1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menjadi suatu kenyataan yang dihadapi setiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Proses interaksi dan saling pengaruh memengaruhi, bahkan pergesekan kepentingan antarbangsa terjadi dengan sangat cepat dan semakin kompleks. Batas-batas teritorial negara tidak lagi menjadi pembatas bagi kepentingan masing-masing negara. Di bidang ekonomi dan politik terjadi persaingan seperti perdagangan bebas yang semakin ketat, sehingga mempersulit posisi negara-negara miskin. Indonesia sebagai anggota masyarakat dunia juga tidak dapat mengasingkan diri dari pergaulan internasional, terutama dalam perdagangan bebas. Perkembangan globalisasi mendorong terjadinya pergerakan aliran modal dan investasi ke berbagai penjuru dunia dan terjadi pula migrasi penduduk atau pergerakan tenaga kerja antarnegara. Pergerakan tenaga kerja berlangsung karena investasi yang dilakukan di negara lain pada umumnya membutuhkan pengawasan secara langsung oleh pemilik modal/investor. Guna menjaga kelangsungan usaha dan investasinya, pemilik modal juga membutuhkan tenaga-tenaga terampil yang bisa dipercaya dalam mengelola investasinya di negara tujuan. Untuk kepentingan tersebut pemilik modal 1
2 membawa serta beberapa tenaga kerja dari negara asalnya atau negara lain sebagai tenaga kerja asing di negara tujuan. 1 Modal asing diharapkan dapat lebih merangsang dan menggairahkan iklim dan kehidupan dunia usaha dalam berbagai bidang usaha di Indonesia. Dengan demikian investor asing yang membawa dana, teknologi dan tenaga ahli asing dapat mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan industrialisasi serta menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas. Menurut H.S.Syarif 2, adanya pemasukan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri telah memungkinkan masuknya atau digunakannya tenaga kerja warga negara asing pendatang. Sebagai negara berkembang, Indonesia tidak dapat menghindari masuknya tenaga kerja asing (selanjutnya disingkat TKA) dengan memperhatikan kepentingan pasar kerja bebas (globalisasi dan liberalisasi) serta kepentingan nasional, bahwa dalam pembangunan nasional diperlukan modal/investasi, teknologi dan tenaga ahli asing karena pasar kerja dalam negeri belum sepenuhnya mampu menyediakan tenaga ahli baik secara kuantitas maupun kualitas 3. TKA diperlukan mengingat keterbatasan kualitas sumber daya manusia dalam negeri untuk mengoperasikan teknologi maju dan sekaligus untuk melakukan alih pengetahuan kepada tenaga kerja 1 Syahmardan, 2011, Jurnal legislasi Indonesia, Direktorat Jenderal Peraturan Perundang- Undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Jakarta, hlm. 500. 2 H. S. Syarif, 1996, Pedoman Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 2. 3 Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 2003, Pemahaman Pasal-pasal Utama Undang-undang Ketenagakerjaan (UU No 13/2003), Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Jakarta, hlm. 13.
3 Indonesia 4. Dalam beberapa kualifikasi jabatan tertentu yang belum dikuasai oleh tenaga kerja Indonesia, TKA dipekerjakan dengan penunjukan pendampingan tenaga kerja Indonesia sehingga akan terjadi transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia. 5 Kebutuhan akan TKA khususnya tenaga kerja yang memiliki keahlian (high-skilled) seiring dengan kemajuan ekonomi suatu negara. Bukan hanya Indonesia, negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada juga menerapkan kebijakan pintu terbuka bagi tenaga ahli asing dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masing-masing negara tersebut 6. Hanya saja, dalam penggunaan tenaga kerja asing di berbagai negara itu memiliki ketentuan persyaratan sesuai penggunaannya. Demikian halnya di Indonesia terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemberi kerja atau perusahaan yang mempekerjakan TKA. Persyaratan itu antara lain,pemberi kerja yang mempekerjakan TKA harus memiliki tenaga kerja Indonesia pendamping sesuai dengan bidang dan keahlian tenaga kerja asing tersebut dalam menempati suatu jabatan agar tenaga kerja Indonesia dapat menggantikan posisi TKA yang didampinginya. Sebagai konsekuensi dari globalisasi dan liberalisasi perdagangan serta investasi, jumlah TKA yang bekerja di Indonesia cenderung mengalami 4 Sumarprihatiningrum, 2006, Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia, Himpunan Pembina Sumber Daya Manusia Indonesia, Jakarta, hlm.viii. 5 Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 2007, Studi Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Pemetaan TKA 2003-2006), Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi Pusat Litbang Ketenagakerjaan, Jakarta, hlm. 29. 6 ZulkarnainSitompul, http://zulsitompul.wordpress.com/2008/07/09/investasiasing-di-in, diakses 12 Maret 2014.
4 peningkatan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Apalagi Indonesia sebagai bagian dari komunitas dunia WTO (World Trade Organization) yang telah meratifikasi persetujuan WTO melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) semakin memperbesar peluang masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia. WTO mewajibkan kepada setiap negara anggotanya untuk membuka akses pasarnya bagi penyedia jasa asing. Sebagai anggota WTO, Indonesia tunduk pada kewajiban yang diamanatkan dalam perjanjian tersebut. 7 Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, jumlah TKA di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 68.957 orang, meningkat 18,70% dibadingkan tahun 2009 yang masih berjumlah 58.091 orang. Dari jumlah itu, TKA asal China paling banyak, menyusul Jepang, Korea Selatan, India, Malaysia dan Amerika Serikat. Dilihat dari sektor usaha, TKA di Indonesia lebih banyak bekerja di sektor perdagangan dan jasa, disusul sektor industri dan sektor pertanian. 8 TKA merupakan suatu kebutuhan dalam pembangunan ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia, tetapi pemerintah tetap membatasi dan mengawasi penggunaan TKA melalui peraturan perundang-undangan. Tujuan pengaturan mengenai TKA ditinjau dari aspek hukum ketenagakerjaan, pada dasarnya adalah untuk menjamin dan memberi kesempatan kerja yang layak 7 Agusmidah, 2010, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Dinamika dan Kajian Teori), Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 120. 8 Ringkang Gumilang, 2014, Isu Pekerja Asing Krusial, Bisnis Indonesia, Jakarta, PT. Jumalindo Aksara Grafita, 29 Maret 2014, hlm. 1.
5 bagi warga negara Indonesia di berbagai lapangan dan level 9. Pembatasan penggunaan TKA bukan dimaksudkan untuk melakukan diskriminasi terhadap TKA, tetapi untuk mengutamakan penggunaan tenaga kerja Indonesia. TKA tetap dibutuhkan terutama untuk mengisi kekosongan keahlian dan kompetensi di bidang tertentu yang belum dapat dilakukan oleh tenaga kerja Indonesia. Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan membatasi jabatan-jabatan yang dapat diduduki oleh TKA. TKA dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau jabatan-jabatan tertentu sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 40 Tahun 2012 tentang Jabatan-Jabatan Tertentu Yang Dilarang Diduduki Tenaga Kerja Asing. Dalam hal penanaman modal, Undang-Undang No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menegaskan bahwa perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja harus mengutamakan tenaga kerja warga negara Indonesia. Perusahaan penanaman modal berhak menggunakan tenaga ahli warga negara asing untuk jabatan dan keahlian tertentu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Perusahaan penanaman modal yang mempekerjakan tenaga asing diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan melakukan alih teknologi kepada tenaga kerja warga negara Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 10). Selain kedua undang-undang tersebut di atas, penggunaan TKA juga diatur di dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 75 Tahun 1995 tentang 9 Agusmidah, op. cit. hlm. 111.
6 Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang. Keppres ini mewajibkan pengutamaan penggunaan tenaga kerja Indonesia di bidang dan jenis pekerjaan yang tersedia, kecuali jika ada bidang dan jenis pekerjaan yang tersedia belum atau tidak sepenuhnya diisi oleh tenaga kerja Indonesia. Dengan demikian sedikitnya terdapat tiga regulasi yang mengatur penggunaan TKA di Indonesia, yaitu Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU No 13/2003), Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU No 25/2007) dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 1995 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang. Mengenai pengawasan orang asing diatur dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Di dalam UU No 13/2003, penggunaan TKA diatur dalam Bab VIII Pasal 42 sampai Pasal 49. Pasal 42 ayat (4) menyebutkan bahwa TKA dapat dipekerjakan di Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan tertentu dan waktu tertentu. Dengan demikian, perjanjian kerja yang berlaku bagi TKA adalah perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT). Menurut UU No 13/2003 terdapat dua macam perjanjian kerja, yaitu (a) perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT) dan (b) perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT). Perjanjian kerja menurut UU No 13/2003 adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syaratsyarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh, perjanjian kerja
7 harus dibuat atas dasar kesepakatan kedua belah pihak, namun tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perjanjian kerja sekurang-kurangnya harus memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh. Kedua aspek perjanjian kerja tersebut harus sesuai dengan peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 61 UU No 13/2003 menyebutkan sejumlah alasan yang menyebabkan berakhirnya perjanjian kerja. Selanjutnya, Pasal 62 menyebutkan apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61, maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja/buruh sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja. Di dalam praktik sering terjadi perjanjian kerja berakhir karena adanya perbedaan pendapat antara pengusaha dengan pekerja/buruh mengenai hak, perselisihan kepentingan, pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antarserikat pekerja/buruh buruh dalam satu perusahaan. Perselisahan terjadi karena salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja di luar alasan-alasan yang disebutkan dalam Pasal 61 UU No 13/2003. Sesuai ketentuan perundangundangan, penyelesaian perselihan hubungan industrial dilakukan berdasarkan ketentuan UU No 13/2003 tentang Ketenagakerjaan juncto
8 Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan studi kasus pemutusan hubungan kerja yang dilakukan PT X terhadap tenaga kerja asing DS sebelum kontrak kerja atau perjanjian kerja waktu tertentu berakhir, tanpa memberikan kompensasi atau membayar gaji atas sisa kontrak kerja DS selama 28 bulan (Maret 2007 sampai Juni 2009). PT X melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak dengan merujuk pada Staff Additional Terms & Condition Code of Ethics & Confidentiality Agreement (Syarat-syarat Tambahan Bagi Staf, Kode Etik dan Perjanjian Kerahasiaan), yang salah satu ketentuannya mengenai pengakhiran kerja (Termination) pada butir 5 (ii) menyatakan tergugat berhak tanpa membayar ganti rugi kepada penggugat apabila penggugat lalai, tidak jujur, dinyatakan bersalah oleh pengadilan atau melanggar kebijakan perusahaan, absen tanpa alaasan atau izin atau perusahaan dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, merupakan syarat kerja yang tidak sesuai dengan hukum karena hanya memberikan hak kepada tergugat untuk mengakhiri hubungan kerja. Oleh karena tidak tercapai kesepakatan damai melalui perundingan bipartit dan mediasi, akhirnya tenaga kerja asing DS mengajukan tuntutan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat agar pengadilan menyatakan Staff Additional Terms & Conditions Code of Ethics & Confidentiality Agreement tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum dan menghukum PT X membayar gaji atas sisa kontrak kerjanya selama 28 bulan. Pengadilan Hubungan Industrial
9 mengabulkan gugatan dan tuntutan DS, akan tetapi Mahkamah Agung pada tingkat kasasi membatalkan putusan Pengadilan Hubungan Industrial tersebut dan mengabulkan permohonan PT X. Putusan Mahkamah Agung No 156 K/Pdt.Sus/2009 menyatakan Staff Additional Terms & Conditions Code of Ethics & Confidentiality Agreement sah dan mempunyai kekuatan hukum. Adapun yang tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum dari Staff Additional Terms & Conditions Code of Ethics & Confidentiality Agreement adalah ketentuan pada butir 5 (ii) tentang Pengakhiran (Termination) karena substansi isinya bertentangan dengan Peraturan Perusahaan PT X dan UU Ketenagakerjaan. Atas putusan kasasi tersebut DS mengajukan permohonan Peninjauan Kembali (PK). Putusan Mahkamah Agung atas permohonan PK tersebut (Putusan No.017 PK/Pdt.Sus/2011) menyatakan menolak permohonan PK DS dengan alasan putusan judex yuris sudah tepat dan benar. Oleh karena itu dalam melakukan analisis yuridis terhadap pemutusan hubungan kerja DS, penulis mendasarkan pada pertimbangan hukum putusan kasasi Mahkamah Agung No 156 K/Pdt.Sus/2009 tanggal 8 April 2009 yang sudah berkekuatan hukum tetap. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan 2 (dua) permasalahan pokok dalam penelitian ini yaitu : 1. Mengapa perjanjian kerja/kontrak kerja yang tertuang dalam Staff Additional Term & Conditions Code of Ethics & Confidentiality
10 Agreement (Syarat-syarat Tambahan bagi Staf, Kode Etik dan Perjanjian Kerahasiaan) dinyatakan sah dan memiliki kekuatan hukum mengikat menurut putusan Mahkamah Agung Nomor: 017 PK/PDT.SUS/2011? 2. Bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan pemutusan hubungan kerja terhadap TKA di PT X? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu bagi tenaga kerja asing pada PT X berdasarkan Undang-Undang No 13 Tahun 2003 dan Staff Additional Terms & Conditions Code of Ethics & Confidentiality Agreement sebagai rujukan dalam pemutusan hubungan kerja. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum pemutusan hubungan kerja terhadap tenaga kerja asing di PT X berdasarkan putusan Mahkamah Agung No.017 PK/Pdt.Sus/2011. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat dan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam menyikapi perjanjian kerja/kontrak kerja antara pekerja atau tenaga kerja asing dengan perusahaan.
11 Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pengembangan khasanah ilmu pengetahuan umumnya dan pengembangan hukum ketenagakerjaan pada khususnya. Selain itu penelitian diharapkan memberikan informasi dan gambaran yang mendalam kepada para pekerja kontrak (TKA) dan para pengusaha, apabila mereka terlibat perselisihan pemutusan hubungan kerja, sehingga dapat melakukan pilihan yang tepat dalam menyelesaikan perselisihan tersebut. E. Keaslian Penelitian Setelah penulis melakukan penelusuran pada Program Studi Hukum Bisnis dan Perpustakaan Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Jayabaya, dapat dipastikan bahwa penelitian tentang, Analisis Yurudis terhadap Pemutusan Hubungan Kerja Tenaga Kerja Asing Pada Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung No.017/PK/PDT.SUS/2011) belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini benar-benar dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Seluruh materi dalam penulisan tesis ini diangkat dari pemikiran penulis dengan menggunakan berbagai sumber ilmiah, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan kemurniannya. Jika ditemukan tesis dengan tema yang sama atau hampir sama, maka tesis ini akan melengkapi tulisan yang sudah ada.