BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KONSUMSI ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI DAN STATUS GIZI DENGAN AKTIVITAS FISIK POLISI DALMAS DI POLRES WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB 1 PENDAHULUAN. (Sumbodo, 2007). Produktivitas kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. didalam tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan erat dengan masa. perkembangan yang drastis. Remaja yang asupan gizinya terpenuhi

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan merupakan status gizi tidak seimbang akibat asupan giziyang

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan Window of opportunity. Pada

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

Bagan Kerangka Pemikiran "##

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

ISSN Vol 2, Oktober 2012

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

KUESIONER PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Departemen Kesehatan RI, 2009). Kesehatan merupakan keadaan (status) sehat yang utuh secara fisik, mental (rohani), dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pada batasan ini, kesehatan mencakup empat aspek yaitu fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi. Kesehatan fisik antara lain dipengaruhi oleh hygienitas, medis, diet (pola makan), dan olah raga. Kesehatan mental mencakup tiga komponen yaitu pikiran, emosional, dan spiritual. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain secara baik. Kesehatan ekonomi terlihat dari produktivitas seseorang dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong hidup dan keluarganya secara finansial (Yuni Astuti, 2008). Kesehatan dan gizi merupakan faktor yang sangat penting untuk menjaga kualitas hidup yang optimal serta kualitas sumber daya manusia yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, usia harapan hidup, dan tingkat pendidikan (Depkes RI, 2003). Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada 1

orang dewasa (usia 18 tahun ke atas) merupakan masalah penting karena selain menjadi resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Diet tidak seimbang dan kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor resiko penyakit tidak menular. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang (Depkes RI, 2009). Masalah overweight dan obesitas meningkat dengan cepat di berbagai belahan dunia menuju proporsi epidemik. Hal tersebut disebabkan peningkatan diet yang tinggi lemak dan gula disertai penurunan aktivitas fisik. Di negara maju, obesitas telah menjadi epidemi dengan memberikan kontribusi sebesar 35% terhadap angka kesakitan dan memberikan kontribusi sebesar 15-20% terhadap kematian. Menurut jenis pekerjaan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) menempati urutan pertama karakteristik penderita obesitas dengan prevalensi tertinggi sebesar 27,3%, ABRI 26,4%, dan wiraswasta sebesar 26,5% (Moehji, 2003). mereka yang memiliki pekerjaan aktif yang tinggi (petani, nelayan, tukang kayu). Berdasarkan hasil Riskesdas 2013, prevalensi penduduk umur dewasa kurus 8,7%, berat badan lebih 13,5%, dan obesitas 15,4%. Dalam UU No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia disebutkan Polisi Republik Indonesia (Polri) merupakan lembaga tinggi negara yang melaksanakan tugas keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, serta pelayanan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya, anggota polri 2

harus siap memberikan respon secara tepat terhadap masalah yang dihadapi dan terkadang terhadap kondisi yang membahayakan (Anderson, 2001). Untuk menunjang tugasnya maka anggota polri sebagai abdi negara dan pelayan masyarakat harus memiliki ketahanan fisik yang prima. Dengan jasmani yang bugar, seseorang mampu melakukan pekerjaan sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan (Irianto, 2005). Tubuh sehat ideal secara fisik dapat dilihat dan dinilai dari penampilan luarnya. Tubuh sehat ideal dapat dilihat dari postur tubuh, sikap, tutur kata serta interaksi dengan orang lain. Postur tubuh ideal dinilai dari pengukuran antropometri untuk menilai apakah komponen tubuh tersebut sesuai dengan standar normal atau ideal (Azwar, 2004). Mempertahankan berat badan normal akan memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup (Life expectancy) yang lebih panjang. Berat badan yang kurang dapat meningkatkan resiko penyakit infeksi sementara berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif (Almatsier, 2009). Penelitian Earn (2012) terhadap 45 personel kepolisian di kota Kinabalu mendapatkan hasil bahwa 54,9% polisi tergolong obesitas sedangkan yang memiliki persen lemak tubuh tinggi sebesar 51,6%. Penelitian Aisha (2008) terhadap 436 anggota polisi di Khartaom (Sudan) menunjukkan 30% polisi tergolong overweight sedangkan 19,2% masuk kategori obesitas. Penelitian Satapathy (2009) terhadap 48 polisi lalu lintas di Berhampur (India) menunjukkan sebanyak 38,3% responden termasuk overweight sedangkan 8,5% termasuk obesitas. Penelitian di Indonesia oleh Nurfatimah (2007) menyatakan status gizi prajurit Batalyon 33 Cijantung Jakarta Timur sebanyak 11,39% berstatus obesitas dan 18,98% berstatus overweight. Dalam penelitian Adhi (2012) nilai persen lemak tubuh polisi laki-laki di Kabupaten Purworejo tahun 2012 yang 3

tergolong obesitas sebanyak 54%. Dari semua responden, 66,7% responden yang melakukan aktivitas fisik tidak berat masuk kategori obesitas. Penelitian Martaliza (2010) menyebutkan 39,7% polisi di Kota Bogor tergolong obesitas. Mengacu pada Keputusan Kapolri No : SKEP/984/XII/2004 Tanggal 28 Desember 2004 tentang Pedoman Administrasi Kesamaptaan Jasmani dan Beladiri Polri, Kapolri Jenderal Timur Pradopo pada bulan November tahun 2012 mengintruksikan kepada seluruh anggota Polri terkait pemberantasan polisi gendut dengan adanya program penurunan berat badan bagi polisi yang memiliki berat badan berlebih. Program ini telah dilakukan di beberapa wilayah seperti di Buleleng Bali, Madiun, Kediri, dan di wilayah-wilayah lain. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menyukseskan program penurunan berat badan bagi polisi-polisi gendut. Di Madiun, polisi-polisi gendut diperintahkan untuk lari 5 km tanpa henti. Anggota Polres Madiun yang berat badannya berlebih juga diwajibkan untuk mengikuti latihan fisik (sit up, push up, senam, dan lari) seminggu tiga kali. Di Polres Buleleng Bali, polisi yang berat badannya berlebih diwajibkan untuk apel lebih pagi dan juga dilakukan penimbangan berat badan secara rutin. Di Polres Kediri, polisi yang mengalami kelebihan berat badan diwajibkan untuk mengikuti lari siang setelah makan. Di Kabupaten Purworejo mulai Bulan September 2014, polisi obesitas diwajibkan mengikuti program penurunan berat badan untuk membakar lemak. Untuk menyukseskan program, dilakukan lari keliling alun-alun Purworejo seminggu 2 kali selama 3 bulan bagi polisi yang masuk kategori obesitas. Dari data di atas diketahui bahwa prevalensi anggota polisi dengan berat badan berlebih cukup tinggi. Peneliti tertarik melihat keefektivan aktivitas fisik yang dilakukan pada instansi kepolisian terhadap nilai status gizi masing-masing 4

anggotanya. Peneliti juga tertarik melakukan penelitian pengetahuan gizi dikarenakan pada penelitian sebelumnya di tempat yang sama belum memasukkan variabel pengetahuan gizi dalam penelitian. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan gizi, pola konsumsi makanan, dan aktivitas fisik terhadap status gizi polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo. B. Rumusan Masalah Dalam menjalankan tugasnya polisi memerlukan ketahanan fisik dan mental. Salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan fisik yaitu kondisi kesehatan. Kondisi kesehatan utamanya status gizi pada anggota polisi sangat mempengaruhi kinerja selama melakukan tugas. Oleh karena itu peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi Makanan, dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo. Dari permasalah yang ada, pertanyaan penelitian ini adalah 1. Bagaimana status gizi polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo? 2. Bagaimana tingkat pengetahuan gizi polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo? 3. Bagamana pola konsumsi makanan polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo? 4. Bagaimana tingkat aktivitas fisik polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo? 5. Apakah ada hubungan pengetahuan gizi dan pola konsumsi makanan polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo? 5

6. Apakah ada hubungan pengetahuan gizi dan status gizi polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo? 7. Apakah ada hubungan pola konsumsi makanan dan status gizi polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo? 8. Apakah ada hubungan aktivitas fisik dan status gizi polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan gizi, pola konsumsi makanan, dan aktivitas fisik terhadap status gizi polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui status gizi polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo b. Mengetahui pengetahuan gizi polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo c. Mengetahui pola konsumsi makanan polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo d. Mengetahui aktivitas fisik polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo e. Mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi terhadap pola konsumsi makanan pada polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo f. Mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi terhadap status gizi pada polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo g. Mengetahui hubungan antara pola konsumsi makanan terhadap status gizi pada polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo 6

h. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik terhadap status gizi pada polisi di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Kepolisian Resor Purworejo Hasil penelitian ini memberikan informasi berkaitan dengan status gizi anggota Kepolisian Resor (Polres) Purworejo serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan terkait tugas dan fungsi Polri. 2. Bagi Anggota Polri Resor Purworejo Hasil penelitian ini memberikan informasi berkaitan dengan status gizi dan faktor yang mempengaruhinya. 3. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana belajar untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dalam perkuliahan. 4. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan yang berguna untuk referensi penelitian. 5. Bagi masyarakat luas Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk memberikan masukan kepada Polri supaya kinerjanya lebih optimal. 7

E. Keaslian Penelitian Penelitian yang berjudul Hubungan Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi Makanan, dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Polisi Di Kepolisian Resor (Polres) Purworejo belum pernah dilakukan, namun ditemukan beberapa penelitian yang hampir serupa yaitu 1. Penelitian Rira Wahdani Martaliza (2010) tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Lebih Pada Polisi Di Kepolisian Resort Kota Bogor Tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih di kepolisian resort Kota bogor tahun 2010. Penelitian ini dilakukan di kepolisian resort Kota Bogor pada bulan November 2009 - Mei 2010 dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 73 orang dengan alokasi proporsi pada masing-masing bagian. Variabel yang diukur yaitu umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi, total energi, konsumsi karbohidrat, konsumsi protein, konsumsi lemak dan konsumsi makanan kudapan, aktivitas fisik, serta status gizi. Pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara langsung, pengukuran, dan pengamatan. Data sekunder diperoleh melalui data dari polres setempat. Hasil penelitian yaitu variabel jenis kelamin, tingkat konsumsi karbohidrat, tingkat konsumsi makanan kudapan, dan aktivitas fisik memiliki hubungan dengan status gizi (P<0.05). Persamaan peneliti ini dengan penelitian Liya (2015) adalah pada desain penelitian yang digunakan yaitu desain cross sectional. Selain itu persamaan pada variabel bebas yaitu asupan energi, pengetahuan gizi serta variabel terikat berupa status gizi. Perbedaan penelitian terletak pada variabel bebas 8

yaitu aktivitas fisik. Selain itu ada perbedaan pada penentuan besar sampel dan teknik pengambilan sampel. 2. Penelitian Dwi Hartono Adhi (2012) tentang Asupan Zat Gizi Makro, Serat, Indeks Glikemik Pangan Hubungannya Dengan Persen Lemak Tubuh Pada Polisi Laki-Laki Kabupaten Purworejo Tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat gizi makro (energi, lemak, protein, karbohidrat), asupan serat, indeks glikemik pangan campuran dengan persen lemak tubuh pada polisi laki-laki di Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang. Variabel bebas yang diteliti adalah karakteristik individu (usia dan golongan kerja), asupan zat gizi makro (energi, protein, lemak, karbohidrat), asupan serat, indeks glikemik pangan campuran, dan aktivitas fisik sedangkan variabel terikatnya adalah persen lemak tubuh. Hasil dari penelitian ini adalah 54% sampel tergolong obesitas. Ada hubungan yang bermakna antara asupan zat gizi makro, indeks glikemik (p=0,0001 ; CI 95%), dan aktivitas fisik (p=0,025 ; CI 95%) terhadap persen lemak tubuh namun tidak ada hubungan antara karakteristik individu (usia dan golongan kerja) dengan persen lemak tubuh. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Liya (2015) adalah pemilihan lokasi dan populasi yang digunakan serta desain penelitian yang digunakan. Perbedaan terletak pada variabel bebas yang diteliti serta metode pengukuran variabel terikat. Selain itu cara penentuan besar sampel dan parameter yang digunakan juga berbeda. 9

3. Penelitian Septa Indra Puspikawati (2014) tentang Analisis Preferensi Dan Konsumsi Makanan Pada Polisi Obes Di Polres Madiun Kota. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi makanan dan preferensi makanan tinggi kalori tinggi lemak (TKTL) serta mengetahui faktor yang berhubungan dengan preferensi makanan TKTL pada polisi obes di Polres Madiun Kota. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh polisi obesitas yang berada di Polres Madiun Kota. Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar polisi obesitas memiliki tingkat konsumsi cukup (50,75%) dan menyukai makanan TKTL (56,73%). Prevalensi polisi obesitas dengan tingkat konsumsi lebih pada kelompok suka makan TKTL 1,87 kali lebih besar dibandingkan pada kelompok tidak suka makanan TKTL. Tidak terdapat hubungan antara preferensi makanan TKTL dengan pengetahuan gizi, pendapatan, dan harga makanan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Liya (2015) adalah pada desain penelitian yang digunakan serta variabel bebas yaitu pengetahuan gizi. Perbedaan terletak pada cara penentuan besar sampel, variabel bebas aktivitas fisik, variabel terikat yang digunakan, dan populasi penelitian. 4. Penelitian Sidratulmuntaha Jalhar (2013) yang berjudul Analisis Status Gizi dan Aktivitas Fisik Dengan Ketahanan Fisik Siswa di Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua Makassar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status gizi dan aktivitas fisik dengan ketahanan fisik siswa di sekolah polisi negara (SPN) Batua Makassar, Sulawesi Selatan. Jenis penelitian survey analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa di Sekolah Polisi Negara (SPN) 10

Batua dengan jumlah sampel 193 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan status gizi siswa sebanyak 0,5% kurus, 98,5% normal, dan 1,0% overweight. Aktivitas keseluruhan siswa menurut nilai MET s tergolong ringan. Ketahanan fisik menurut nilai kesamaptaan jasmani, diperoleh sebagian besar sampel memiliki ketahanan fisik yang tergolong baik (91,2%) dan selebihnya tergolong cukup (0,5%) dan istimewa (8,3%). Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara status gizi dengan ketahanan fisik (p= 0,188). Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara aktivitas fisik dengan ketahanan fisik (p= 0,818). Persamaaan penelitian ini dengan penelitian Liya (2015) adalah pada desain yang digunakan yaitu desain cross sectional serta variabel status gizi dan aktivitas fisik yang diteliti. Perbedaan terletak pada populasi yang digunakan, perhitungan jumlah sampel, serta jenis variabel bebas dan terikat. 5. Penelitian Erna Wigati (2009) yang berjudul Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Zat Gizi Dengan Status Gizi dan Status Gizi Dengan Aktivitas Fisik Polisi Dalmas di Polres Wonogiri. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi zat gizi dengan status gizi dan status gizi dengan aktivitas fisik polisi dalmas di Polres Wonogiri. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional study. Populasi penelitian yaitu seluruh polisi dalmas di Polres Wonogiri dengan jumlah sampel sebesar 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan tingkat konsumsi energi 80% normal sedangkan 20% lebih. Terdapat hubungan yang signifikan (p=0,011) antara tingkat konsumsi energi dan status gizi. Tingkat aktivitas fisik 43% kurang, 23% sedang, dan 44% 11

berat. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi zat gizi dengan status gizi dan aktivitas fisik (p=0,002). Persamaan penelitian ini dengan penelitian ini adalah jenis rancangan penelitian yang digunakan serta ditelitinya variabel tingkat konsumsi zat gizi, status gizi, dan aktivitas fisik. Perbedaan terletak pada populasi yang digunakan, variabel bebas pengetahuan gizi, serta perhitungan jumlah sampel. 12