BAB I PENDAHULUAN. Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Usana Offset Printing: Surabaya, 1981, hlm

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Islam dimana norma-norma agama senantiasa dijadikan sumber pegangan. 1

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Ali Rohmad, Pengelolaan Kelas Bekal Calon Guru Berkelas, Kaukaba, Yogyakarta, 2015, hlm.5.

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Media Wacana Press, Yogayakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Diantaranya adalah masalah guru, siswa dan materi. Kegiatan proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka Belajar, 2009), hlm Rosdakarya, 2011), hlm

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Terjemahnya, Diponegoro, Bandung, 2005, hlm. 6.

BAB I PENDAHULUAN. 2000), hlm Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan

BAB I PENDAHULUAN. Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Kukaba, Yogyakarta, 2012, hlm.

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal

pelajar/mahasiswa untuk dapat melanjutkan studinya ke perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Dwi Prasetia Danarjati, dkk, Psikologi Pendidikan, Graha Ilmu, Yogjakarta, 2014, Hlm.3 2

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek yang selalu dan harus ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. 2010, hlm 2 3 Sulistyorini, Muhammad Fathurrohman, Esensi Manajemen Pendidik Islam Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 54.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bidang pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkepribadian baik dan mempunyai kecerdaan yang unggul

BAB I PENDAHULUAN. baik, tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM PAI DI SMPN 1 DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya. Pendidikan diarahkan agar peserta didik memiliki spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013, hlm Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1. belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas baik. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan berbagai cara,

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Menurut Usman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. generasi bangsa yang dapat membuat bangga negaranya.


BAB I PENDAHULUAN. bahwa peserta didik telah memiliki bakat, fitrah minat, motivasi dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah masalah yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Hasil observasi proses pembelajaran mata pelajaran Fiqih kelas VIII MTs Rohmaniyyah Menur, Kamis, 16 Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika telah dituangkan untuk mempelajari matematika di tingkat sekolah lanjutan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di masa ini Indonesia sedang dilanda berbagai masalah baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk

BAB I PENDAHULUAN. menamabah jumlah alokasi dana untuk pendidikan, jumlah jam pelajaran, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. istilah tersebut adalah pendidikan dan pengajaran. Pengajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Hasil observasi awal pada tanggal 17 Februari 2016, Lampiran II, hlm. 191

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu tindakan (action) yang diambil oleh suatu

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

IMPLEMENTASI KELAS UNGGULAN (EXCELLENCE) AGAMA DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di SMPN 2 Pamekasan) Suwantoro

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidik (guru) adalah merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat penting, karena guru itulah yang akan bertanggung-jawab dalam pembentukan pribadi peserta didiknya. Terutama pendidikan Agama seorang guru mempunyai pertanggungjawaban yang lebih berat dibandingkan guru pada umumnya, karena selain bertanggung-jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai ajaran Islam, juga bertanggung jawab terhadap Allah SWT. 1 Guru atau pendidik yang bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi peserta didiknya juga harus memperhatikan kemampuan masingmasing peserta didik. Proses dapat didesain oleh guru sedemikian rupa. Idealnya, pendekatan untuk peserta didik pandai harus berbeda kegiatan peserta didik berkemampuan sedang atau kurang (walaupun untuk memahami konsep yang sama), karena peserta didik mempunyai keunikan masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman guru terhadap pendekatan, model, strategi, metode dan teknik tidak bisa diabaikan.2 Strategi yang diterapkan oleh guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat diterapkan berbagai metode. Dalam upaya menjalankan metode, guru dapat menentukan teknik yang dianggap relevan metode dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu guru yang lainnya.3 Penerapan sistematika seperti itu menandakan bahwa pendidikan sungguh 1 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Usana Offset Printing: Surabaya, 1981, hlm. 34. 2 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2014, hlm.1-2 3 Muhammad Rohman dan Sofan Amri, Strategi & Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran, Prestasi Pustakaraya: Jakarta, 2013, hlm. 28. 1

2 vital bagi kemajuan bangsa. Mengingat betapa pentingnya sektor pendidikan demi suksesnya pembangunan sumber daya manusia, berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan telah dilakukan dan sudah semakin berinovasi seperti sekarang ini. Banyak pula pembaruan demi lebih meningkatnya mutu pendidikan. Diantaranya, mengganti kurikulum yang secara otomatis diikuti berubahnya struktur buku-buku pelajaran. Selain itu, mengupayakan peningkatan kualitas guru-guru cara penataran, seminar-seminar dan latihan kerja. Begitu juga penyediaan sarana-prasarana bidang pendidikan. Diterapkannya usaha-usaha tersebut tentu saja menuntut pengorbanan moral dan material. Namun, segala upaya itu belum lagi menampakkan pencapaian target seperti yang diharapkan. Bukti tersebut dapat diketahui lewat hasil UAN yang tetap rendah tiap tahun. Lebih dari itu, keseharian peserta didik juga dapat mempengaruhi rendahnya nilai-nilai, dapat disaksikan baik melalui media massa maupun mengamati langsung, jumlah peserta didik yang malas kian melonjak. Meningkat pula angka kenakalan pelajar. 4 Berbicara mengenai metode dalam pendidikan, ada tiga bentuk metode, yaitu konvensional, progresif, dan liberal. Sekolah-sekolah sudah amat mengenal dan terbiasa metode konvensional. Karena itulah, metode ini yang kemudian melekat bak perangko. Ciri-ciri kelas yang masih menerapkan metode konvensional adalah jumlah peserta didik yang berlimpah, karena lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas. Dalam proses belajar mengajar peserta didik bersikap pasif. Menelan mentah-mentah ilmu yang disodorkan tanpa berniat mencernanya terlebih dahulu. Dalam menyerap pelajaran sekadar menghafal buku catatan. Dalam penguasaan bidang ilmu, seolah-olah guru serba tahu secara mutlak. Ceramah merupakan cara lazim yang wajib diterapkan. Peserta didik kurang terlibat secara aktif 4 Marjohan, School Healing: Menyembuhkan Problem Sekolah, PT Pustaka Insan Madani: Yogyakarta, 2009, hlm. 12

3 dalam proses belajar mengajar. Inilah penyebab suasana kelas dan belajar menjadi sangat membosankan.5 Pendapat menurut Marjohan tersebut tidak sepenuhnya salah bahwa dalam realitas di berbagai jenjang pendidikan guru sering menggunakan metode konvensional dalam setiap tanpa memperhatikan kebutuhan peserta didik. Metode konvensional seperti halnya ceramah memang sering kali diterapkan. Namun ceramah tidak wajar digunakan secara mandiri tanpa bantuan atau menggunakan metode mengajar lainnya. Ceramah dapat digunakan pada awal kegiatan belajar mengajar sebagai pengantar kegiatan dan pada akhir pelajaran sebagai penutup pelajaran, misalnya dalam mengumpulkan bahan pelajaran. Seperti halnya dalam surat An-Nahl: 125 Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.6 Bahan pelajaran/materi yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi peserta didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai sifat bahan dan tidak sesuai tujuan pengajaran. Karena itu, dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru sebaiknya memperhatikan dalam 5 Ibid,. Al Qur an surat an- Nahl ayat 125, Al Qur an Tajwid dan Terjemahnya Kementerian Agama Republik Indonesia, PT Sygma Examedia Arkanleema, Bandung, 2010, Hlm.281 6

4 pemilihan dan penentuan metode sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di kelas. Kesesuaian penentuan dapat metode mengantisipasi karakteristik kesalahan-kesalahan guru materi dalam. Diantara kesalahan-kesalahan tersebut adalah disteachia. Disteachia atau biasa disebut kondisi salah mengajar guru ini meliputi empat virus yaitu Teacher Talking Time, Text Book, Task Analysis, Tracking. Namun, yang difokuskan dalam penelitian kali ini hanya tiga yaitu Teacher Talking Time (sebagian besar waktu mengajar guru diisi ceramah), Text Book (terpacu pada buku pegangan peserta didik, Task Analysis (setiap penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik biasanya langsung masuk ke materi). Disteachia tampak sepele namun akan berdampak serius jika tidak ditindaklanjuti. Oleh karena itu, penyesuaian metode karakteristik materi sangatlah penting. Diharapkan adanya penyesuaian metode karakteristik materi dapat memberikan solusi terbaik bagi permasalahan mengajar guru dan sekaligus menjadikan peserta didik semangat dalam belajar. Untuk mengantisipasi terjadinya disteachia MTs. Manahijul Huda Ngagel sudah memberlakukan Akidah Akhlak yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Pembelajaran dilakukan berdasarkan kurikulum 2013, berbagai media dan alat-alat penunjang digunakan dalam Akidah Akhlak.7 Dalam guru selalu menerapkan sistem pergantian metode setiap pergantian materi. Untuk mendukung kekreatifan guru, berbagai upaya telah dilakukan salah satunya mengadakan sosialisasi IT oleh pihak sekolah.8 Dengan demikian, menjadi menyenangkan dan tidak membosankan. Peserta didik cenderung antusias dalam dan dapat menciptakan nilai yang memuaskan. 7 Hasil Wawancara Wafda Nailil Muna, selaku Guru Akidah Akhlak MTs. Manahijul Huda Ngagel Dukuhseti Pati, Pada Tanggal 13 Agustus 2016 8 Hasil Wawancara Muhammad Sholeh, selaku Waka Kurikulum MTs. Manahijul Huda Ngagel Dukuhseti Pati, Pada Tanggal 11 Agustus 2016

5 Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai cara mengajar guru yang ada di MTs. Manahijul Huda Ngagel Dukuhseti Pati, judul: Analisis Kesesuaian Penentuan Metode Dengan Karakteristik Materi Pembelajaran Untuk Mengantisipasi Disteachia Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Di MTs. Manahijul Huda Ngagel Dukuhseti Pati Tahun Pelajaran 2016-2017. B. Fokus Penelitian Pada penelitian ini, untuk membatasi agar pembahasan yang diteliti tidak melebar, maka penelitian difokuskan pada kesesuaian penentuan metode karakteristik materi maksud untuk mengantisipasi terjadinya Disteachia (salah mengajar) terjadi pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VII di MTs. Manahijul Huda Ngagel Tahun Pelajaran 2016-2017 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana cara guru menentukan metode karakteristik materi untuk mengantisipasi Disteachia pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VII di MTs. Manahijul Huda Ngagel Dukuhseti Pati Tahun Pelajaran 2016-2017? 2. Bagaimana pelaksanaan kesesuaian penentuan metode karakteristik materi untuk mengantisipasi Disteachia pada mata pelajarab Akidah Akhlak kelas VII di MTs. Manahijul Huda Ngagel Dukuhseti Pati Tahun Pelajaran 2016-2017? 3. Bagaimana dampak yang terjadi dalam kesesuaian penentuan metode karakteristik materi untuk mengantisipasi Disteachia pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VII di MTs. Manahijul Huda Ngagel Dukuhseti Pati Tahun Pelajaran 2016-2017?

6 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang pemikiran dan pokok-pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui cara guru menentukan metode karakteristik materi untuk mengantisipasi Disteachia pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VII di MTs. Manahijul Huda Ngagel Dukuhseti Pati Tahun Pelajaran 2016-2017 2. Untuk meneliti pelaksanaan kesesuaian penentuan metode karakteristik materi untuk mengantisipasi Disteachia pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VII di MTs. Manahijul Huda Ngagel Tahun Pelajaran 2016-2017. 3. Untuk membedakan dampak yang terjadi dalam kesesuaian penentuan metode karakteristik materi untuk mengantisipasi Disteachia pada mata pelajaran Akidah Akhlak kelas VII di MTs. Manahijul Huda Ngagel Tahun Pelajaran 2016-2017. E. Manfaat Penelitian Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, diharapkan dapat berguna baik dari segi teoretis maupun segi praktis. Adapun kegunaan atau manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini: 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran tentang kesesuaian penentuan metode karakteristik materi untuk mengantisipasi Disteachia pada mata pelajaran Akidah Akhlak. Diharapkan hasil penelitian ini akan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam menambah khazanah keilmuan bagi penulis dan juga pihak-pihak yang berkaitan. 2. Manfaat Praktis a. Guru: Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan guru khususnya guru Akidah Akhlak memperoleh informasi yang dapat digunakan

7 sebagai bahan untuk mengembangkan keterampilan maupun inovasi dalam. Dan juga untuk menghindari adanya disteachia. b. Bagi Madrasah: Sebagai bahan pertimbangan pihak madrasah untuk lebih memperhatikan. dan meningkatkan kualitas guru dalam