BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. kota besar yang ada di Indonesia dan banyak menimbulkan kerugian. Banjir merupakan bencana

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. Benua Australia dan Benua Asia serta terletak diantara dua Samudra yaitu

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk lahan perumahan, industri sehingga terjadi. penyimpangan guna lahan yang mengakibatkan meluapnya aliran aliran

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. air. Kota Medan dilintasi oleh beberapa sungai termasuk diantaranya Sungai Sei

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA)

Pengaruh Drainase Terhadap Lingkungan Jalan Mendawai dan sekitar Pasar Kahayan

BAB VIII KESIMPULAN. Eskalasi dan siklus banjir yang semakin pendek di Kota. Surabaya selama paruh kedua abad ke-20, terjadi karena

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB I PENDAHULUAN. negara ini baik bencana geologi (gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api)

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. Hujan yang terus-menerus mengguyur hampir seluruh wilayah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kewilayahan dalam konteks keruangan. yang dipelajari oleh ilmu tersebut. Obyek formal geografi mencakup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

NSPK Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Polusi maupun efek rumah kaca yang meningkat yang tidak disertai. lama semakin meninggi, sehingga hal tersebut merusak

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena antara manusia dan lingkungan memiliki hubungan yang sangat erat dan saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Kemampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan tentu akan membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan demi kelangsungan kehidupan. Demikian pula dengan lingkungan, kelestarian lingkungan itu sendiri sangat bergantung pada sikap manusia itu sendiri. Faktor lingkungan sebagian membantu dan sebagian lagi merintangi kita untuk mendapatkan kebutuhan dasar dalam kehidupan kita. Faktor yang membantu untuk mendapatkan kebutuhan dasar itu merupakan manfaat lingkungan dan yang merintangi merupakan resiko lingkungan. Antara manfaat dan resiko lingkungan terdapat hubungan yang erat. Suatu faktor dapat merupakan manfaat dan sekaligus dapat sebagai resiko. Misalnya, hujan merupakan sumber air sebagai kebutuhan air yang utama bagi manusia. Dengan adanya hujan danau, dan sungai menjadi berair dan lapisan tanah penyimpanan air terisi oleh air, tentunya sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tetapi hujan juga merupakan kekuatan yang menyebabkan erosi tanah dan dapat mengakibatkan banjir. Tentunya kerugian yang dihadapi dari erosi tanah akan mengurangi kesuburan tanah dan menurunkan produksi tanaman. Banjir menyebabkan kerusakan bangunan-bangunan serta kematian hewan dan manusia (Soemarowoto,2004). 1

2 Permasalah yang sering muncul di daerah perkotaan diantaranya ialah menurunnya sanitasi yang disebabkan oleh kepadatan penduduk di suatu tempat. Dengan meningkatnya kepadatan penduduk ini tentu kebutuhan rumah untuk tempat tinggal juga meningkat sedangkan lahan yang tersedia tidak memadai lagi, sehingga banyak rumah-rumah penduduk yang dibangun sangat sederhana dan tidak sesuai tempatnya untuk dijadikan tempat bermukim, misalnya ada rumah yang besarnya hanya beberapa meter persegi, tingginya satu meter, terbuat dari plastik dan menempel pada tembok rumah orang. Ada pula yang bermukim di bawah jembatan. Tempat permukiman seperti yang demikian tentu tidaklah manusiawi, selain akan menimbulkan slum area dan menimbulkan wabah penyakit, juga akan menimbulkan masalah lain yang mengancam keselamatan manusia yaitu banjir. Dengan keterbatasan lahan untuk permukiman ini mengakibatkan banyak pula rumah-rumah dibangun di atas bantaran sungai bahkan ada yang berdiri di atas sungai dengan tiang rumah di alur sungai (Soemarwoto,2004). Tentu rumah demikian akan mengganggu aliran air sungai dan gangguan itu diperbesar oleh adanya sampah padat di sungai. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tahun 2011 tentang Sungai menetapkan Garis sempadan sungai bertanggul didalam kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2) huruf c ditentukan paling sedikit berjarak 3 m (tiga meter) dari tepi kaki tanggul sepanjang alur sungai. Banjir adalah genangan air pada permukaan tanahnya sampai melebihi batas tinggi tertentu yang mengakibatkan kerugian seperti harta, jiwa dan lainnya. Bencana banjir dapat terjadi karena faktor alamiah maupun pengaruh perlakuan masyarakat terhadap alam dan lingkungannya. Faktor alamiah penyebab terjadinya banjir yang utama adalah curah hujan. Faktor alamiah lainnya adalah erosi dan sedimentasi

3 kapasitas sungai, kapasitas drainase yang tidak memadai, pengaruh pasang air dan lain sebagainya. Sedangkan faktor non alamiah atau perilaku manusia yang menyebabkan banjir adalah adanya pembangunan kompleks perumahan atau pembukaan suatu kawasan untuk lahan usaha, tanpa disadari dengan pengaturan yang tidak benar akan menimbulkan aliran permukaan yang besar atau erosi yang menyebabkan pendangkalan aliran sungai. Akibatnya, debit pengaliran sungai yang terjadi akan lebih besar dari pada kapasitas pengaliran air sungai sehingga terjadilah banjir (Subarkah, 1980). Kerugian atau resiko atas terjadinya bencana tergantung pada daya tahan manusia, lingkungan, dan infrastruktur yang ada. Semakin besar bencana yang terjadi, maka kerugian akan semakin besar apabila manusia, lingkungan, dan infrastruktur yang ada semakin rentan. Resiko dari adanya banjir akan menimbulkan kerusakan pada bangunan maupun tanaman serta kematian baik itu pada hewan maupun manusia (Soemarwoto, 2004). Di Sumatera Utara sebanyak 16 daerah yang dinyatakan rawan banjir. berdasarkan informasi dari Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Sumatera Utara. Wilayah banjir tersebut berada di pesisir timur dan pesisir barat Sumatera Utara. Daerah rawan banjir di pantai Timur meliputi Kabupaten Langkat, Kota Binjai, Kota Medan, Kabupaten Serdang Bedagei, Deli Serdang, Tanjung Balai, Kabupaten Batubara, Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Asahan. Untuk wilayah bagian lereng pegunungan yang masuk kategori rawan banjir, meliputi Kota Tebing Tinggi, Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Simalungun, Sedangkan wilayah banjir di pantai Barat Sumut meliputi, di Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Kota Sibolga, serta Kabupaten Mandailing Natal. BMKG Sumut. (dalam http:// www.aktual.co/sosial/101234/inilah-daerah-

4 rawan-banjir-di-sumut. Daerah Banjir di Kota Binjai. Online. Diakses pada Rabu, 21 Nopember 2012 pukul 10:11) Berdasarkan pernyataan di atas diketahui bahwa kota-kota besar yang terdapat di Sumatera Utara sering mengalami masalah banjir. Seperti kota Medan yang selalu menjadi langganan banjir khususnya di daerah-daerah yang berdekatan dengan bantaran Sungai. Selain itu, kota di Sumatera Utara yang sering mengalami banjir adalah Kota Binjai. Lokasi banjir yang sering terjadi di Kota Binjai tepatnya di Kelurahan Setia Kecamatan Binjai Kota. Posisi Kelurahan Setia Kecamatan Binjai Kota yang berada di antara dua sungai yaitu sungai Bangkatan dan sungai Mencirim ini, mengakibatkan daerah ini selalu menjadi daerah yang rawan terhadap bencana banjir terutama pada saat musim penghujan. Selain itu, faktor yang mempengaruhi banjir di Kelurahan Setia karena jarak rumah masyarakat sangat dekat dengan sungaisungai yang ada di sana sehingga daerah bantaran sungai yang seharusnya untuk tempat air pada saat air meluap karena adanya hujan deras atau banjir kiriman dari daerah hulu tetapi di Kelurahan ini daerah tersebut dijadikan untuk lahan permukiman. Banjir yang melanda Kelurahan Setia Kecamatan Binjai Kota dapat menggenangi hampir keseluruhan permukiman dan rumah-rumah penduduk dimana tinggi genangan yang terjadi dapat mencapai > 0,5 M (satu meter) dari muka tanah asli. Berdasarkan hasil wawancara oleh Bapak Zulham (Kantor BAPPEDA) mengatakan bahwa Kelurahan Setia merupakan daerah di kota Binjai yang sering terjadi banjir. Bahkan Kelurahan Setia ini merupakan daerah terparah terjadi banjir. Frekuensi banjir dalam setahun antara dua sampai tiga kali. Seringnya kejadiaan banjir di kelurahan tersebut tidak serta merta membuat masyarakat meninggalkan

5 atau berpindah dari permukiman tersebut. Fauzi (dalam www. antaranews.com/berita/400976/ratusan-rumah-di-kota-binjai-terendam-banjir/ di akses 18 0ktober 2013. Terdapat upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk bertahan dari banjir yaitu dengan cara meninggikan rumah mereka, baik dengan menimbun maupun membuat rumah dengan tipe panggung, tetapi tentunya hal ini hanya dapat dilakukan oleh masyarakat yang mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi. Bagi masyarakat yang rentan ekonominya bentuk antisipasi tersebut tidak mungkin mereka lakukan karena mahalnya biaya. Mereka hanya dapat pasrah bila rumah mereka kebanjiran. Tetap bermukimnya masyarakat di kawasan rawan bencana dapat disebabkan beberapa hal, yang pertama mereka mampu mengantisipasi kerawanan terhadap bencana sehingga mereka tetap bertahan dan tetap bermukim. Berkaitan dengan hal tersebut ada beberapa upaya antisipasi yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengurangi dampak dari bencana banjir yaitu ikut serta dan aktif dalam program desain dan pembangunan rumah tahan banjir antara lain pembangunan rumah tingkat, dan penggunaan material yang tahan air dan gerusan air. Selain itu secara kewilayahan antisipasi dapat dilakukan dengan teknis pengendalian banjir yang dapat dilakukan dengan cara seperti pembangunan tanggul penahan banjir, bendungan, kolam penampungan dan drainase khusus. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan penanaman jenis vegetasi tertentu yang tahan air di sepanjang alur sungai (Kodoatie dalam Himbawan, 2010). Hal kedua yang menyebabkan seseorang tetap bertahan tinggal di lokasi kawasan rawan bencana adalah berkaitan erat dengan faktor-faktor kerentanan yang melekat pada masing-masing individu. Faktor-faktor kerentanan yang dimaksud adalah kerentanan sosial, ekonomi, fisik terbangun, dan kelembagaan. Kerentanan

6 suatu sistem (sosial, ekonomi, lingkungan terbangun, dan program pemerintah) dalam masyarakat yang berada pada daerah rawan bencana akan berpengaruh kepada keputusan seseorang untuk bermigrasi atau tidak bermigrasi (Macchi dalam Himbawan, 2010). Kerentanan banjir menurut Klindao (dalam Yunus, 2005) adalah memperkirakan daerah-daerah yang mungkin menjadi sasaran banjir. Faktor-faktor yang dipergunakan untuk memperkirakan tingkat kerentanan banjir terangkum dalam pengertian indikator banjir, meliputi bentuk lahan bentukan banjir, bentuk-bentuk adaptasi manusia terhadap banjir, peristiwa banjir dan vegetasi penutup atau tataguna lahan. Dari hasil wawancara dengan bapak Surya Bakti (Kantor Tata Ruang dan Permukiman) mengatakan bahwa pihak pemerintah sebenarnya sudah menetapkan peraturan tentang penggunaan lahan di daerah bantaran sungai, namun karena penduduk yang sudah sejak lama bertempat tinggal di daerah ini sulit untuk direlokasikan ketempat lain, selain itu kendala lainnya karena keterbatasan dana untuk merelokasi permukiman mereka sehingga pihak pemerintah masih belum dapat mengatasi masalah ini. Dalam permasalahan ini perlu penanganan yang serius dari pihak pemerintah daerah untuk menetapkan kebijakan-kebijakan dalam perencanaan pembangunan wilayah untuk dapat mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur. Baik itu kebijakan untuk mengatasi banjir maupun kebijakan tentang permasalahan permukiman hendaknya terdapat kerja sama antara pihak pemerintah dengan masyarakat sekitar. Sesuai pernyataan di atas maka perlu dikaji tentang Adaptasi masyarakat terhadap banjir di Kelurahan Setia Kecamatan Binjai Kota Kota Binjai.

7 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah (1) banyaknya masyarakat yang memilih untuk bermukim di daerah rawan banjir yang tentunya memberikan dampak yang tidak baik bagi mereka. (2) latarbelakang masyarakat tetap bermukimnya masyarakat di daerah banjir. (3) Strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam menghadapi banjir. (4) Peran serta Masyarakat dan pihak Pemerintah dalam mengangani banjir. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi hanya pada yang melatarbelakangi masyarakat memilih tetap bertahan di daerah yang sering terjadi banjir, bentuk Strategi Adaptasi masyarakat terhadap banjir dan upaya mengatasi masalah banjir di Kelurahan Setia Kecamatan Binjai Kota. D. Rumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah yang melatarbelakangi masyarakat untuk tetap memilih bertempat tinggal di daerah rawan banjir di Kelurahan Setia Kecamatan Binjai Kota? 2. Bagaimanakah strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam mengantisipasi bahaya banjir di Kelurahan Setia Kecamatan Binjai Kota? 3. Bagaimana upaya yang dilakukan Masyarakat dan Pemerintah dalam mengatasi banjir di Kelurahan Setia?

8 E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui yang melatarbelakangi penduduk untuk tetap memilih bertempat tinggal di daerah rawan banjir di Kelurahan Setia Kecamatan Binjai Kota. 2. Mengetahui strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam mengantisipasi bahaya banjir di Kelurahan Setia Kecamatan Binjai Kota. 3. Mengetahui upaya yang dilakukan Masyarakat dan Pemerintah dalam mengatasi banjir di Kelurahan Setia Kecamatan Binjai Kota. F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah setempat khususnya Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Binjai dalam upaya menangani permasalahan permukiman di daerah bantara Sungai. 2. Memberikan sumbangan informasi dan ilmu pengetahuan bagi berbagai pihak tentang permukiman di daerah rawan banjir. 3. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang akan meneliti ulang dalam kajian yang sama. 4. Untuk menambah wawasan penulis tentang adaptasi masyarakat yang bermukim dikawasan rawan bencana.