LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MALINGPING

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

W A L I K O T A M A T A R A M PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 15 TAHUN 2004 SERI C.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

NOMOR : 27 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 14 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 15 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURABAYA NOMOR : 12/B TAHUN : 1999 SERI : B

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 06 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 06 TAHUN 2003

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN SWASTA DIBIDANG MEDIK DAN PENUNJANG MEDIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR,

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG TARIF LAYANAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN DAERAH KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT GUSTI HASAN AMAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR : 6 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN SWASTA

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

RETRIBUSI PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN ATAU PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 19 Tahun : 2005 Serie : C Nomor : 4 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

PEMERINTAH KOTA BLITAR

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN KERJA APOTEKER DAN ASISTEN APOTEKER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perda kab. Belitung No. 13 Tahun

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 4 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2008

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

1 of 6 02/09/09 11:29

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MIMIKA,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 15 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2005 NOMOR 12 SERI C NOMOR 10

Salinan NO : 1/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2011

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 87 TAHUN : 2008 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 6 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PERIJINAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN OPTIK

b. bahwa untuk melaksanakan pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas, perlu diatur dengan Peraturan Daerah.

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM LABUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang merupakan bagian penting dalam pembangunan di bidang kesehatan, dipandang perlu adanya peran serta masyarakat; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas, perlu ditetapkan Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Labuan dengan Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 2. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495); 3. Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 4. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

2 5. Undang Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 8. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503) ; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4578); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara

3 Republik Indonesia Nomor 4585); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 17. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Nomor 4 Tahun 1986 tentang Penunjukkan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang Melakukan Penyidikan Terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah Yang Memuat Ketentuan Pidana (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Tahun 1986 Nomor 5 Seri D); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG dan BUPATI PANDEGLANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM LABUAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pandeglang; 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah; 3. Bupati adalah Bupati Pandeglang;

4 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang; 5. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Umum Labuan; 6. Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan penelitian; 7. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk semua jenis penyakit dan pelayanan dasar sampai sub spesialistik sesuai dengan kemampuannya; 8. Rumah Sakit Umum Labuan yang selanjutnya disebut RSU Labuan adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C di Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang; 9. Dokter dan dokter gigi adalah dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis, lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah; 10. Tarif adalah sebagian atau seluruh satuan biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan medik dan non medik yang dibebankan kepada masyarakat pengguna pelayanan rumah sakit sebagai imbalan atas jasa pelayanan yang diterimanya; 11. Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah biaya yang dipungut oleh Pemerintah Daerah sebagai imbalan atas jasa pelayanan kesehatan yang diberikan 12. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum; 13. Wajib Retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut Peraturan Perundang-undang Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu; 14. Jasa Pelayanan Kesehatan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksanan pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosa, pengobatan atau pelayanan kesehatan lainnya; 15. Jasa sarana adalah imbalan yang diterima oleh rumah sakit atas pemakaian sarana, fasilitas rumah sakit, bahan, obat obatan, bahan kimia dan alat kesehatan habis pakai yang digunakan langsung dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi. 16. Akomodasi adalah penggunaan fasilitas rawat inap termasuk makan di rumah sakit. 17. Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seseorang yang meliputi pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, observasi, konsultasi dan rehabilitasi medik serta pelayanan kesehatan lainnya; 18. Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kepada pasien untuk mendapatkan pelayanan medis, observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya yang dilaksanakan di poliklinik spesialistik tanpa menginap di ruang rawat inap;

5 19. Pelayanan Rawat Darurat adalah pelayanan kepada penderita yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah dan menaggulangi resiko kematian atau cacat; 20. Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kepada pasien untuk keperluan mendapatkan pelayanan medis, observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur; 21. Pelayanan Bedah Sehari (One Day Surgery) adalah tindakan pembedahan, tindakan pengobatan menggunakan alat dan tindakan diagnosa dalam narcose di Kamar Bedah serta tidak memerlukan ruang rawat inap; 22. Pelayanan Medik adalah pelayanan terhadap pasien yang dilaksanakan oleh tenaga medik; 23. Pelayanan Non Medik adalah pelayanan terhadap pasien sebagai penunjang tindakan medik; 24. Tindakan Medik Operatif adalah tindakan pembedahan yang menggunakan pembiusan umum, pembiusan lokal atau tanpa pembiusan; 25. Tindakan Medik Non Operatif adalah tindakan tanpa pembedahan; 26. Tindakan elektif/terencana adalah tindakan yang tidak harus dilaksanakan segera (dapat direncanakan); 27. Tindakan cito adalah tindakan yang harus segera dilaksanakan karena akan membahayakan pasien, tindakan diluar alasan tersebut bukan dinamakan cito; 28. Pelayanan Penunjang Medik adalah pelayanan untuk penunjang penegakan diagnosis dan terapi; 29. Pelayanan Penunjang Non Medik adalah pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit yang secara tidak langsung berkaitan dengan pelayanan medik; 30. Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Mental adalah pelayanan yang diberikan oleh Unit Rehabilitasi Medik dalam bentuk pelayanan fisioterapi, terapi okupasional, terapi wicara, ortotik/prostetik, bimbingan sosial medik dan jasa psikologi serta rehabilitasi lainnya; 31. Bahan farmasi adalah persediaan farmasi dan bahan alat kesehatan yang digunakan untuk kelanjutan pengobatan tindakan medik dan terapi serta tindakan medik lainnya, baik rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat; 32. Orang tidak mampu/miskin adalah mereka yang tidak mampu secara ekonomi dan dibuktikan dengan surat keterangan dari pejabat yang berwenang; 33. Pemulasaraan/perawatan jenazah adalah kegiatan yang meliputi perawatan jenazah, konservasi bedah mayat yang dilakukan oleh Rumah Sakit untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pemakaman serta untuk kepentingan proses peradilan; 34. Pelayanan Mediko-legal adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kepentingan hukum; 35. Rujukan adalah rekomendasi dan atau pengantar bagi penderita yang dikirim dari sarana kesehatan lain ke RSU Labuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat dan atau penunjang medis; 36. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kesakitan kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah;

6 37. Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian masyarakat yang menimbulkan kerugian meluas pada sistem ekonomi, sosial, politik dan lingkungan hidup dan tidak dapat diatasi oleh kemampuan masyarakat itu sendiri; 38. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SKRD adalah Surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok Retribusi; 39. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda; 40. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Daerah pada Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah; 41. PPNS adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada lingkungan Pemerintah Kabupaten Pandeglang yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Bagian Kesatu Nama Retribusi Pasal 2 Dengan nama retribusi Pelayanan Kesehatan, dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan kesehatan di RSU Labuan. Bagian Kedua Obyek Retribusi Pasal 3 (1) Obyek retribusi adalah pelayanan kesehatan yang meliputi Pelayanan Kesehatan di RSU Labuan. (2) Tidak termasuk Objek Retribusi adalah : a. Pelayanan Kesehatan yang diselenggarakan oleh pihak swasta; b. Pelayanan Kesehatan yang bersifat sosial. Bagian Ketiga Subyek Retribusi Pasal 4 Subyek Retribusi adalah Orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan kesehatan dari RSU Labuan. BAB III GOLONGAN RETRIBUSI

7 Pasal 5 Retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum. BAB IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 Tingkat penggunaan Jasa dihitung berdasarkan jenis dan frekuensi pelayanan kesehatan. BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF RETRIBUSI Pasal 7 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi adalah untuk menutup biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang ditentukan dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat. (2) Biaya Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk biaya investasi prasarana, biaya operasional dan pemeliharaan. BAB VI JENIS PELAYANAN KESEHATAN Pasal 8 (1) Pelayanan kesehatan yang dikenakan tarif dikelompokkan dalam : a. Pelayanan medik; b. Pelayanan penunjang medik; c. Pelayanan penunjang non medik; d. Pelayanan non medik. (2) Jenis pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah sebagai berikut : a. Pelayanan medik : 1. Rawat Jalan; 2. Pelayanan Gawat Darurat; 3. Rawat Inap; 4. Tindakan Medik operatif dan Tindakan paramedik. b. Pelayanan penunjang medik : 1. Laboratorium Klinik dan Patologi Anatomi; 2. Radio Diagnostik; 3. Pelayanan Rehabilitasi Medik; 4. Pelayanan Farmasi; 5. Pelayanan gizi; 6. Pengujian Kesehatan/rekam medis. c. Pelayanan penunjang non medik:

8 1. Pelayanan pemulasaraan/perawatan jenazah; 2. Pemeriksaan Visum et Repertum; 3. Pelayanan Ambulance dan mobil jenazah. d. Pelayanan non medik : 1. Sewa Ruangan; 2. Sewa Alat. BAB VII STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 9 (1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis pelayanan kesehatan. (2) Komponen tarif retribusi untuk setiap tarif pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jasa sarana Rumah Sakit dan Jasa Pelayanan. (3) Besaran tarif pelayanan untuk perusahaan-perusahaan dan asuransi yang bekerja sama dengan RSUD akan ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur RSUD. BAB VIII CARA MENGUKUR TARIF Bagian Kesatu Tarif Rawat Inap Pasal 10 (1) Tarif Akomodasi di kelas II (dua) dijadikan sebagai dasar perhitungan/indeks untuk penetapan tarif Akomodasi pada kelas perawatan lainnya, dengan pengaturan sebagai berikut : a. Kelas III : 0,75 x indeks b. Kelas II : 1 x indeks c. Kelas I : 2,25 x indeks d. Kelas VIP : 4 x indeks (2) Tarif pelayanan/tindakan di kelas II (dua) dijadikan sebagai dasar perhitungan/indeks untuk penetapan tarif tindakan/pelayanan pada kelas perawatan lainnya, dengan pengaturan sebagai berikut : a. Kelas III : 0,50 x indeks b. Kelas II : 1 x indeks c. Kelas I : 2 x indeks d. Kelas VIP : 3 x indeks

9 (3) Satu hari rawat inap dihitung dimulai hari/tanggal pertama pasien masuk ke rumah sakit untuk dirawat inap sampai hari/tanggal pasien keluar dari rumah sakit, baik dinyatakan sembuh, pulang paksa, meninggal maupun dirujuk/dipindahkan ke rumah sakit lain. (4) Tarif rawat inap bayi baru lahir sehat (rawat gabung) diperhitungkan sebesar 50% dari tarif rawat inap ibunya. (5) Tarif rawat inap bayi baru lahir sakit, diperhitungkan sesuai dengan tarif kelas perawatannya. (6) Tarif rawat inap dan tindakan di ruangan Intensive Care Unit (ICU), intensive Cardiologi Care Unit (ICCU), Pediatrik Intensive Care Unit (PICU) serta Ruang Gawat Bedah (RGB) ditetapkan : a. Pasien langsung masuk kemudian pulang atau meninggal, tarifnya ditetapkan sama dengan kelas III (tiga) tarif rawat inap; b. Pasien masuk kemudian dirawat tarifnya ditetapkan setara kelas VIP. (7) Tarif rawat inap di ruang pemulihan kamar bedah diperhitungkan sebesar tarif rawat inap pada kelas perawatan yang ditempatinya. (8) Tarif pelayanan medik sebagaimana dimaksud pada pasal ini tidak termasuk bahan dan alat habis pakai. (9) Tarif Rawat inap selengkapnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Bagian Kedua Tarif Tindakan Medik Operatif Pasal 11 (1) Tindakan medik operatif, merupakan diagnostik dan atau terapi yang dilakukan di kamar operasi, yang terdiri dari : a. Tindakan medik operatif terencana; b. Tindakan medik operatif segera (cito); c. Tindakan medik operatif pelayanan perawatan sehari (one day care); d. Tindakan medik operatif lokal anastesi (non narkose). (2) Tarif pelayanan/tindakan di kelas II (dua) dijadikan sebagai dasar perhitungan/indeks untuk penetapan tarif tindakan/pelayanan pada kelas perawatan lainnya, dengan pengaturan sebagai berikut : a. Kelas III : 0,50 x indeks b. Kelas II : 1 x indeks c. Kelas I : 2 x indeks d. Kelas VIP : 3 x indeks

10 (3) Tarif tindakan medik operatif yang memerlukan perluasan tindakan atau melibatkan lebih dari satu keahlian ditetapkan secara khusus oleh pimpinan rumah sakit berdasarkan masukan dari operator yang bersangkutan. (4) Tarif tindakan medik operatif cito besarnya ditambah 50 % dari biaya operasi sesuai kelas perawatan. (5) Tarif tindakan medik dengan penyulit/khusus dikenakan 50 % dari biaya operasi sesuai kelas perawat. (6) Khusus untuk tindakan sectio caesaria dikenakan tambahan tindakan resusitasi bayi baru lahir atau perbayi oleh dokter spesialis anak sebesar 15 %. (7) Tarif tindakan medik operatif selengkapnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Bagian Ketiga Tarif Instalasi Gawat Darurat Pasal 12 Tarif pelayanan/tindakan di Instalasi Gawat Darurat disesuaikan dengan tarif tindakan rawat inap kelas II. Bagian Keempat Tarif Radiologi Pasal 13 (1) Tarif pelayanan/tindakan di kelas II (dua) dijadikan sebagai dasar perhitungan/indeks untuk penetapan tarif tindakan/pelayanan pada kelas perawatan lainnya, dengan pengaturan sebagai berikut : a. Kelas III : 0,9 x indeks b. Kelas II : 1 x indeks c. Kelas I : 1,1 x indeks d. Kelas VIP : 1,2 x indeks (2) Besar tarif untuk pasien umum dan poliklinik disesuaikan dengan kelas III (tiga). (3) Tarif pelayanan medik yang dimaksud pada ayat (1) sudah termasuk bahan dan alat habis pakai, kecuali pemeriksaan tertentu. (4) Tarif pelayanan radiologi selengkapnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

11 Bagian Kelima Tarif Laboratorium Pasal 14 (1) Tarif pelayanan laboratorium di kelas II (dua) dijadikan sebagai dasar perhitungan/indeks untuk penetapan tarif pelayanan pada kelas perawatan lainnya, dengan pengaturan sebagai berikut: a. Kelas III : 0,9 x indeks b. Kelas II : 1 x indeks c. Kelas I : 1,1 x indeks d. Kelas VIP : 1,4 x indeks (2) Besar tarif untuk pasien umum dan poliklinik disesuaikan dengan kelas III (tiga). (3) Tarif cito dikenakan tambahan 50 % dari tarif kelas perawatan. (4) Tarif pelayanan medik yang dimaksud pada ayat (1) sudah termasuk bahan dan alat habis pakai. (5)Tarif pelayanan laboratorium selengkapnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Bagian Keenam Tarif Pelayanan Farmasi Pasal 15 Besaran pengambilan keuntungan dalam penjualan obat dan alat kesehatan termasuk Oxigen ditetapkan 25 % dari harga faktur. BAB IX TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 16 Retribusi pelayanan kesehatan di pungut di wilayah daerah Pasal 17 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau alat lain yang dipersamakan. BAB X

12 SANKSI ADMINISTRASI Pasal 18 Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % ( dua ) persen setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. BAB XI TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 19 (1) Pembayaran retribusi harus dilakukan sekaligus atau lunas, kecuali wajib retribusi mengajukan permohonan cara pembayaran lain kepada Direktur atas persetujuan Bupati. (2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 ( lima belas ) hari sejak diterbitkannya SKRD atau alat lain yang dipersamakan. (3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan/Peraturan Bupati. BAB XII TATA CARA PENAGIHAN Pasal 20 (1) Pelaksanaan penagihan retribusi terutang yang telah ditetapkan berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, yang dikeluarkan dan setelah 7 (tujuh ) hari sejak jatuh tempo pembayaran akan dikeluarkan surat teguran / peringatan atau surat lainnya yang dipersamakan sebagai tindakan pelaksanaan awal. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh ) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan atau surat lainnya yang dipersamakan, wajib retribusi harus melunasi retribusi terutang. (3) Surat teguran / peringatan atau surat lainnya yang dipersamakan dimaksud ayat (2), dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk. BAB XIII PENGURANGAN KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 21 (1) Direktur atas nama Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

13 (2) Pemberian rekomendasi pengurangan dan keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi. (3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat pula diberikan kepada masyarakat yang ditimpa bencana alam, kerusuhan dan atau kejadian luar biasa (KLB). (4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati. BAB XIV KADALUWARSA PENAGIHAN Pasal 22 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 ( tiga ) tahun terhitung sejak saat terhutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini tertangguh apabila : a. Diterbitkan surat teguran; b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB XV P E N Y I D I K A N Pasal 23 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Nomor 4 Tahun 1986 tetang Penunjukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah yang memuat ketentuan pidana. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah tersebut;

14 c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; d. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; e. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; f. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa indentitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ; g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah; h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan untuk diperiksa sebagai tersangka atau saksi; i. Menghentikan penyidikan; j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan; (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XVI KETENTUAN PIDANA Pasal 24 (1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah, diancam pidana kurungan paling lama 6 ( enam ) bulan atau denda paling banyak 4 ( empat ) kali jumlah retribusi terhutang. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XVII KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan/Peraturan Bupati.

15 Pasal 26 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang. Ditetapkan di Pandeglang pada tanggal 21 Juli 2008 BUPATI PANDEGLANG, cap/ttd Diundangkan di Pandeglang pada tanggal 21 Juli 2008 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG, A. DIMYATI NATAKUSUMAH Cap/ttd ENDJANG SADINA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2008 NOMOR 8 Mur-LD-Tarif-RSU-Labuan-Hasil-Evaluasi