FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK USIA 3-14 TAHUN DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I. PENDAHULUAN A.

kekambuhan asma di Ruang Poli Paru RSUD Jombang.

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). Asma

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasanudin, No. 806 Salatiga, Jawa Tengah. Sesuai dengan SK

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN :

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENCEGAHAN ASMA DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN PADA PENDERITA ASMA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

BAB 7 KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH 7.1. TINGKAT KEMISKINAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang akan dicapai dari 2016 pencapaian pembangunan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

Oleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

Vol 1, No 1, April 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

RIDHA HIDAYAT Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma (Medlinux, (2008).

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang 2

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

Fajarina Lathu INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

HUBUNGAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN ISPA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON II KULON PROGO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal FAKTOR RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA POTUGU KECAMATAN MOMUNU KABUPATEN BUOL ABSTRAK

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2011 sampai Desember 2011 di. RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian tentang hubungan serangan asma dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN T INGKAT KEKAMBUHAN PADA PASIEN ASMA DI RSUD KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada masa bayi, balita maupun remaja (Sidhartani, 2007).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN ASMA BRONKHIAL PADA ANAK USIA 3-14 TAHUN DI DESA PULAU JAMBU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK TAHUN 2013 Syafriani Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia ABSTRAK Menurut WHO angka kematian yang disebabkan oleh penyakit asma di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat 20% sepuluh tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan baik. Asma adalah gangguan pada saluran bronkhial yang dapat diakibatkan oleh faktor biokimia, endokrin, infeksin dan psikologi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan asma bronkhial pada anak usia 3-14 tahun di Desa Pulau jambu wilayah kerja Puskesmas Kuok tahun 2013. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak dengan rwayat asma. Adapun sampel dalam penelitian ini berjumlah 51 orang, menggunakan teknik total sampling dengan menggunakan kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Hasil analisa bivariat diketahui tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor makanan dengan kekambuhan asma bronkhial pada anak usia 3-14 (p value 0,1), ada hubungan yang bermakna antara faktor debu dengan kekambuhan asma bronkhial pada anak usia 3-14 (p value 0,03) dan ada hubungan yang bermakna antara faktor asap rokok dengan kekambuhan asma bronkhial pada anak usia 3-14 tahun (p value 0,000). Sarannya diharapkan bagi pihak puskesmas agar dapat memberikan penyuluhan tentang pencegahan serangan asma bronchial untuk menghindari serangan asma bronkhial pada anak. Kata Kunci : Faktor makanan, debu dan asap rokok, kekambuhan asma Bronkhial Daftar Bacaan : 20 ( 2000 2013 ) PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sesuai dengan visi dan misi depertemen kesehatan menuju Indonesia sehat tahun 2014 melalui 4 strategi yaitu pembangunan nasional berwawasan kesehatan, propesional dan desentralisasi dengan konsep Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 76

paradigm kesehatan tujuan pembangunan bidang kesehatan adalah terwujudnya manusia yang sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapai tujuan tersebut, titik berat perhatian terletak pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia antara lain penurunan angka kematian pada masyarakat (Dinkes, 2010 ). Negara di seluruh dunia berkomitmen mempercepat pembangunan pada manusia, meningkatkan kesehatan dan pemberantasan kemiskinan. Komitmen tersebut dikenal dengan Millennium Development Goals (MDGs) yang terdiri dari delapan target dan diharapkan tercapai pada tahun 2015. Salah satu target itu adalah dalam pengendalian penyakit menular dan infeksi. Angka kesakitan dan kematian di negara Indonesia masih terhitung tinggi, penyebab utamanya adalah penyakit menular infeksi, salah satu penyakit menular tersebut adalah asma (Almazini, dalam Wide 2012). Asma adalah obstruksi jalan napas akut, episodik yang diakibatkan oleh rangsangan yang tidak menimbulkan respon pada orang sehat (Tambayong, 2000). Penyakit ini menyerang saluran pernafasan yang bisa menyerang siapa saja. WHO tahun (2009) menyetakan sebanyak 300 juta orang menderita asma dan 225 ribu penderita meninggal di seluruh dunia. Angka kematian yang disebabkan oleh penyakit asma di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat 20 % untuk sepuluh tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan baik. Menurut KEMENKES (2009), 100 hingga 150 juta orang di dunia menderita asma, jumlah ini diperkirakan akan meningkat sebanyak 18.000 kasus setiap tahunnya. Setiap negara di dunia memilki kejadian kasus asma yang berbeda-beda. Di Asia khususnya Asia Tenggara 1 dari 4 orang yang menderita asma mengaami masa yang tidak produktif karena tidak bekerja akibat asma. bisa dibanyangkan berapa kerugian yang dialami. Menurut Miol, penderita asma 3.3% penduduk Asia Tenggara adalah orang-orang yang menderita asma. Dimana kasus asma banyak terjadi di Indonesia, Vietnam, Thailand, Filiphina dan singapura. Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebesar 8-10% pada anak dan 3-5% pada orang dewasa, dan pada 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%. Beberapa survei menunjukkan bahwa penyakit asma menyebabkan hilangnya 16% hari sekolah pada anak-anak di Asia (Purnomo, 2008). Prevalensi asma bronkhial meningkat terutama di negara-negara barat, dimana >5% populasi mungkin simtomatik dan mendapatkan pengobatan. Bersamaan dengan prevalensi yang meningkat terjadi peningkatan mortalitas, meskipun ada perbaikan dan pengobatan. Di inggris jumlah penderita asma bronkhial dua kali lipat selama lebih dari dua belas tahun terakhir ini. Faktor penyebabnya adalah gaya hidup kebarat-baratan, kondisi lingkungan yang disukai tungau, debu rumah, dan polusi atmosfir (Kristanti, 2009). Di Indonesia prevalensi penderita asma diperkirakan masih sangat tinggi pada anak-anak. Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 77

Persentase penderita asma bronkhial pada anak usia 3-14 pada tahun 2011 sebesar 3,81%, pada tahun 2012 menurun menjadi 2,81% dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 5,87% dari keselurahan penduduk Indonesia. Dimana masih banyak penderita asma yang belum mendapatkan perawatan dokter. Hal itu membuat angka kematian karena penyakit asma tergolong tinggi di Indonesia (Riskesdas, 2013). Selama asma bronkhial menyerang, saluran napas akan mengalami penyempitan dan mengisinya dengan cairan lengket yang diproduksi oleh dinding bagian dalam yang menyebabkan jalan udara ke paru-paru. Pada asma bronkhial, kekambuhan sering menyebabkan gangguan seperti sulit tidur, kelelahan, dan mengurangi tingkat aktivitas seharihari. Asma bronkhial secara relatif memang memilliki tingkat kematian yang rendah dibandingkan dengan penyakit lainnya, namun demikian sedikitnya ratusan ribu orang meninggal karena asma bronkhial pada tahun 2005. Banyak penderita asma bronkhial yang meninggal dunia karena kurang pencegahan dan pengontrolan dari limgkungan (Purnomo,2008). Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu tahun 2010 tentang hubungan faktor lingkungan dengan kejadian asma bronkhial pada anak di wilayah kerja Puskesmas Gunung Sugih di dapatkan ada hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian asma bronkhial (p value = 0,002). Dari data yang didapat tahun 2011 sampai tahun 2013 dimana pasien rawat inap penyakit asma bronkhial yang ada di RSUD Arifin Achmad mengalami peningkatan pada tahun 2013. Jumlah pasien pada tahun 2011 sebanyak 72 orang (25,8%), pada tahun 2012 menurun menjadi 63 orang (21,5%) dan mengalami peningkatan menjadi 126 orang (27,4%) pada tahun 2013 (Rekam Medik RSUD Arifin Achmad, 2013). Di kabupaten Kampar tahun 2012 penyakit asma bronkhial berjumlah 4075 orang yang terdiri dari 28 puskesmas yang berada di wilayah kabupaten kampar. Adapun laporan penderita Asma Bronchial di Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Laporan Data kesakitan Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar Penderita Asma Bronchial Tahun 2013 No Puskesmas Kasus Asma Persentase (%) Bronchial Tahun 2013 1 Kuok 687 15,2 2 Rumbio Jaya 606 13,4 3 Bkn. Seberang 442 9,8 4 Kampar Utara 269 4,8 Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 78

5 Kampar kiri tengah 219 5,9 6 Pulau Raja 245 5,4 7 Bangkinang 256 5,6 8 Kampar 137 3,0 9 Tapung II 132 2,9 10 Kampar Timur 170 3,7 11 Siak Hulu 1 195 4,3 12 Gunung Sahilan 110 2,4 13 X111 Koto Kampar 111 111 2,4 14 Tapung Hilir 189 4,1 15 Kampar Kiri Hulu 139 3,0 16 Tapung Hulu I 97 2,1 17 Siak Hulu II 79 1,7 18 Tapung Hulu II 90 1.9 19 Salo 82 1,8 20 Siak Hulu 111 81 1,7 21 Kampar Kiri 89 1,9 22 Tambang 59 1,3 23 Kampar Kiri Hilir 58 1,2 24 XIII Koto Kampar I 46 1,0 25 XIII Koto Kampar II 37 0,8 26 Tapung 1 20 0,4 Jumlah 4502 100 Sumber: Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 2013 Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah total angka kejadian asma bronkhial di kabupaten Kampar sebanyak 4502 kasus, dan Puskesmas Kuok merupakan daerah tertinggi penderita Asma Bronkhial yaitu 687. Sedangkan jumlah masyarakat yang menderita asma bronkhial di Puskesmas Kuok dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.2 Laporan Data Penderita Asma Bronkhial Di Puskesmas Kuok Tahun 2013 No Desa Kasus asma bronkhial menurut umur 3-14 tahun 15-45 tahun 46-56 tahun 1 Pulau Jambu 51 35 39 2 Lereng 40 22 27 3 Merangin 31 20 28 4 Kuok 25 28 34 5 Bukit 28 16 32 melintang 6 Silam 27 24 27 7 Pulau Terap 34 26 23 8 Batu Langka 24 33 13 jumlah 260 204 223 Sumber: Data Puskesmas Kuok Tahun 2013 Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 79

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa desa Pulau Jambu menempati daerah tertinggi jumlah penderita Asma bronkhial pada anakanak usia 3-14 tahun yaitu 51 orang. Berdasarkan survei awal yang dilakukan terhadap 10 orang ibu-ibu yang mempunyai anak menderita asma bronkhial 9 orang (90%) mengatakan bahwa mereka kurang mengetahui penyebab kekambuhan dari penyakit asma bronkhial pada anaknya. Mereka mengatakan bahwa serangan asma pada anaknya kambuh jika anaknya terhirup asap rokok, terkena debu serta memakan jenis makanan seperti ikan laut. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang yang berhubungan dengan kekambuhan asma bronkhial pada anak usia 3-14 tahun di desa Pulau Jambu wilayah kerja Puskesmas Kuok tahun 2013 METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Lokasi penelitian penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 04 sampai 09 Juni di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2014, waktu penelitian penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 3-14 tahun yang menderita kekambuhan asma bronkhial di desa Pulau Jambu yaitu sebanyak 51 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Uji statistik yang digunakanan adalah chi-square. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hubungan Faktor Makanan dengan Kekambuhan Asma Bronkhial pada anak usia 3-14 tahun di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas KuokTahun 2013 Tabel 1.3 Hubungan Faktor Makanan dengan Kekambuhan Asma Bronkhial di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Tahun 2013 Faktor Kekambuhan asma bronkhal Total P makanan Tidak Ya value n % n % n % Tidak 13 25,5% 20 39,2% 33 64,7% 0,1 Ya 4 7,8% 14 27,5% 18 35,3% Jumlah 17 33,3% 34 66,7% 51 100% Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 80

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa dari 34 anak responden yang mengalami kekambuhan asma bronkhial, hanya 14 orang (27,5% ) yang disebabkan oleh faktor makanan. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0,1 (p value > 0,05), Ho diterima dengan demikian dapat disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara faktor makanan dengan kekambuhan asma bronkhial pada anak usia 3-14 tahun di Desa Pulau Jambu wilayah kerja puskesmas kuok 2014. Menurut peneliti hal ini disebabkan oleh pekerjaan orang tua responden, dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa bahwa lebih dari separoh responden tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga) yaitu sebanyak 34 orang (66,7%). Hal ini akan membuat ibu selalu memperhatikan anaknya dan tidak memberikan makanan sembarangan kepada anaknya. Menurut Sunaryo (2006) Alergi makanan seringkali tidak terdiagnosa sebagai salah satu pencetus asma. Karena faktor yang menjadi pencetus terjadinya asma bronkhial adalah jenis kelamin, riwayat keluarga, debu, asap rokok dan binatang peliharaan yang memicu serangan asma. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Suryadi (2011) dengan judul hubungan faktor makanan dengan kekambuhan asma bronkhial yaitu menyatakan Beberapa jenis makanan penyebab alergi seperti susu sapi, ikan laut, makanan produk industri dengan pewarna buatan, pengawet, vetsin sebagai menjadi penyebab asma bronkial.. Makanan tidak bermakna secara statistik terhadap kejadian asma ronkiale pada anak menginformasikan dengan nilai p=0,500. 2. Hubungan Faktor Debu dengan Kekambuhan Asma Bronkhial pada anak usia 3-14 tahun di Desa Pulau jambu wilayah kerja Puskesmas Kuok Tahun 2013 Tabel 1.4 Hubungan Faktor Debu dengan Kekambuhan Asma Bronkhial di Desa Pulau jambu wilayah kerja Puskesmas Kuok Faktor Kekambuhan asma bronkhal Total P Debu Tidak Ya value n % n % n % Tidak 9 27,5% 10 3,9% 19 37,3% 0,03 Ya 8 5,9% 24 62,7% 32 62,7% Jumlah 17 33,3% 34 66,7% 51 100% Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa dari 34 anak responden yang mengalami kekambuhan asma bronkhial, sebanyak 24 anak mengalami kekambuhan asma bronkhial disebabkan oleh faktor debu. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0,03 (p value < 0,05) dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan bermakna antara faktor debu dengan kekambuhan asma bronkhial pada anak usia 3-14 tahun di Desa Pulau Jambu wilayah kerja puskesmas kuok 2014. Menurut Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 81

peneliti terjadinya kekambuhan asma disebabkan oleh debu yang berasal dari karpet dan jok kursi, terutama yang berbulu tebal dan lama tidak dibersihkan, juga dari tumpukan koran-koran, buku-buku, pakaian lama, sehingga dapat memicu masuknya debu tersebut ke dalam saluran nafas seseorang sehingga merangsang terjadinya asma bronkhial. Menurut Sunaryari (2011) alergen yang sering menimbulkan kambuhnya penyakit asma bronkhial adalah debu. Alergen lain seperti kucing, anjing, burung perlu mendapat perhatian, karena diduga dapt menimbulkan penyakit asma bronkhial. Infeksi irus saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma bronkhial. Sebaiknya penderita asma bronkhial tempat ramai atau penuh sesak, hindari kelelahan yang berlebihan, suhu udara yang ekstrim atau olahraga yang melelahkan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Santi (2012) bahwa ada hubungan yang bermakna antara menghindari debu dengan kekambuhan asma bronkhial pada penderita. 3. Hubungan Asap Rokok dengan Kekambuhan Asma Bronkhial pada anak usia 3-14 tahun di Desa Pulau jambu wilayah kerja Puskesmas Kuok Tahun 2013 Tabel 1.5 Hubungan Asap Rokok dengan Kekambuhan Asma Bronkhial di Desa Pulau Jambu Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Asap Kekambuhan asma bronkhal Total P Rokok Tidak Ya value n % n % n % Tidak 14 27,5% 2 3,9% 16 31,4% Ya 3 5,9% 32 62,7% 35 68,6% 0,000 Jumlah 17 33,3% 34 66,7% 51 100% Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa dari 34 responden yang mengalami kekambuhan asma bronkhial, sebanyak 32 anak mengalami kekambuhan asma bronkhial disebabkan oleh faktor asap rokok. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0,000 (p value < 0,05) dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan bermakna antara asap rokok dengan kekambuhan asma bronkhial pada anak usia 3-14 tahun di Desa Pulau Jambu wilayah kerja puskesmas kuok 2014. Menurut peneliti terjadinya kekambuhan asma bronkhial pada anak disebabkan oleh pengetahuan orang tua yang rendah. Dari hasil penelitian dapt diketahui bahwa bahwa lebih dari separoh responden berpendidikan SMP yaitu sebanyak 32 orang (62,7%). Tinggi rendahnya pendidikan erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, pendidikan yang rendah maka responden kurang mengetahui tentang bahaya, akibat dan faktor penyebab dari kambuhnya penyakit asma bronkhial pada anaknya, sehingga orang tua yang Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 82

memiliki anggota keluarga yang peokok tidak akan menjauhkan anaknya dari salah satu anggota keluarga yang perokok tersebut. Menurut Nanda (2013). Asap rokok yang dihirup penderita asma bronkiale secara aktif mengakibatkan rangsangan pada sistima pernafasan, karena pembakaran temkau menghasilkan zat iritan dalam rumah yang menghasilkan gas yang komplek dan partikel-partikel berbahaya dan hal ini akan DAFTAR PUSTAKA Ayres, (2003). Pencegahan Asma bronchial Diakses melalui http://artikelpopuler.com/cont ent/tindakan - pencegahanpenyakit -asma. Tanggal 03 Desember 2013. Budiarto, E. (2001). Biostatistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC Danusantoso, (2000). Ilmu Penyakit Paru. Diakses melalui http://outeapoci.wordpress.co m/2008. Tanggal 06 desember 2013 Diana, (2012). Gangguan sistem pernapasan. dari http://id.pengertian-asma bronkhial. diperoleh tanggal 26 november 2013 Dinkes Pemprov, (2010). Profil Dinas Kesehatan Riau, dari http://id.profil-dinaskesehatan-riau.pdf diperoleh tanggal 10 Desember 2013. Dinkes Kab. Kampar, (2013). Laporan Data kesakitan Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar Penderita Asma Bronkhial mempengaruhi terjadinya kekambuhan asma bronkhial. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyudi (2011), tentang faktor yang berhubungan dengan kekambuhan asma bronkhial yang menyatakan bahwa asap rokok dapat menyebabkna kekambuhan asma bronkhial pada anak yaitu 71 responden (78%). Efendi, (2011). Pencegahan Asma bronchial. Diakses melalui http://artikelpopuler.com/cont ent/tindakan - pencegahanpenyakit -asma. Tanggal 03 Desember 2013. Elizabeth, (2009). Asma bronchial pada Anak. Diakses melalui http://catatan keperawatn.com. Tanggal 15 Desember 2013 Hidayat, A, A. (2007). Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, A, A. (2006). Pengantar Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Rhineka Cipta Nanda, (2010). Penyakit Asma bronchial. Diakses melalui http://keperawatan medikal bedah.com/content/tindakan - penyakit- penyakit -asma. Tanggal 12 Desember 2013. Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman dan Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Medika Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 83

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta Purnomo, (2008). Asma pada anak. Dari http://mutiarasyairsyairklasik.blogspot.com. diperoleh tanggal 1 Desember 2013. RISKESDAS, (2007). Jumlah penderita asma bronkhial Di Dunia dan Indonesia. http://riskesdas/2013/001 / Jumlah penderita asma bronkhial Di Dunia dan Indonesia//.html. diperoleh tanggal 06Desember 2013 Somatri, (2008). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pada sistem respirasi. Yogyakarta: Graha Ilmu Tambayong, (2000). Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC Wasisto, (2003). Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit asma bronkhial pada anak. diperoleh tanggal 15 Desember 2013 Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 84