Studi Keanekaragaman Avifauna Sebagai Sarana Edukasi Ekowisata Birdwatching di Kawasan Wisata Kondang Merak, Malang.

dokumen-dokumen yang mirip
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014

Tugas Akhir. Kajian Bioekologi Famili Ardeidae di Wonorejo, Surabaya. Anindyah Tri A /

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Lampiran 1 Foto Dokumentasi Penelitian Keaneakaragaman Jenis Burung

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati hidupan liar lainnya (Ayat, 2011). Indonesia merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Spesies Burung di Repong Damar Pekon Pahmungan

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

Jenis Jenis Burung di Wilayah Cagar Alam Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh:

3 METODE Jalur Interpretasi

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

BAB III METODE PENELITIAN

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Manfaat Biaya Proyek Pembangunan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

DAFTAR ISI. BAB III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori B. Hipotesis... 18

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA, BOGOR, JAWA BARAT ASEP SAEFULLAH

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

KEANEKARAGAMAN SPESIES BURUNG DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH KRUI KABUPATEN LAMPUNG BARAT

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekayaaan sumber daya dan keanekaragaman hayati berupa jenis-jenis satwa maupun

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DIURNAL PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DI DESA SUNGAI DERAS KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

MONITORING LINGKUNGAN

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. 1 Sehingga dalam jenis

Keanekaragaman jenis burung di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar Pekon

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega-biodiversity dengan tingkat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Pemangku Kebijakan

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

SUAKA ELANG: PUSAT PENDIDIKAN BERBASIS KONSERVASI BURUNG PEMANGSA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PANTAI TANJUNG PAPUMA JEMBER

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Transkripsi:

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Studi Keanekaragaman Avifauna Sebagai Sarana Edukasi Ekowisata Birdwatching di Kawasan Wisata Kondang Merak, Malang. Sofyan Aris dan Aunurohim Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: aunurohim@bio.its.ac.id Abstrak Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Burung merupakan indikator yang sangat baik untuk kesehatan lingkungan dan nilai keanekaragaman hayati lainnya dan sebagai sumber ispirasi dan keindahan.. Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan studi yang bertujuan untuk mengetahui komposisi, keanekaragaman jenis burung serta kecenderungannya terhadap ketiga tipe habitat guna mengembangkan potensi burung sebagai sarana edukasi ekowisata birdwatching pada kawasan Wisata Kondang Merak, Malang. Metode yang digunakan untuk pengambilan data adalah metode transek (jelajah). Metode ini digunakan dengan cara menjelajahi sepanjang jalur pengamatan dan titik potensial (tipe habitat). Analisa data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dan kuantitatif, analisa keanekaragaman, dan analisa dengan metode ordinasi. Hasil penelitian menunjukkan jenis burung yang ditemukan di Kawasan Wisata Kondang Merak adalah 45 jenis (25 famili) dan nilai keanekaragaman burungnya adalah 2,7. Jenis-jenis burung yang memiliki daya tarik berupa bulu dan/ cara terbang yaitu 24 jenis dan 2 jenis berupa suara. Kata Kunci Ekowisata, Birdwatching, Keanekaragaman, Burung I. PENDAHULUAN PARIWISATA merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Badan Pusat Statistika (BPS) menunjukkan bahwa di Indonesia kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 652.692 orang di Januari 2012. Menurut [1], prinsip-prinsip ekowisata (ecotourism) adalah meminimalisir dampak, menumbuhkan kesadaran lingkungan dan budaya, memberikan pengalaman positif pada turis (visitors) maupun penerima (hosts), memberikan manfaat dan pemberdayaan masyarakat lokal. Ekowisata dalam era pembangunan berwawasan lingkungan merupakan suatu misi pengembangan wisata alternatif yang tidak menimbulkan banyak dampak negatif, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kondisi sosial budaya. Burung merupakan komponen ekosistem yang menjadi sumber inspirasi dan memberikan kesenangan kepada masyarakat Indonesia karena keindahan suara dan bulunya. Burung juga merupakan indikator yang sangat baik untuk kesehatan lingkungan dan nilai keanekaragaman hayati lainnya). Kondang Merak merupakan kawasan wisata pantai yang berlokasi di Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang [2]. [3] menjelaskan bahwa kawasan Kondang Merak memiliki area pantai yang luas dengan pasir yang putih bersih, ombak besar, pesisir pantai yang rindang oleh pepohonan, serta batu karang yang besar-besar. Pemerintah Kabupaten Malang menjelaskan bahwa selama ini kawasan wisata Pantai Kondang Merak memiliki pengunjung sekitar 8.500 orang pengunjung setiap tahun. Pemerintah Kabupaten Malang juga menyebutkan bahwa selama ini hanya memaksimalkan kawasan wisata Kondang Merak melalui sektor keindahan pantai serta sektor perikanan yang dihasilkan oleh para nelayan setempat. Akan tetapi, dengan kondisi kawasan wisata Kondang Merak yang memiliki pantai dan pepohonan yang menurut [4] merupakan habitat dari burung membuat kawasan tersebut berpotensi sebagai kawasan ekowisata yang digunakan sebagai sarana edukasi. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan studi yang bertujuan untuk melihat komposisi, keanekaragaman jenis-jenis burung, status, dan penampakan morfologi sebagai daya tarik untuk sarana edukasi ekowisata berbasis Birdwatching yang ditujukan untuk pengunjung di kawasan wisata pantai Kondang Merak. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai pengubah kebijakan Pemerintah setempat untuk mengeksplorasi tentang potensi kawasan wisata Kondang Merak sebagai sarana edukasi ekowisata birdwatching. II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel berada di kawasan wisata Kondang Merak, Malang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2014 dengan durasi pengambilan data yakni pada pagi hari hingga sore hari (06.00-18.00 WIB) selama tujuh hari. B. Pengambilan Data Metode yang digunakan untuk pengambilan data adalah metode transek (dalam penelitian ini disebut metode jelajah). Metode ini digunakan dengan cara menjelajahi sepanjang jalur pengamatan dan titik potensial (tipe habitat). Metode transek digunakan untuk menjangkau areal yang luas dengan waktu yang relatif singkat yang sesuai untuk tahap eksplorasi. Jalur

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 2 pengamatan ditentukan dengan melihat tipe habitat dan merupakan jalur satu-satunya di kawasan wisata Kondang Merak yang memungkinkan untuk dilewati. Dari hasil studi pendahuluan, jarak pengamatan burung sehingga dapat diidentifikasi, baik secara visual maupun suara adalah 100 meter (kanan dan kiri jalur). Data yang dicatat meliputi waktu dan tanggal, cuaca, jenis burung, jumlah, perilaku yang sedang teramati, dan habitat atau lokasi. Berdasarkan data yang diperoleh, data jenis dan kelimpahan pada masingmasing habitat dipisahkan. Selanjutnya diberi keterangan mengenai status keterancaman dan perlindungannya. Hasil akhir rekapan data akan berbentuk tabel daftar jenis burung yang ditemukan di kawasan wisata Kondang Merak, Malang. C. Analisa Data Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif Analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang didapat dari data yang didapatkan dengan menjabarkan jenis spesies burung yang ditemukan beserta jumlahnya burung dan selanjutnya akan dianalisa kelimpahan, status keterancaman menurut IUCN dan CITES, status perlindungan yakni PP No.7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa; dan tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar menurut PP No.8 tahun 1999 [5] untuk keanekaragaman yang kemudian dikaitkan dengan waktu, cuaca, dan deskripsi lokasi pengambilan sampel. Kualitatif dilihat dari ada tidaknya jenis yang ditemukan, serta status keterancaman jenis yang ditemukan pada lokasi pengambilan sampel. Sedangkan kuantitatif dilihat dari jumlah individu tiap jenis yang ditemukan di lokasi pengambilan sampel. D. Analisa Data Keanekaragaman Burung Kelimpahan merupakan total jumlah individu burung yang ditemukan selama pengamatan. Indeks kelimpahan memberikan gambaran suatu komposisi jenis dalam komunitas. Untuk mengetahui kelimpahan tiap jenis maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut [6]: Windows 4.5. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Keanekaragaman Jenis Burung di Kondang Merak Dari penelitian yang dilakukan berhasil didata sebanyak 45 jenis burung yang berada di Kawasan Wisata Kondang Merak. Komposisi dari 45 jenis tersebut terdiri dari 25 famili yaitu Accipitridae, Aegithinidae, Alcedinidae, Apodidae, Ardeidae, Artamidae, Campephagidae, Capitonidae, Columbidae, Coraciidae, Cuculidae, Dicaeidae, Estrildidae, Eurylaimidae, Fregatidae, Hemiprocnidae, Hirundinidae, Laridae, Nectariniidae, Phasianidae, Picidae, Pittidae, Pycnonotidae, Sylviidae, dan Timaliidae. Tidak semua jenis dapat di temui di masing-masing lokasi pengambilan data, di lokasi hutan hujan ditemukan sebanyak 34 jenis, di lokasi hutan musim terdapat 16 jenis, dan di lokasi hutan pantai ditemukan 23 jenis. Gambar 3.1 Grafik persentase komposisi famili burung di Kawasan Wisata Kondang Merak, Malang Keterangan: Pi = nilai kelimpahan burung Ni = jumlah individu jenis i N = jumlah total individu Sedangkan menurut [7] analisa data dalam untuk menentukan keanekaragaman jenis menggunakan rumus : Keterangan : Pi = nilai kelimpahan burung ln = logaritma dasar H = indeks keanekaragaman Shanon-Wiener E. Analisa Data dengan Metode Ordinasi Metode ordinasi distribusi burung berdasarkan tipe habitat dan kecenderungan jenis burung terhadap tiga tipe habitat diolah dengan menggunakan DCA (Detrended Correspondence Analysis) dalam program Canoco for Gambar 3.2 Grafik persentase komposisi jenis burung di Kawasan Wisata Kondang Merak, Malang

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 3 Gambar 4.1 dan 4.2 menunjukkan komposisi famili dan jenis burung yang ada di Kawasan Wisata Kondang Merak. Dari data yang didapat pada pada penelitian ini nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wienernya adalah di atas 2. Nilai indeks keanekaragaman burung berkisar antara 1,5 sampai 3,5. Keanekaragaman dikatakan rendah apabila H bernilai < 1,5; dikatakan sedang apabila H bernilai 1,5 3,5; dan dikatakan tinggi apabila H bernilai > 3,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman burung di Kawasan Wisata Kondang Merak adalah sedang yaitu 2,7. Keanekaragaman pada ketiga tipe habitat secara berturut-turut dari tingkat tertinggi hingga terendah yaitu hutan pantai (2,555), hutan hujan (2.467), dan hutan musim (2,299). Keanekaragaman jenis burung di suatu daerah dapat mencerminkan keutuhan ekosistem dan keanekaragaman hayati di dalamnya. Burung sebagai indikator keanekaragaman hayati berfungsi untuk mengidentifikasi daerah-daerah kaya keanekaragaman hayati, sangat penting dilakukan di dalam menyusun strategi pelestarian keanekaragaman hayati untuk mencegah terus berlanjutnya kerusakan dan menjamin ketersediaan sumberdaya (manusia, dana, dan waktu) diarahkan dengan cepat. 3.2 Morfologi Burung di Kondang Merak Menurut [8] proses identifikasi dapat dipermudah dengan memperhatikan (gabungan) karakteristik khusus yang terdapat pada suatu jenis. Pada beberapa buku panduan identifikasi jenis, karakteristik tersebut biasanya ditunjukkan dengan tanda garis pada bagian tubuh tertentu. Beberapa karakteristik utama yang harus diperhatikan adalah bentuk dan panjang paruh. Untuk mempermudah identifikasi, para pengamat biasanya mengelompokkan jenis-jenis burung air pada kelompok tertentu yang akan memudahkan identifikasi, yaitu perilaku makan, seperti memasukkan paruh kedalam substrat, mengambil makanan di permukaan, dan lainnya. Dengan adanya data morfologi tersebut dapat memudahkan pengunjung untuk mengidentifikasi burung-burung yang berada di Kawasan Wisata Kondang Merak, Malang. Gambar 3.3 Grafik persentase tipe paruh burung di Kawasan Wisata Kondang Merak, Malang Tipe paruh yang sering di temukan adalah tipe pemakan serangga, yaitu sejumlah 33%. Dari data tipe paruh burung yang ditemukan di Kawasan Wisata Kondang Merak dapat diketahui bahwa kondisi alam di Kawasan Wisata Kondang Merak menyediakan serangga paling banyak dibandingkan sumber makanan lain seperti buah dan biji. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah jenis yang bertipe paruh pemakan serangga, pemakan biji, dan tipe paruh yang lainnya. Untuk tipe kaki burung-burung yang berada di Kawasan Wisata Kondang Merak dapat dilihat pada gambar 3.3. Kaki petengger merupakan jenis kaki yang paling banyak ditemui yaitu dengan persentase 38%. Tipe kaki pada burung biasanya cenderung disesuaikan dengan makanan dan tempat mencari makannya. Sebagai contoh tipe kaki pemburu memiliki postur kaki yang pendek dan memiliki cakar yang panjang yang bertujuan untuk mencengkeram mangsanya dengan kuat. Selain itu burung dengan tipe kaki berjalan pada genangan air memiliki kaki yang lebih panjang agar dapat tetap berjalan mencari makanan pada habitat yang menggenang. 3.3 Status Konservasi dan Keterancaman Burung di Kondang Merak Dari penelitian yang dilakukan terdapat 13 jenis burung yang dilindungi oleh PP tiga diantaranya merupakan spesies yang endemik di jawa yaitu Cekakak Jawa, Elang Jawa, dan Takur Tulung Tumpuk. Dari data yang diperoleh terdapat 6 jenis burung yang termasuk dalam lampiran 2 CITES yaitu Alap-alap Capung, Elang Jawa, Elang Perut-karat, Elang-laut Perut Putih, Elang-ular Bido, dan Paok Pancawarna. Untuk status IUCN terdapat jenis burung yang dikategorikan pada status VU (Vulnerable) yaitu Bubut Jawa, EN (Endangered)

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 4 yaitu Elang Jawa, dan NT (Near Threatened) yaitu Takur Tulung Tumpuk dimana ketiganya juga dikategorikan sebagai burung endemik. Pada data yang diperoleh ditemukan dua spesies endemik akan tetapi dikategorikan pada status LC (Least Concern). Selain itu juga ditemukan tiga spesies migran yaitu Cikalang Kecil, Elang-perut Karat, dan Kuntul Karang. 3.4 Jalur Pengamatan Burung di Kondang Merak Pada penelitian ini jalur pengamatan yang ada terdiri dari tiga macam hutan yaitu hutan hujan, hutan musim, dan hutan pantai. Kondisi jalur sedikit naik-turun tetapi lebar sehingga pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan bermotor ataupun jalan kaki serta tidak membahayakan keselamatan pengunjung. Perjalanan ekowisata birdwatching dapat dimulai dari hutan hujan. Perjalanan yang ideal dimulai pada pukul 06.00 WIB. Di hutan hujan terdapat 16 jenis burung yang khas yaitu Alap-alap Capung, Ayam-hutan Merah, Bondol Jawa, Bondol Haji, Caladi Tikotok, Ciungair Jawa, Cucak Kuning, Elang Jawa, Elang Perut-karat, Elangular bido, Jingjing Batu, Kadalan Birah, Paok Pancawarna, Sempur-hujan Rimba, Takur Tenggeret, dan Tionglampu Biasa. Pada pukul 09.30 WIB lokasi ini akan menyuguhkan atraksi dari burung Elang Jawa dan Elang-ular Bido yaitu soaring. Pada area hutan musim terdapat dua spesies khas yaitu Pelatuk Kijang dan Perkutut Jawa. Pada area hutan pantai terdapat 8 spesies yang khas yaitu Burungmadu Kelapa, Cabai-bunga api, Cikalang Kecil, Daralaut Tengkuk Hitam, Elang-laut Perut Putih, Kekep Babi, Kuntul Karang, dan Layang-layang Api. Ciri khas tersebut dapat diilustrasikan pada gambar (Lampiran). 3.5 Kriteria Potensi Ekowisata Burung Kondang Merak Kondang Merak memiliki keindahan panorama, bentang alam, suasana alami, dan keunikan yang merupakan suatu kelebihan yang bisa dikembangkan. Nilai indeks keanekaragaman jenis pada pada kawasan ini juga relatif baik yaitu mencapai di atas 2 baik keseluruhan maupun pada setiap tipe habitat. Selain itu beragam keunikan alam seperti keanekaragaman burung seperti Elang Jawa, Cekakak Jawa, dan Takur Tulung Tumpuk yang merupakan burung endemik memberikan banyak variasi wisata yang bias dikembangkan, salah satunya ekowisata berbasis birdwatching. Selain endemisitas yang ada pada kawasan tersebut juga terdapat beberapa keunggulan yang mendukung dikembangkannya wilayah ini sebagai ekowisata birdwatching yaitu daya tarik seperti adanya burung migran antara lain Elang-perut Karat dan Kuntul Karang. Daya tarik di bidang suara dan morfologi yang khas dari burung yang ada di kawasan ini juga memiliki nilai tambah untuk dijadikannya kawasan ini sebagai kawasan ekowisata burung. untuk identifikasi burung atau pengamatan perilaku burung seperti burung elang. Pengamatan perilaku burung juga dapat digunakan sebagai salah satu kegiatan evaluasi keadaan spesies pada suatu wilayah. Selain kegiatan pengamatan perilaku juga dapat diterapkan kegiatan penanaman pohon untuk menjaga kelestarian habitat tempat burung tinggal. Vegetasi tumbuhan yang baik secara struktural dapat digunakan untuk mencegah pengunjung untuk mendekati atau mengganggu burung. Vegetasi yang lebat dan lebih pendek mencegah pengunjung ataupun hewan peliharaan untuk keluar dari jalur pengamatan yang dapat mengganggu aktivitas berbiak dari burung. Vegetasi juga dapat digunakan burung untuk mengurangi dampak secara langsung akibat kebisingan serta sebagai tempat berlindung bagi burung [9]. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kawasan Wisata Kondang Merak, Malang; maka dapat disimpulkan bahwa Kondang Merak layak untuk dijadikan sebagai kawasan ekowisata burung dengan potensi sebagai berikut. 1. Total jenis burung yang ditemukan di Kawasan Wisata Kondang Merak, Malang adalah 45 jenis (25 famili) dan nilai keanekaragaman burung pada ketiga tipe habitat secara berturut-turut dari tingkat tertinggi hingga terendah yaitu hutan pantai (2,555), hutan hujan (2.467), dan hutan musim (2,299). 2. Jenis-jenis burung yang terancam menurut IUCN redlist adalah 3 jenis burung, 6 jenis terdaftar dalam lampiran CITES, dan 13 jenis burung dilindungi oleh PP. 3. Berdasarkan status sebaran burung, di Kawasan Wisata Kondang Merak, Malang ditemukan 3 jenis burung migran dan 7 jenis burung endemik. Selain itu juga terdapat burung berstatus En (Endangered) yaitu burung Elang Jawa yang ditemukan pada area hutan hujan. 4. Jenis-jenis burung yang memiliki daya tarik berupa bulu dan/ cara terbang yaitu 24 jenis dan 2 jenis berupa suara. 3.6 Konsep Penerapan Edukasi Ekowisata Kondang Merak memiliki berbagai macam kriteria potensi ekowisata yang cukup banyak. Potensi tersebut dapat diterapkan dalam berbagai kegiatan edukasi seperti pengamatan morfologi burung dimana dapat belajar cara

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 5 LAMPIRAN Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang [2] Anonim. 2014. Pantai Kondang Merak. http://www.malangkab.go.id/paket-wisata-01-111.html. Diakses pada tanggal 17 Maret 2014 [3] Noor, A. S. 2012. Pengembangan Pemanfaatan Peta Digital untuk Mendukung Sistem Informasi Pariwisata Pantai di Kabupaten Malang. Tugas Akhir. Universitas Negeri Malang. Malang [4] Rusmendro, H. 2009. Keberadaan Jenis Burung pada Lima Stasiun Pengamata di Sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung, Depok- Jakarta. VIS VITALIS, Vol. 02 No.2, September 2009 [5] Sukmantoro. W. 2007. Daftar Burung Indonesia no.2. Indonesian Ornithologists Union. Bogor [6] Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta [7] Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gajahmada University Press. Yogyakarta [8] Howes, J. 2003. Panduan Studi Burung Pantai. Wetland International- Indonesian Programme. Bogor [9] Wolf, I. D. 2013. Vegetation Moderates Impacts Of Tourism Usage On Bird Communities Along Roads And Hiking Trails. Elsevier, Australia Keterangan : 1 Hieraaetus kienerii 10 Micropternus brachyurus 2 Eurystomus orientalis 11 Aegithina tiphia 3 Microhierax fringillarius 12 Pitta guajana 4 Spizaetus bartelsi 13 Sterna sumatrana 5 Rhamphococcyx curvirostris 14 Halcyon chloris 6 Centropus nigrorufus 15 Anthreptes malacensis 7 Halcyon cyanoventris 16 Cinnyris jugularis 8 Megalaima javensis 17 Haliaeetus leucogaster 9 Chalcophaps indica Gambar Ilustrasi jalur pengamatan dan lokasi ditemukannya burung UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Aunurohim, S. Si., DEA selaku Dosen Pembimbing sehingga terselesaikannya penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada ayahanda dan ibunda, adik-adik serta keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Penelitian ini juga tidak lepas dari bantuan dan dukungan teman-teman seperjuangan angkatan 2009, dan seluruh pihak yang tidak dapat saya sebut satu persatu. DAFTAR PUSTAKA [1] Kurnianto, I.R. 2008. Pengembangan Ekowisata ( Ecotourism) Di Kawasan Waduk Cacaban Kabupaten Tegal. Tesis. Program Studi