ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Vol. 2, No. 2, Mei - Agustus 2016 STKIP PGRI Banjarmasin KECERDASAN DAN KREATIFITAS DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA STKIP PGRI Banjarmasin zahralpmp@yahoo.com Abstrak: Dua hal cukup erat kaitannya pembelajaran matematika menjadi aspek dikembangkan Grand Desain Pendidikan Karakter adalah pengembangan kreatifitas. Kedua aspek tersebut harus dikembangkan lebih sungguhsungguh salah satu strateginya adalah melalui aktivitas pemecahan matematika. adalah kemampuan untuk menyelesaikan benar waktu relatif singkat. Berpikir kreatif adalah aktivitas mental terjadi pikiran seseorang digunakan pemecahan memenuhi beberapa aspek, yaitu (1) lancar (fluent),(2) fasih (flexible) (3) baru (original). merupakan bentuk belajar paling tinggi. Siswa memiliki kreatifitas baik mempunyai kapasitas lebih besar untuk menyimpan konsep-konsep telah dipelajari memori otaknya, memiliki kemampuan untuk mengaktifkan fungsi otaknya kemampuan untuk menghadirkan kembali konsep-konsep telah dipelajarinya untuk digunakan pemecahan, memungkinkan untuk mendapatkan solusi berbagai cara. Kata Kunci: Kecerdasaran,,. Pembelajaran matematika sekolah bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, membekali siswa berpikir logis, kritis, analitis, sistematis, kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Banyak pertanyaan muncul berkaitan tujuan tersebut. Apakah tujuan pembelajaran tersebut sudah dapat dikatakan tercapai? Sampai saat ini apakah kita sudah dapat mengatakan tegas, bahwa anakanak kita sudah memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, analitis, sistematis, kreatif, serta kemampuan bekerjasama seperti diharapkan? Ini merupakan pertanyaan bagi kita semua sebagai orangorang berkecimpung di big pendidikan sampai saat ini belum bisa kita jawab meyakinkan karena sampai saat ini kita belum menemukan indikator alat ukur jelas untuk mengukur kemampuan-kemampuan tersebut. Kalau kita belum melakukan pengukuran tentang kemampuan tersebut melalui indikator alat ukur valid, 99
100 pertanyaan tersebut dapat kita persempit lagi, apakah kita berani memastikan bahwa kemampuan-kemampuan tersebut sudah dikembangkan di sekolah khususnya pembelajaran matematika? Jika jawabannya ya, kita memerlukan jawab apa saja sudah kita sudah kembangkan? Pertanyaan ini tidak perlu kita jawab sekarang, tetapi mari kita coba untuk mencermatinya bersama Draft Grand Desain Pendidikan Karakter (2010), nilai-nilai terutama akan dikembangkan budaya satuan pendidikan formal, non formal antara lain, keimanan ketaqwaan, kejujuran, tanggung jawab,, keperdulian, kerjasama, kreatifitas, ketertiban, disiplin lainnya. Dari berbagai hal tersebut, dua hal cukup erat kaitannya pembelajaran matematika adalah pengembangan kreatifitas. Keterkaitan matematika tergambar dari pernyataan G. Polya (1980) bahwa, menyelesaikan matematika adalah suatu kemampuan khusus dari, segkan Samani. M (2011) menyatakan bahwa potensi-potensi kemampuan ini perlu dikembangkan, karena menjadi landasan implementasi pendidikan karakter di Negara kita. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa kreatifitas merupakan bagian dari pendidikan karakter harus dikembangkan lebih sungguhsungguh untuk menciptakan anak cerdas kreatif salah satu strateginya adalah melalui aktivitas pemecahan matematika. kaitannya berpikir kreatif aspek afektif psikomotor Alimuddin (2012) menyatakan bahwa berpikir kreatif seseorang dapat memupuk sikap minat dirinya meliputi pantang menyerah, mempunyai dorongan kuat untuk menyelesaikan, berani mencoba hal-hal unik, tidak takut melakukan kesalahan, ulet tekun berpikir, menemukan cara atau solusi baru dari peran dihadapi. Penjelasan ini menunjukkan pengembangan kreatifitas memberikan kontribusi untuk pembentukan karakter siswa melalui pemecahan matematika. Pembahasan Pengertian sampai saat ini masih belum terdefinisi jelas. Akan tetapi Suharsono (2001 ) menyatakan bahwa wujud dari adalah kemampuan untuk menyelesaikan benar waktu relative singkat. buku-buku psikologi dikaitkan IQ (Intelligensi quotion) seseorang. Biasanya tinggi rendahnya diukur cara numeric. Penggolongan cerdas bila IQ berada di atas 110, ratarata bila IQ antara 90-110, rendah jika IQ di bawah 90. Penentuan peringkat indeks prestasi belajar merupakan salah satu model pengukuran dilakukan sekolah. Namun pola pengukuran tersebut menurut Anastasi Suharsono (2001) memiliki banyak keterbatasan dianggap tidak memaksimalkan kemampuan individu ekspresinya. Berbagai teori tentang pengembangan multiple intelegensi dari para ahli seperti Thurstone, Guilford Gardner mengembangkan berbagai sebenarnya merupakan fungsi dari belahan otak kanan otak kiri. Otak kiri memiliki kemampuan potensi untuk memecahkan problem matematika, logis fenomena, segkan otak kanan memiliki kemampuan untuk merespon hal-hal bersifat kualitatif abstrak, semua ini masih kemampuan outward looking. Segkan pengetahuan tentang diri, berasal dari kemampuan untuk mengekspresikan diri belum terjangkau.
101 Setiap orang tua tentu memiliki kebanggaan apabila anaknya di sekolah digolongkan sebagai siswa cerdas. Namun demikian, belum merupakan jaminan keberhasilan sesorang untuk mengarungi kehidupan penuh tantangan. Banyak hal terkait kehidupan, antara lain bahwa problemproblem kehidupan muncul, tidak bisa dirancang atau dipersiapkan. kehidupan suatu problem dapat saja secara tiba-tiba menimpa seseorang tanpa memberi kesempatan baginya untuk bersiap menghadapi menyelesaikan nya. Pengembangan selama siswa belajar matematika di sekolah paling tidak dapat memberikan kontribusi bagi siswa untuk melatih aktivitas otak kirinya pemecahan. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dibekali akal agar dapat menggunakannya untuk berpikir. Solso (2008) menyatakan bahwa berpikir adalah aktivitas mental seseorang menerima informasi, mengolah, menyimpan mentransformasikannya/ mewujudkannya bentuk keputusan prilaku. Tang (2009) menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah aktivitas mental terjadi pikiran seseorang menggunakannya pemecahan memenuhi beberapa aspek, yaitu (1) lancar (fluent),(2) fasih (flexible) (3) baru (original). Selanjutnya ciriciri aspek tersebut berdasarkan Alimuddin (2012) dijelaskan sebagai berikut. (1) Ciri-ciri aspek lancar (fluent) adalah mengemukakan beragam cara/ solusi untuk digunakan pemecahan, Cara atau solusi dikatakan beragam jika cara atau solusi kelihatan berbeda tetapi mengikuti pola/konsep sama. (2) Ciri-ciri aspek fasih (flexible) adalah mengemukakan beberapa cara/solusi berbeda untuk digunakan penyelesaian. Cara atau solusi dikatakan berbeda jika cara atau solusi dikemukakan tidak mengikuti/ menggunakan pola/konsep sama (3) Ciri-ciri aspek baru (original) adalah mengemukakan cara /solusi baru untuk digunakan penyelesaian, Cara atau solusi dikatakan baru (bagi individu) jika cara atau solusi dikemukakan tidak lazim bagi individu atau cara menjawab belum pernah dijumpai sebelumnya merupakan kaitan beberapa konsep atau kombinasi beberapa cara pernah dijumpai sebelumnya. Ketiga aspek tersebut merupakan ciri-ciri berpikir kreatif dapat dijadikan indikator untuk apakah seorang sudah melakukan proses berpikir kreatif memecahkan dihadapinya. Gagne Orton (1992: 35) menyatakan bahwa pemecahan merupakan bentuk belajar paling tinggi. Segkan menurut Bell (1978: 311), pemecahan matematika akan membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan menganalisis menggunakannya situasi berbeda. Grouws (1992) mengetengahkan bahwa salah satu tujuan problem solving di berikan di sekolah adalah bertujuan untuk melatih siswa berpikir kreatif mengembangkan kemampuan memecahkan. Segkan Mayer (1983) memberikan karakteristik (a) pemecahan merupakan hasil berpikir (kognitif) tetapi disimpulkan dari perilaku (b) pemecahan hasil perilaku mengarah ke solusi (c) pemecahan adalah proses melibatkan manipulasi atau operasi pada pengetahuan sebelumnya.
102 Butts (1980) menyatakan bahwa matematika dikelompokkan atas 5 (lima) bagian, yaitu (1) latihan pengenalan (recognition exercises), yaitu - berkaitan ingatan, fakta, konsep, definisi teorema; (2) latihan algoritma (algorithmic exercises), yaitu berkaitan langkah-langkah dari suatu prosedur atau cara tertentu; (3) aplikasi (application problem) yaitu - termasuk di nya pengggunaan atau penerapan algoritma; (4) open search problem, yaitu tidak segera ditemukan strategi tertentu untuk menyelesaikannya ( pembuktian, menemukan sesuai persyaratan tertentu) (5) situasi (problem situation), yaitu - penyajiannya berkaitan situasi nyata atau kehidupan sehari-hari. Terkag peran dihadapi belum segera memperlihatkan hubungan objekobjek matematika. Menurut Hashimoto (1997) jenis mempunyai potensi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah atau soal terbuka (open ended). terbuka akan memicu siswa untuk secara kreatif mengeksplor berbagai cara atau solusi dari memecah. Dari berbagai pendapat juga memberikan kriteria bahwa pemecahan dapat memenuhi kriteria berpikir kreatif antara lain (1) berbentuk non routine, (2) bersifat open ended memerlukan pemikiran divergen penyelesaian, baik penyelesaian maupun jawaban, (3) memerlukan pemahaman beberapa konsep, sifat-sifat matematika pernah dijumpai sebelumnya untuk menyelesaikan, (4) tidak menimbulkan tafsiran ganda dari penggunaan bahasa. Banyak model pemecahan dikemukakan dari berbagai sumber, makalah singkat ini mengetengahkan model sederhana mudah untuk dilaksanakan sebagaimana dikemukakan oleh Polya (1973) yaitu. a. Memahami (understanding the problem), yaitu kemampuan memahami prinsip dari peran. Kemampuan memahami ini digunakan untuk memperoleh hal apa belum diketahui, data kondisi dari diberikan. Salah satu cara untuk memahami adalah menjawab pertanyaan antara lain apa saja diketahui, apa ditanyakan (what are the unknown?), data apa saja tersedia (what are the data?), apa syaratsyaratnya, apakah data tersebut memenuhi kondisi? (what is the condition?), apakah kondisi tersebut cukup untuk mendapatkan belum diketahui?, atau belum cukup?, apakah tidak kontradiksi? b. Memikirkan rencana (devising plan), meliputi berbagai usaha untuk menemukan hubungan lainnya atau hubungan antara data hal tidak diketahuinya, sebagainya. Perencanaan juga meliputi rencana untuk melakukan perhitungan, rencana ide mungkin dimanfaatkan, mengkaitkan materi sudah diketahui dihadapi. c. Melaksanakan rencana (carrying out the plan), termasuk mempresentasikan setiap langkah proses pemecahan, apakah langkah dilakukan sesuai rencana, sudah benar atau masih meragukan? Meyakinkan diri sendiri kebenaran dari setiap langkah dilakukan. Perbaiki apabila masih ada kesalahan memperhatikan data apa harus diperoleh. d. Melihat kembali (looking back), meliputi pengujian terhadap proses pemecahan telah dilakukan. Dimulai dari langkahlangkah penyelesaian, kelengkapannya kebenarannya.
103 Kemungkinan dapat ditemukan suatu penyelesaian baru lebih baik. Hubungan antara, Kreativitas Sebagaimanatelah dijelaskan, bahwa menunjukkan kemampuan fungsi kerja otak seseorang. Otak baru akan bekerja jika ia mendapatkan stimulus (input) sebagai suatu informasi akan diolah, disimpan digunakan kembali suatu system pemrosesan informasi seseorang. hal ini kapasitas kemampuan seseorang melakukan pemrosesan informasi tergantung dari besarnya memori, kemampuan otak mengolahnya. Sehingga hal ini seorang anak sangat tergantung dari kemampuan aktivitas mentalnya untuk memecahkan. Hudojo (1988) menyatakan bahwa belajar matematika adalah aktivitas mental. Segkan adalah kemampuan dari fungsi kerja otak, berpikir kreatif adalah aktivitas mental terjadi pikiran seseorang menggunakan berbagai informasi sudah diperoleh sebelumnya pemecahan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang memberikan kemungkinan lebih besar untuk berpikir kreatif pemecahan. Satu contoh sederhana, adalah ketika seorang anak diberi soal untuk mendapatkan hasil perkalian 3 x 68. ini merupakan matematika bersifat latihan pengenalan latihan prosedur dapat diberikan pada siswa kelas 2 SD. Hasil uji coba menunjukkan, bahwa umumnya siswa menjawab bahwa ia tidak bisa mendapatkan hasil perkalian karena ia tidak hafal perkalian 68 (perkalian lebih banyak ditekankan bentuk hafalan saja). Kenyataan ini menunjukkan bahwa siswa memiliki rendah, karena ia belum menggunakan fungsi kerja otaknya secara maksimal sehingga tidak mampu menggunakan aktifitas mentalnya untuk memanggil memori tersimpan tentang konsep perkalian sudah dikenalnya. Ia dapat menghitung apabila diberi contoh prosedur menghitung, hal ini siswa akan mendapatkan hasil perhitungan, mengacu pada contoh tetapi tidak menggunakan aktivitas mentalnya secara maksimal kemampuan berpikir kreatif tidak berkembang. Salah satu proses berpikir kreatif dapat membantu pe ngembangannya pembelajaran matematika menurut West A.M (2000) sebagai berikut: (a) Penemuan. Seseorang memilih suatu untuk ditangani atau menyadari aya suatu mengganggu. (b) Persiapan. Seseorang memusatkan perhatian pada bersangkut mengumpulkan informasi relevan serta memikirkan hipotesis-hipotesis. (c) Inkubasi. Setelah menghimpun informasi ada, individu mengendorkan kegiatannya informasi telah dikumpulkan. langkah ini kurang disadari namun penting ini, bersangkutan kelihatan seperti menganggur atau melamun. Tetapi sesungguhnya pikirannya seg menata fakta ada menjadi suatu pola baru (d) Iluminasi. Sering tanpa diduga selagi makan, atau tertidur atau berjalan gagasan baru terpadu merasuk pikiran bersangkutan. Ilham seperti ini harus segera dicatat, karena mudah dilupakan jika sudah terlibat aktivitas lainnya. (e) Taktik Penerapan. Seseorag mulai logika atau percobaan bahwa gagasan tersebut dapat menyelesaikan dapat dilaksanakan.
1. Tentukan Luas segitiga AFH. H I 20cm A 104 Beberapa Contoh Soal D F C 30cm G 20cm B 30cm E 2013 2. Tentukan angka satuan dari 7 Kesimpulan Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang memiliki baik mempunyai kapasitas lebih besar untuk menyimpan konsep-konsep telah dipelajari memori otaknya, memiliki kemampuan untuk mengaktifkan fungsi otaknya kemampuan untuk menghadirkan kembali konsep-konsep telah dipelajarinya untuk digunakan pemecahan, memungkinkan untuk mendapatkan solusi berbagai cara. Belajar matematika adalah aktivitas mental. Segkan adalah kemampuan dari fungsi kerja otak, berpikir kreatif adalah aktivitas mental terjadi pikiran seseorang menggunakan berbagai informasi sudah diperoleh sebelumnya pemecahan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang memberikan kemungkinan lebih besar untuk berpikir kreatif pemecahan. Siswa tidak memiliki kemampuan berpikir kreatif, antara lain disebabkan karena (a) keterbatasan mengaktifkan fungsi otak, (b) pembelajaran matematika disekolah tidak dilaksanakan untuk lebih mengaktifkan fungsi otak secara maksimal, (c) pemecahan matematika selalu diberikan melalui contoh-contoh sehingga kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpikir mendapatkan solusi melalui konsep-konsep sudah dipelajarinya, (d) matematika diberikan lebih banyak merupakan tertutup pengulangan (rutin). Daftar Pustaka Alimuddin. 2012. Proses Berpikir Kreatif Mahasiswa Calon Guru Kreatif Berdasarkan Gender. Disertasi Program Doktor. UNESA. Tidak diterbitkan. Bell.H.Frederick. (1978). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary School). Brown Company Publisher.United States of America. Butts, Thomas. 1980. Posing Problem Property, Problem Solving in School Mathematics. Reston, VA: NCTM. Hashimoto, Y. 1997. The Methods of Fostering Creativity through Mathematical Problem Solving. Zentralblatt fur didactic der Mathematic (ZDM)- International Journal of Mathematics Education. http://emis.muni.cz/journals/zdm/z dm973a5.pdf diakses November 2009. Hudojo.H. (1988). Mengajar Belajar. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Jakarta. Kesuma, dkk. 2011. Pendidikan Karakter. Kajian Teori Praktik di Sekolah. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character, New York: Bantam Book. Munandar, U. 2000. Mengembangkan Bakat Kreativitas Anak Sekolah:
105 Petunjuk Bagi Guru Orang Tua. Gramedia: Jakarta. Orton,A, (1987). Learning Mathematics; Issues, Theory and Classroom Practice, second Edition, Cassell: New York. Tang, O.S. 2009. Problem Based Learning and Creativity. Singapure: Cengage Learning. Samani, M. 2011. Konsep Model Pendidikan Karakter. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Solso, R.L 1995. Cognitive Psychology. Needham Height, M.A: Allyn & Bacon. Sriraman, B. 2004. The Characteristic of Mathematical Creativity. The Mathematics Educator, 14(1): 19-34 Suharsono. 2001. Mencerdaskan Anak. Inisiasi Press. Jakarta. West. A.M. 2000. Developing Creativity in Organizations, The British Psychologcal Society.