan dari kedua komponen. Persamaan (5) dapat dituliskan menjadi S M =. (6) Persamaan (6) menjadi dasar perhitungan metode horizontal to vertical spectral ratio (HVSR). Sungkono dan Santosa [13] pada kajian literaturnya memberikan penjelasan bahwa kurva HVSR merupakan gabungan antara gelombang badan dan gelombang permukaan. Pada daerah frekuensi natural, HVSR lebih mendekati gelombang badan, sedangkan untuk frekuensi yang lebih tinggi, gelombang badan dipengaruhi gelombang permukaan. Sehingga HVSR lebih dekat dengan gelombang badan dari pada gelombang permukaan. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan sebanyak 8 titik pengukuran mikrotremor. Penelitian dilakukan di lereng sebelah utara Gunung Pandan Kabupaten Bojonegoro atau secara geografis terletak antara 07,44276 07,44903 LS dan 111,77987 111,79110 BT. Perekaman mikrotremor dilakukan menggunakan alat portable seismograf tiga komponen SL07 SARA dengan frekuensi sampling 100 Hz. Durasi waktu perekaman data pada setiap titik sekitar 30 menit. Data hasil perekaman otomatis tersimpan dalam sd card yang terpasang pada alat SL07 SARA. komponen vertikal (up-down). Data ini masih dalam domain waktu. Untuk mendapatkan nilai frekuensi natural tanah maka data ini perlu diubah dari domain waktu ke domain frekuensi. Data hasil perekaman ini kemudian dilakukan analisis noise atau disebut windowing. Tahap windowing memilah antara data asli dengan noise. Noise dicirikan dengan amplitudo yang membesar dengan tiba-tiba. Data yang terindikasi sebagai noise tidak diikutkan dalam proses windowing selanjutnya. Proses windowing merupakan tahapan penting karena akan menentukan kualitas data yang didapatkan benar-benar data mikrotremor yang mencerminkan kondisi riil bawah permukaan daerah penelitian. Panjang window yang digunakan sebesar 40 detik. Tahapan selanjutnya adalah spectral analysis. Pada spectral analysis, data hasil windowing yang masih dalam domain waktu diubah ke dalam domain frekuensi dengan menerapkan proses fast fourier transform (FFT) untuk masing-masing window pada setiap komponen EW, NS, dan UD. Kemudian dilakukan penghalusan atau smooting menggunakan tipe Konno-Ohmachi. Proses selanjutnya, komponen horizontal (EW dan NS) disatukan dengan ratarata kuadrat. Kemudian dilakukan penghitungan rata-rata rasio komponen horizontal dengan komponen vertikal (H/V). Didapatkan kurva HVSR seperti Gambar 4. Dari kurva HVSR diperoleh informasi nilai frekuensi natural tanah dan nilai puncak (amplitudo) HVSR. Gambar 4. Kurva HVSR hasil pengolahan dengan software Easy HVSR Gambar 3. Tampilan data mikrotremor dengan menggunakan software Easy HVSR. Data hasil perekaman mikrotremor berupa file tiga komponen yang masing-masing berformat EV0, EV1, dan EV2. Data mentah ini kemudian diolah menggunakan software Geopsy yang bertujuan untuk mengkonversi data mentah yang masih berformat EV0, EV1, EV2 menjadi berformat SAF sesame (*.saf), agar bisa terbaca pada software Easy HVSR. File yang sudah berformat (*.saf) kemudian diolah dengan menggunakan software Easy HVSR, dan akan menjadi berformat (*.EHV). Pada Gambar 3 dapat dilihat data mikrotremor yang sudah diolah menggunakan software Easy HVSR. Ada tiga komponen yang ditampilkan yaitu dua komponen horizontal (North-South dan East-West) dan satu Data posisi titik pengukuran didapatkan dari alat GPS, berupa data latitude dan longitude. Data latitudelongitude dan data frekuensi natural-amplitudo HVSR kemudian diolah menggunakan software Surfer 13 untuk dijadikan peta kontur. Peta kontur dari hasil olahan kemudian dioverlay dengan peta titik pengukuran yang telah dibuat dengan menggunakan software Google Earth Pro. Selanjutnya peta kontur tersebut dianalisis untuk mengetahui daerah-daerah yang memiliki nilai frekeunsi natural tinggi maupun rendah, dan nilai amplitudo HVSR tinggi maupun rendah. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Frekuensi natural merepresentasikan banyaknya gelombang yang terjadi dalam satuan waktu [13]. Analisis persebaran frekuensi natural dilakukan untuk mengetahui kedalaman bidang pantul gelombang di bawah permukaan. Nakamura [14] memberikan perumusan tentang frekuensi natural tanah yang dapat dituliskan sebagai

108 Samsul Hidayat / Aplikasi Metode Horizontal To Vertical Spectral Ratio Pada Perhitungan Frekuensi Natural dengan f o merupakan frekuensi natural tanah, V s merupakan kecepatan gelombang S, dan h merupakan kedalaman bedrock. Dari persamaan (7) dapat disimpulkan bahwa frekuensi natural sebanding dengan kecepatan gelombang S, dan berbanding terbalik dengan kedalaman bedrock. Nilai frekuensi natural yang lebih rendah menunjukkan bedrock yang lebih dalam atau lapisan sedimennya tebal, dan nilai frekuensi natural yang lebih tinggi menunjukkan bedrock yang lebih dangkal atau lapisan sedimennya tipis. Daerah yang rentan mengalami kerusakan bangunan akibat guncangan gempa bumi terjadi pada daerah dengan geologi lapisan sedimen tebal [13]. Informasi frekuensi natural juga dapat bermanfaat untuk perencanaan bangunan. Struktur bangunan yang mempunyai nilai f 0 sama dengan nilai f 0 tanah akan mengalami resonansi jika terjadi gempa bumi. Efek resonansi akan memperkuat getaran gempa bumi sehingga menyebabkan bangunan roboh saat terjadi gempa bumi kuat [5]. Berdasarkan peta kontur hasil permodelan pada Gambar 5, area penelitian memiliki nilai frekuensi natural yang bervariasi. Nilai frekuensi natural yang didapat darianalisis kurva HVSR adalah antara 2,15 Hz hingga 13,4 Hz. Titik pengukuran sisi Barat Laut memiliki frekuensi natural yang paling rendah yaitu 2,15 Hz. Gambar 5. Peta persebaran frekuensi natural tanah. Gambar 6. Peta persebaran amplitudo HVSR. (7) Nilai amplitudo kurva HVSR merepresentasikan besarnya penguatan guncangan gempa bumi (amplifikasi). Pustaka [5] memberikan penjelasan tentang korelasi antara amplitudo HVSR dengan distribusi kerusakan gempa bumi. Daerah yang mengalami kerusakan maksimum memiliki nilai amplitudo HVSR yang lebih besar. Gambar 6 memvisualkan persebaran nilai puncak (amplitudo) HVSR. Nilai amplitudo HVSR yang didapat berkisar antara 2,07 sampai 10,83. Titik pengukuran sisi Barat Laut memiliki nilai amplitudo HVSR yang paling tinggi yaitu 10,83. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diuraikan kesimpulan yaitu nilai sebaran frekuensi natural tanah berkisar antara 2,15 Hz hingga 13,4 Hz, dan nilai amplitudo HVSR yang didapat berkisar antara 2,07 sampai 10,83. Dari permodelan peta kontur persebaran frekuensi natural tanah dan persebaran amplitudo HVSR, sisi Barat Laut lokasi penelitian memiliki kecenderungan tanah yang rentan terhadap efek guncangan gempa bumi. PUSTAKA [1] Pringgoprawiro dan Sukido, Peta geologi lembar Bojonegoro, Jawa Timur, Pusat penelitian dan pengembangan geologi, Bandung, 1992. [2] BMKG, Peta seismisitas disekitar Gunung Pandan, 2016. Website: http://repogempa.bmkg.go.id/index_peta.php?- id=101&session_id=zssjhko8, diakses 2 Februari 2017. [3] Mendecki, M.J., Bieta, B., Mateuszow, M., dan Suszka, P., Comparison of site effect values obtained by HVSR and HVSRN methods for single-station measurements in Tarnowek, south-western Poland, Contemp. Trends. Geosci. 5(1), 2016, pp 18-27. [4] Sunardi, B., Daryono, Arifin, J., Susilanto, P., Ngadmanto, D., Nurdiyanto, B., dan Sulastri, Kajian potensi bahaya gempa bumi daerah Sumbawa berdasarkan efek tapak lokal, Jurnal Meteorologi dan Geofisika, vol 13, no 2, 2012, hlm 131-137. [5] Ngadmanto, D., Susilanto, P., Nurdiyanto, B., Pakpahan, S., dan Masturyono, Efek Tapak Lokal Pada Daerah Kerusakan Akibat Gempa Bumi Bogor 9 September 2012. Jurnal Meteorologi dan Geofisika, vol. 14, No. 3, 2003, hlm. 109-116. [6] Muhtar dan Alihudien, A., Indek kerentanan dan amplifikasi tanah akibat gempa di wilayah universitas Muhammadiyah Jember, Media Teknik Sipil, vol 12, no 2, 2014, hlm 158-162. [7] Syahruddin, M.H., Aswad, S., Palullungan, E.F., Maria, Syamsuddin, Penentuan profil ketebalan sedimen lintasan kota Makassar dengan mikrotremor, Jurnal Fisika, vol. 4, no.1, 2014, hlm 17-25. [8] Arifin, S.S. Mulyatno, B. S., Marjiyono, dan Setianegara, R., Penentuan zona rawan guncangan bencana gempa bumi berdasarkan analisis nilai amplifikassi HVSR mikrotremor dan analisis periode dominan daerah Liwa dan sekitarnya, Jurnal Geofisika Eksplorasi, vol 2, no. 1, 2014, hlm. 30-40. [9] Nakamura, Y., On the H/V Spectrum, the 14 th World Conference on Earthquake Engineering, Beijing, 12-17 Oktober 2008. [10] Nakamura, Y., A method for dynamic characteristics estimation of subsurface using microtremor on the ground surface, Quarterly report of RTRI, vol. 30 no. 1, 1989, pp 25-33.

109 [11] Mirzaoglu, M. dan Dykmen, U. Aplication of microtremors to seismic microzoning procedure, Journal of The Balkan Geophysical Society, vol.6, no. 3, 2003, pp 143-156. [12] Mudamakin, P.H., Rudiyanto, A., Rohadi, S., Amalia, R., Studi awal respon dinamis berdasarkan pengukuran mikrotremor di bendungan Karangkates Malang, Prosiding Seminar Nasional Fisika SNF2015, vol IV, Jakarta, Oktober 2015, hal 7-12. [13] Sungkono dan Santosa, B.J., Karakterisasi Kurva Horizontal-To-Vertical Spectral Ratio: Kajian Literatur Dan Permodelan. Jurnal Neutrino, vol. 4, no.1, 2011, hlm. 1-15. [14] Nakamura, Y., Clear identification of Fundamental idea of Nakamura's technique and its applications. 12thWorld Conferences on Earthquakes Engineering (12WCEE), Auckland, 30 January-February 2000. TANYA JAWAB Anonim Bagaimana cara mengetahui data yang didapat benarbenar data mikrotremor? Perbedaan warna pada peta kontur, Jelaskan! Samsul Hidayat, UNS Data yang didapat dari perekaman pasti mengandung noise, maka perlu dilakukan proses windowing yaitu membuang noise sehingga yang didapat benar-benar data mikrotremor. Data f o dan A yang didapat pada setiap titik diolah dengan menggunakan software surfer, tiap warna mencirikan nilai tertentu. Lebih banyak titik pengukuran maka keakuratan data yang didapat akan lebih reliable.